Puluhan Penyuluh Bahasa Bali Berhenti
Alasan penyuluh yang tak mau memperpanjang kontraknya untuk tahun depan seperti karena masih terikat kontrak di SMA dan SMK, sakit, pindah domisili, serta sudah menikah.
DENPASAR, NusaBali
Menjelang berakhirnya masa kontrak tenaga kontrak Penyuluh Bahasa Bali tahun 2016, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali kini tengah mempersiapkan perpanjangan kontrak untuk tahun depan (2017). Namun rupanya, ada sekitar 55 orang yang berniat untuk tidak melanjutkan kembali kontrak itu atau berhenti.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha, mengatakan berdasarkan hasil pertemuan dengan koordinator penyuluh baik provinsi maupun kabupaten memang ada sejumlah penyuluh yang mengaku akan mundur. Namun, jumlah yang dikatakan 55 orang itu belum pasti sehingga mesti dipastikan dengan penandatangan kembali perjanjian kontrak penyuluh yang baru.
“Untuk yang mengundurkan diri, kita akan segera adakan perekrutan. Laporan biar lengkap dulu ke bapak gubernur. Sekarang kami menyiapkan draft surat perjanjian kerja, awal Januari kami akan panggil mereka untuk tandatangan. Setelahnya, kita akan tahu berapa yang kurang, sejumlah itulah yang akan kita mohonkan untuk proses perekrutan,” ujar Dewa Beratha di Kantor Disbud Provinsi Bali, Kamis (29/12).
Adanya Penyuluh Bahasa Bali yang mengundurkan diri untuk kontrak tahun depan menambah jumlah tenaga kontrak yang harus direkrut, mengingat sebelumnya, juga ada sebanyak 65 orang penyuluh mengundurkan diri setelah ditetapkan oleh gubernur sebagai tenaga kontrak penyuluh bahasa Bali tahun 2016. “Mekanisme perekrutan akan disamakan dengan tahun 2016 dengan melibatkan tim independen. Namun jumlah tenaga yang akan direkrut, masih melihat hasil penandatanganan kembali yang dilakukan oleh Penyuluh Bahasa Bali yang ingin melanjutkan kontrak tahun depan,” tegasnya.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di tingkat Provinsi, Nyoman Suka Ardiyasa, mengatakan adalah hak pribadi penyuluh yang mundur atau tidak mau memperpanjang kontraknya. Dia menyebut, sebagian besar penyuluh bahasa Bali yang mundur beralasan karena terikat guru kontrak di SMA dan SMK yang kini nasibnya ditentukan oleh provinsi. Namun ada juga sebagian kecil yang menurutnya dengan alasan mengada-ada, seperti sakit.
“Tapi menurut saya, kemungkinan dia tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa alasan lainnya ada yang memang pindah domisili. Ada juga karena menikah dan sekarang berkeluarga,” katanya.
Kendati demikian, dia tetap memandang positif berapapun yang mengundurkan diri dan seberapa banyak yang masih bertahan untuk melanjutkan kontrak tahun depan. Artinya, bila ada yang mundur berarti masih ada peluang untuk calon penyuluh lainnya untuk melanjutkan tugas mulia memelihara dan menyelamatkan bahasa, aksara, dan sastra Bali lewat program penyuluh bahasa Bali yang dirancang pemerintah provinsi Bali ini. “Jika ada yang mundur dan double kontrak, ini kan agar mereka memang benar-benar bekerja dan tidak mendua. Ke depan hasil yang diharapkan akan lebih maksimal,” tandasnya.
Sementara melihat kinerja selama 6 bulan ini, penyuluh Bahasa Bali dinilai cukup baik. Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh para penyuluh seperti pemetaan potensi kebahasaan, pengumpulan lontar-lontar yang ada tersebar di masyarakat, pembentukan kelompok-kelompok belajar, hingga pelaksanaan Festival Nyastra yang digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para penyuluh, termasuk kegiatan isidentil seperti membantu penulisan awig-awig desa. * in
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha, mengatakan berdasarkan hasil pertemuan dengan koordinator penyuluh baik provinsi maupun kabupaten memang ada sejumlah penyuluh yang mengaku akan mundur. Namun, jumlah yang dikatakan 55 orang itu belum pasti sehingga mesti dipastikan dengan penandatangan kembali perjanjian kontrak penyuluh yang baru.
“Untuk yang mengundurkan diri, kita akan segera adakan perekrutan. Laporan biar lengkap dulu ke bapak gubernur. Sekarang kami menyiapkan draft surat perjanjian kerja, awal Januari kami akan panggil mereka untuk tandatangan. Setelahnya, kita akan tahu berapa yang kurang, sejumlah itulah yang akan kita mohonkan untuk proses perekrutan,” ujar Dewa Beratha di Kantor Disbud Provinsi Bali, Kamis (29/12).
Adanya Penyuluh Bahasa Bali yang mengundurkan diri untuk kontrak tahun depan menambah jumlah tenaga kontrak yang harus direkrut, mengingat sebelumnya, juga ada sebanyak 65 orang penyuluh mengundurkan diri setelah ditetapkan oleh gubernur sebagai tenaga kontrak penyuluh bahasa Bali tahun 2016. “Mekanisme perekrutan akan disamakan dengan tahun 2016 dengan melibatkan tim independen. Namun jumlah tenaga yang akan direkrut, masih melihat hasil penandatanganan kembali yang dilakukan oleh Penyuluh Bahasa Bali yang ingin melanjutkan kontrak tahun depan,” tegasnya.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di tingkat Provinsi, Nyoman Suka Ardiyasa, mengatakan adalah hak pribadi penyuluh yang mundur atau tidak mau memperpanjang kontraknya. Dia menyebut, sebagian besar penyuluh bahasa Bali yang mundur beralasan karena terikat guru kontrak di SMA dan SMK yang kini nasibnya ditentukan oleh provinsi. Namun ada juga sebagian kecil yang menurutnya dengan alasan mengada-ada, seperti sakit.
“Tapi menurut saya, kemungkinan dia tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa alasan lainnya ada yang memang pindah domisili. Ada juga karena menikah dan sekarang berkeluarga,” katanya.
Kendati demikian, dia tetap memandang positif berapapun yang mengundurkan diri dan seberapa banyak yang masih bertahan untuk melanjutkan kontrak tahun depan. Artinya, bila ada yang mundur berarti masih ada peluang untuk calon penyuluh lainnya untuk melanjutkan tugas mulia memelihara dan menyelamatkan bahasa, aksara, dan sastra Bali lewat program penyuluh bahasa Bali yang dirancang pemerintah provinsi Bali ini. “Jika ada yang mundur dan double kontrak, ini kan agar mereka memang benar-benar bekerja dan tidak mendua. Ke depan hasil yang diharapkan akan lebih maksimal,” tandasnya.
Sementara melihat kinerja selama 6 bulan ini, penyuluh Bahasa Bali dinilai cukup baik. Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh para penyuluh seperti pemetaan potensi kebahasaan, pengumpulan lontar-lontar yang ada tersebar di masyarakat, pembentukan kelompok-kelompok belajar, hingga pelaksanaan Festival Nyastra yang digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para penyuluh, termasuk kegiatan isidentil seperti membantu penulisan awig-awig desa. * in
Komentar