Terganjal Transportasi Udara, Ekspor Manggis Bali Dilakukan Lewat Laut
DENPASAR, NusaBali
Ekspor produk hortikultura khususnya buah manggis Bali dijajaki lewat laut. Hal itu dilakukan karena pengiriman lewat transportasi udara belum bisa dilakukan di masa pandemi Covid-19 ini.
Tidak ada penerbangan langsung dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung ke luar negeri dan sebaliknya.
Karena itulah pengiriman lewat laut dengan kontainer berpendingin menjadi alternatif. Ini sekaligus untuk memastikan manggis Bali terjual di pasaran manca negara.
“Oktober ini kita memasuki panen raya,” ungkap Jero Putu Tesan, salah seorang eksportir manggis Bali dari Pupuan, Tabanan, Senin (12/7).
Dijelaskan Jero Tesan, dulu ketika situasi normal, setidaknya 7 penerbangan melayani pengangkutan manggis ke luar negeri. Sebagian besar dengan tujuan ke China. Rata-rata per pesawat mengangkut 30 ton. Sehingga dalam sehari, pada musim puncak manggis, sekitar 210 ton manggis dari Bali dikirim ke luar negeri. “Maskapainya ada beberapa di antaranya Garuda dan lainnya,” kata Jero Tesan yang juga Ketua Asosiasi Pengekspor Manggis Bali.
Pengiriman lewat laut merupakan hal yang biasa. Namun waktunya lebih lama dibanding dengan memakai kargo udara. Lewat kapal laut perlu waktu 7-11 hari. Sedangkan dengan pesawat udara atau kargo, hanya 5-6 jam.
Untuk pengapalan, kontainer harus penuh. Rata-rata satu kontainer memuat 16 ton. Untungya selain di Bali, panen besar juga akan berlangsung di Lombok, NTB, dan beberapa daerah lainnya. “Pasokan manggis dari luar Bali cukup untuk memenuhi satu kontainer,” jelas Jero Tesan.
Di Bali, kata Jero Tesan, ada 11 perusahaan ekspor manggis. “Khusus dari kami saja kontraknya 9.000 ton setiap tahun. Belum teman-teman lainnya,” ungkap Jero Tesan. *k17
1
Komentar