Suhu Udara Lebih Dingin Saat Malam Hari
BBMKG Sebut Fenomena Alamiah Saat Puncak Kemarau
MANGUPURA, NusaBali
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, mencatat sejak dua pekan belakangan ini suhu udara di Pulau Dewata, khususnya pada malam hari cenderung sangat dingin.
Ternyata hal itu akibat pergerakan angin dari arah timur, berasal dari Benua Australia, memiliki pola tekanan udara yang relatif tinggi, sehingga pergerakan massa udara dingin di Australia bergerak menuju Indonesia (Monsoon Dingin Australia).
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto, mengatakan suhu dingin yang kerap dirasakan masyarakat saat ini akibat faktor posisi matahari yang saat ini berada di bagian bumi selatan, sehingga negara yang berada di wilayah khatulistiwa cenderung mengalami pengurangan cahaya matahari, yang menyebabkan suhu panas juga mulai terasa berkurang. Selain itu, awan-awan konvektif yang terbentuk di wilayah Bali juga berkurang, sehingga panas dari energi radiasi matahari tidak tertangkap oleh awan, dan itu membuat suhu menjadi lebih dingin.
“Suhu dingin ini biasanya terjadi dari Juli sampai Agustus, utamanya saat dini hari. Nanti ketika matahari bergerak ke Utara, maka suhu akan lebih hangat,” jelas Dwi Hartanto, Jumat (9/7) siang.
Berdasarkan pengamatan BBMKG Wilayah III Denpasar, melalui 4 stasiun pengamatan wilayah Bali, yaitu stasiun Ngurah Rai (Badung), Sanglah (Denpasar), Kahang-Kahang (Karangasem), dan Negara (Jembrana), suhu minimum wilayah Bali terjadi pada 6 Juli 2021 di wilayah Kahang-Kahang, yaitu mencapai 20 drajat celcius. Penurunan suhu di Juli itu terjadi di wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT dipicu oleh tutupan awan yang tidak signifikan. Hal itu menyebabkan kandungan uap air yang dapat menyimpan energi panas juga berkurang. Rendahnya kandungan uap di atmosfer, menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi keluar angkasa pada malam hari, tidak tersimpan di atmosfer.
“Selain itu, energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di lapisan atmosfer dekat permukaan bumi tidak signifikan. Hal ini menyebabkan suhu udara di Bali saat malam hari di musim kemarau, relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan,” kata Dwi Hartanto.
Lebih jauh dikatakan, suhu dingin yang terjadi di Bali tidak ada kaitannya dengan hujan. Jika pada saat musim kemarau ini masih terjadi hujan, hal itu disebabkan musim kemarau tidak serta merta menghilangkan potensi hujan. Namun, kecenderungan hujan yang terjadi di musim kemarau relatif berkurang intensitas, cakupan wilayah, dan kategorinya, dibandingkan hujan di musim hujan. Adapun wilayah yang masih berpotensi terjadi hujan tidak merata di musim kemarau, yaitu wilayah Bali Tengah, Selatan, Barat dan Timur. “Musim kemarau saat ini tidak seperti musim kemarau tahun 2019. Musim kemarau saat ini tergolong normal, sehingga masih berpotensi terjadi hujan,” kata Dwi Hartanto lagi.
Sebelumnya, BMKG pusat merilis informasi terkait suhu dingin yang belakangan ini terjadi di wilayah Pulau Jawa hingga NTT. Fenomena suhu udara dingin itu merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu Juli-September. Periode itu ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia. Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia, menyebabkan pergerakan massa udara dingin di Australia bergerak menuju Indonesia (Monsoon Dingin Australia). Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia, melewati perairan Samudera Indonesia itu memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Hal itu akibat ketiadaan uap air dan air, yang menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer. Selain itu, konsisi langit yang cenderung bersih dari awan (clear sky), akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Kondisi itu membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari. *dar
Komentar