Berasal dari Keluarga Tak Mampu, Ibunya Meninggal Dunia Usai Melahirkan
Bayi Asal Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng Derita Infeksi Hati
Kondisi kesehatan tak baik bayi ini muncul saat anak kedua pasangan Kadek Arta Wijaya-Ni Putu Wardani (alm) ini berumur satu bulan, awalnya badan hingga matanya menguning lalu demam.
SINGARAJA, NusaBali
Seorang bayi laki-laki yang belum genap berusia dua bulan, buah cinta Kadek Arta Wijaya, 33, dengan almarhum Ni Putu Wardani, 31, warga Banjar Dinas Banyu Buah, Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, harus menahan sakit sejak dilahirkan ke dunia. Perutnya membesar, badan hingga matanya menguning. Dia yang masih membawa nama ibunya sebagai nama pasien ini mengalami kelainan hati, sehingga harus dirujuk ke RSUP Sanglah untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Beruntung saat ini Kartu Indonesia Sehat (KIS) bayi Wardani sudah aktif, sehingga orangtuanya bisa bernapas lebih lega untuk tanggungan biaya perawatannya. Bayi Wardani sebelumnya dilahirkan di RS Karya Darma Husada (KDH) Singaraja pada, Jumat (18/6) lalu, melalui persalinan caesar. Ibunya Ni Putu Wardani menghembuskan napas terakhir usai melahirkan bayi malang ini, karena kondisinya terus memburuk selama masa kehamilan. Kadek Arta Wijaya, ayah bayi saat dihubungi, Sabtu (10/7) sore menjelaskan bayi laki-lakinya ini saat dilahirkan kondisinya sangat sehat dengan berat badan 2,8 kilogram.
Hanya saja perut bayi saat baru lahir, memang terlihat lebih besar dari ukuran badannya. Saat bayi dalam kandungan, Kadek Arta dan almarhum istrinya rutin mengecek kondisi bayinya. Namun sejak awal kehamilan, almarhum ibu bayi kondisinya semakin melemah. "Sejak ngidam itu kondisi badannya semakin kurus, sampai akhirnya waktu lahiran tiba dianjurkan caesar karena kondisi istri saya waktu itu sangat lemah. Kalau bayinya dari dalam kandungan sehat dan normal, rutin saya kontrol," jelas Arta Wijaya yang dihubungi via telepon.
Sejak ibu bayi meninggal, bayi diurus sepenuhnya oleh nenek dan ayahnya. Kondisi kesehatan tak baik disebut Arta muncul saat anak keduanya itu berumur satu bulan. Awalnya badan hingga matanya menguning. Karena mengalami demam, bayi Wardani diajak ayahnya ke Puskesmas Pembantu Desa Bulian dan diberikan sirup penurun demam. Hingga pada, Rabu (7/7) lalu Kadek Arta memutuskan untuk memeriksakan bayinya ke bidan Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan dan langsung diarahkan ke rumah sakit.
"Saat itu juga saya bawa anak saya ke rumah sakit KDH tempatnya dilahirkan sesuai petunjuk bu bidan, tetapi karena di sana alatnya kurang lengkap dirujuklah ke RSUD Buleleng. Sempat menginap semalam, Kamis (8/7) kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah," imbuh Kadek Arta Wijaya. Di awal penanganan bayi ini, orangtuanya sempat khawatir, karena hanya bekerja serabutan dan bayinya belum memiliki jaminan kesehatan. Beruntung berkat bantuan relawan sosial, saat ini KIS sementara bayi ini sudah aktif dan dapat dipakai.
Dua hari pasca dirujuk ke RSUP Sanglah menurut Arta Wijaya, anaknya sudah menjalani tes laboratorium dan juga pemeriksaan USG. Namun kondisi bayi, Sabtu kemarin disebut ayahnya mengalami penurunan. "Dari kemarin masih terapi obat saja, sambil menunggu dokter, sejauh ini belum ada diberitahu akan bagaimana. Tetapi dibilang infeksi hati," sebut dia. Orangtua bayi saat ini juga didampingi Komunitas Sahabat Peduli Kasih yang dari awal menggalang donasi untuk bayi malang itu. Relawan Sahabat Peduli Kasih, Mangku Wijaya Dangin dikonfirmasi via telepon kemarin menjelaskan tetap menggalang donasi karena dari awal ingin membantu keluarga bayi, yang dalam himpitan ekonomi.
Terlebih di awal kejadian, bayi tersebut belum memiliki KIS. Mangku Wijaya menyebutkan meskipun sudah ditanggung KIS, komunitasnya tetap akan melakukan pendampingan, terutama untuk membantu keperluan di luar tanggungan jaminan kesehatan tersebut. "Donasi tetap kami galang, untuk kebutuhan di luar tanggungan KIS, misalnya membeli obat yang tak masuk tanggungan KIS, keperluan lain saat perawatan di rumah sakit. Jika nanti ada sisa biasanya kami tetap berikan kepada orangtua dengan persetujuan Perbekelnya, tetapi untuk modal usaha, sehingga bantuan yang dikumpulkan tepat guna," jelas relawan asal Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Buleleng ini. *k23
Beruntung saat ini Kartu Indonesia Sehat (KIS) bayi Wardani sudah aktif, sehingga orangtuanya bisa bernapas lebih lega untuk tanggungan biaya perawatannya. Bayi Wardani sebelumnya dilahirkan di RS Karya Darma Husada (KDH) Singaraja pada, Jumat (18/6) lalu, melalui persalinan caesar. Ibunya Ni Putu Wardani menghembuskan napas terakhir usai melahirkan bayi malang ini, karena kondisinya terus memburuk selama masa kehamilan. Kadek Arta Wijaya, ayah bayi saat dihubungi, Sabtu (10/7) sore menjelaskan bayi laki-lakinya ini saat dilahirkan kondisinya sangat sehat dengan berat badan 2,8 kilogram.
Hanya saja perut bayi saat baru lahir, memang terlihat lebih besar dari ukuran badannya. Saat bayi dalam kandungan, Kadek Arta dan almarhum istrinya rutin mengecek kondisi bayinya. Namun sejak awal kehamilan, almarhum ibu bayi kondisinya semakin melemah. "Sejak ngidam itu kondisi badannya semakin kurus, sampai akhirnya waktu lahiran tiba dianjurkan caesar karena kondisi istri saya waktu itu sangat lemah. Kalau bayinya dari dalam kandungan sehat dan normal, rutin saya kontrol," jelas Arta Wijaya yang dihubungi via telepon.
Sejak ibu bayi meninggal, bayi diurus sepenuhnya oleh nenek dan ayahnya. Kondisi kesehatan tak baik disebut Arta muncul saat anak keduanya itu berumur satu bulan. Awalnya badan hingga matanya menguning. Karena mengalami demam, bayi Wardani diajak ayahnya ke Puskesmas Pembantu Desa Bulian dan diberikan sirup penurun demam. Hingga pada, Rabu (7/7) lalu Kadek Arta memutuskan untuk memeriksakan bayinya ke bidan Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan dan langsung diarahkan ke rumah sakit.
"Saat itu juga saya bawa anak saya ke rumah sakit KDH tempatnya dilahirkan sesuai petunjuk bu bidan, tetapi karena di sana alatnya kurang lengkap dirujuklah ke RSUD Buleleng. Sempat menginap semalam, Kamis (8/7) kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah," imbuh Kadek Arta Wijaya. Di awal penanganan bayi ini, orangtuanya sempat khawatir, karena hanya bekerja serabutan dan bayinya belum memiliki jaminan kesehatan. Beruntung berkat bantuan relawan sosial, saat ini KIS sementara bayi ini sudah aktif dan dapat dipakai.
Dua hari pasca dirujuk ke RSUP Sanglah menurut Arta Wijaya, anaknya sudah menjalani tes laboratorium dan juga pemeriksaan USG. Namun kondisi bayi, Sabtu kemarin disebut ayahnya mengalami penurunan. "Dari kemarin masih terapi obat saja, sambil menunggu dokter, sejauh ini belum ada diberitahu akan bagaimana. Tetapi dibilang infeksi hati," sebut dia. Orangtua bayi saat ini juga didampingi Komunitas Sahabat Peduli Kasih yang dari awal menggalang donasi untuk bayi malang itu. Relawan Sahabat Peduli Kasih, Mangku Wijaya Dangin dikonfirmasi via telepon kemarin menjelaskan tetap menggalang donasi karena dari awal ingin membantu keluarga bayi, yang dalam himpitan ekonomi.
Terlebih di awal kejadian, bayi tersebut belum memiliki KIS. Mangku Wijaya menyebutkan meskipun sudah ditanggung KIS, komunitasnya tetap akan melakukan pendampingan, terutama untuk membantu keperluan di luar tanggungan jaminan kesehatan tersebut. "Donasi tetap kami galang, untuk kebutuhan di luar tanggungan KIS, misalnya membeli obat yang tak masuk tanggungan KIS, keperluan lain saat perawatan di rumah sakit. Jika nanti ada sisa biasanya kami tetap berikan kepada orangtua dengan persetujuan Perbekelnya, tetapi untuk modal usaha, sehingga bantuan yang dikumpulkan tepat guna," jelas relawan asal Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Buleleng ini. *k23
Komentar