Raheem Sterling Bisa Jadi Pembeda Inggris
Roberto Mancini Beri Rasa Pede Italia
Inggris boleh berharap pada Raheem Sterling membongkar pertahanan Italia yang semakin percaya diri di bawah asuhan Roberto Mancini.
LONDON, NusaBali
Laga puncak Euro 2020 di Stadion Wembley London pada Minggu (11/7) atau Senin dini hari Wita bakal menjadi pembuktian siapa Raja Eropa saat ini. Italia yang gagal lolos ke Piala Dunia 2018 atau Inggris yang masuk final terakhir kali pada 55 tahun lalu?
Yang jelas dua tim yang kurang difavoritkan sebagai juara Euro 2020 dibanding Prancis, Jerman dan Spanyol ini mampu melaju hingga babak final. Inggris sendiri bukan hanya mengandalkan Harry Kane sebagai ujung tombak. Seperti yang dikatakan defender The Three Lions, justru mengatakan Raheem Sterling sebagai pembeda timnya. "Dia selalu menjadi ancaman di lini depan atas ketangkasannya," kata Stones menyebut rekannya di klb Manchester City ini.
"Sungguh sebuah kehormatan bermain dengannya, dan saya yakin dia akan memberi segalanya pada Minggu, semoga saja mencetak gol lagi dan membawa kami maju," ujar Stones dalam jumpa pers sebelum laga final, Jumat (9/7) waktu setempat.
Di sisi lain, Stones juga menjagokan Sterling untuk bisa menyabet penghargaan pemain terbaik sepanjang turnamen, terlebih penyerang sayap berusia 26 tahun itu memborong dua gol Inggris di babak penyisihan grup dan menambahnya satu lagi di 16 besar.
Kendati lini belakang Inggris banyak dipuji karena kebobolan hanya satu gol sepanjang turnamen hingga final, Stones meyakini raihan itu tidak lepas dari kontribusi rekan-rekannya di lini tengah dan depan. "Kami punya catatan pertahanan terbaik di kompetisi dan jelas itu jadi faktor penting menuju final," katanya.
"Saya yakin bahwa menjaga catatan nirbobol adalah pondasi penting kami untuk memenangi pertandingan. Tapi itu bukan semata kerja kami pemain belakang, semuanya bermula di depan. Bagaimana kami terus melakukan pengawalan hingga di lini depan adalah bagian penting permainan kami,” sebutnya.
Sementara itu dalam jumpa pers yang sama, difensore Azzuri Leonardo Bonucci memilih menyanjung pelatih Roberto Mancini yang disebutnya menyuntik kepercayaan diri yang besar guna mengobati kekecewaan absen dari putaran final Piala Dunia 2018.
Mancini sejauh ini telah sukses merejuvenasi keperkasaan Gli Azzurri. "Kemenangan akan menjadi suntikan besar kegembiraan dan kepercayaan diri warga Italia," kata Bonucci. "Sejak Mancini bergabung di timnas, saya langsung paham kami akan segera memulai lagi, setelah kekecewaan absen di Piala Dunia 2018.”
"Dia bekerja keras dengan isi kepala kami, mengembalikan harga diri kami, serta menambahkan banyak kualitas untuk meraih kemenangan," ujar palang pintu Juventus ini.
Bonucci berkaca bahwa ia dan rekan-rekannya tidak akan percaya bisa berkesempatan tampil di final Euro jika diberitahu tiga tahun silam. Ia juga mengatakan bahwa penundaan Euro selama setahun turut membantu timnya menangguk banyak pengalaman penting agar lebih siap menjalani turnamen kali ini. "Tiga tahun lalu, untuk mencapai final adalah sebuah utopia, tapi tambahan satu tahun pengalaman turut membantu kami. Selain itu bermain dengan banyak talenta muda di lini tengah membuat segalanya jadi lebih mudah," tutup Bonucci.
Kepercayaan terhadap talenta muda, terutama di lini tengah, diperlihatkan Mancini sejak penunjukannya mengorbitkan nama-nama seperti Nicolo Barella, Manuel Locatelli serta Matteo Pessina. Kepercayaan itu berbuah manis lewat keberhasilan Mancini mematahkan rekor-rekor milik pelatih legendaris Italia Vittorio Pozzo seperti kemenangan beruntun dan rentetan pertandingan nirkalah.
Rekor yang kedua itu masih berlanjut hingga saat ini, di mana sampai semifinal Euro 2020 Mancini telah mendampingi Italia melewati 33 pertandingan tanpa merasakan kalah. Tentunya rekor itu akan menjadi semakin manis bila Mancini mampu mengantarkan Italia menundukkan Inggris dan meraih trofi Eropa kedua setelah 1968. *ant
Yang jelas dua tim yang kurang difavoritkan sebagai juara Euro 2020 dibanding Prancis, Jerman dan Spanyol ini mampu melaju hingga babak final. Inggris sendiri bukan hanya mengandalkan Harry Kane sebagai ujung tombak. Seperti yang dikatakan defender The Three Lions, justru mengatakan Raheem Sterling sebagai pembeda timnya. "Dia selalu menjadi ancaman di lini depan atas ketangkasannya," kata Stones menyebut rekannya di klb Manchester City ini.
"Sungguh sebuah kehormatan bermain dengannya, dan saya yakin dia akan memberi segalanya pada Minggu, semoga saja mencetak gol lagi dan membawa kami maju," ujar Stones dalam jumpa pers sebelum laga final, Jumat (9/7) waktu setempat.
Di sisi lain, Stones juga menjagokan Sterling untuk bisa menyabet penghargaan pemain terbaik sepanjang turnamen, terlebih penyerang sayap berusia 26 tahun itu memborong dua gol Inggris di babak penyisihan grup dan menambahnya satu lagi di 16 besar.
Kendati lini belakang Inggris banyak dipuji karena kebobolan hanya satu gol sepanjang turnamen hingga final, Stones meyakini raihan itu tidak lepas dari kontribusi rekan-rekannya di lini tengah dan depan. "Kami punya catatan pertahanan terbaik di kompetisi dan jelas itu jadi faktor penting menuju final," katanya.
"Saya yakin bahwa menjaga catatan nirbobol adalah pondasi penting kami untuk memenangi pertandingan. Tapi itu bukan semata kerja kami pemain belakang, semuanya bermula di depan. Bagaimana kami terus melakukan pengawalan hingga di lini depan adalah bagian penting permainan kami,” sebutnya.
Sementara itu dalam jumpa pers yang sama, difensore Azzuri Leonardo Bonucci memilih menyanjung pelatih Roberto Mancini yang disebutnya menyuntik kepercayaan diri yang besar guna mengobati kekecewaan absen dari putaran final Piala Dunia 2018.
Mancini sejauh ini telah sukses merejuvenasi keperkasaan Gli Azzurri. "Kemenangan akan menjadi suntikan besar kegembiraan dan kepercayaan diri warga Italia," kata Bonucci. "Sejak Mancini bergabung di timnas, saya langsung paham kami akan segera memulai lagi, setelah kekecewaan absen di Piala Dunia 2018.”
"Dia bekerja keras dengan isi kepala kami, mengembalikan harga diri kami, serta menambahkan banyak kualitas untuk meraih kemenangan," ujar palang pintu Juventus ini.
Bonucci berkaca bahwa ia dan rekan-rekannya tidak akan percaya bisa berkesempatan tampil di final Euro jika diberitahu tiga tahun silam. Ia juga mengatakan bahwa penundaan Euro selama setahun turut membantu timnya menangguk banyak pengalaman penting agar lebih siap menjalani turnamen kali ini. "Tiga tahun lalu, untuk mencapai final adalah sebuah utopia, tapi tambahan satu tahun pengalaman turut membantu kami. Selain itu bermain dengan banyak talenta muda di lini tengah membuat segalanya jadi lebih mudah," tutup Bonucci.
Kepercayaan terhadap talenta muda, terutama di lini tengah, diperlihatkan Mancini sejak penunjukannya mengorbitkan nama-nama seperti Nicolo Barella, Manuel Locatelli serta Matteo Pessina. Kepercayaan itu berbuah manis lewat keberhasilan Mancini mematahkan rekor-rekor milik pelatih legendaris Italia Vittorio Pozzo seperti kemenangan beruntun dan rentetan pertandingan nirkalah.
Rekor yang kedua itu masih berlanjut hingga saat ini, di mana sampai semifinal Euro 2020 Mancini telah mendampingi Italia melewati 33 pertandingan tanpa merasakan kalah. Tentunya rekor itu akan menjadi semakin manis bila Mancini mampu mengantarkan Italia menundukkan Inggris dan meraih trofi Eropa kedua setelah 1968. *ant
Komentar