Puluhan Siswa Tamatan SD Terancam DO
Tak Mendaftar di SMP Karena Faktor Ekonomi Hingga Tak Didukung Ortu
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 61 orang siswa lulusan SD terancam Drop Out (DO) tahun ini. Pasalnya mereka tidak terdaftar di Sekolah Menangah Pertama (SMP) yang ada di Buleleng. Setelah dikonfirmasi sekolah yang menamatkan, mereka memang tidak berencana melanjutkan sekolah dengan berbagai alasan. Sebagian karena terbentur kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu, sebagian karena kondisi cacat fisik dan sisanya memang tak berniat melanjutkan sekolah serta tidak mendapat dukungan dari orangtua.
Data tersebut diakumulasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng setelah proses pendaftaran ulang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berakhir. Puluhan siswa yang yang terancam DO itu tersebar di berbagai daerah Buleleng. Sekretaris Disdikpora Buleleng, Ida Bagus Gde Surya Bharata dihubungi Rabu (14/7) kemarin, menjelaskan dari input data terakhir PPDB dari jenjang TK, SD dan SMP, yang menggunakan sistem online maupun luring sudah dikalkulasi. Jumlah peserta didik di jenjang Taman Kanak-kanak yang masih sangat dinamis, tercatat data terakhir sebanyak 4.533 orang siswa. Sedangkan yang terdaftar di SD sebanyak 10.225 orang, sedangkan di SMP sebanyak 11.335 orang siswa.
Menurut Surya Bharata, selisih jumlah lulusan dengan jumlah yang terdaftar di sekolah negeri ditemukan di jenjang SMP. Jumlah yang terdaftar di e-PPDB sebanyak 11.335 orang, sedangkan kalau melihat jumlah lulusan SD tahun 2020/2021 sebanyak 11.458 orang. Sehingga ada 401 siswa yang belum terdaftar pada sistem online. Setelah ditelusuri tim Disdikpora dari 401 orang itu, 151 orang teridentifikasi melanjutkan ke MTs, melanjutkan di luar Buleleng masih dalam provinsi sebanyak 66 orang, 73 orang melanjutkan di luar Bali. Sisanya 61 orang memang tidak mendaftarkan diri karena tidak ingin melanjutkan sekolah.
“Dari laporan sekolah yang meluluskan, memang ada beberapa alasan mereka tidak melanjutkan. Diantaranya karena faktor ekonomi, sakit, keterbatasan fisik dan ada juga yang tidak mendapat dukungan orangtua untuk melanjutkan sekolah,” kata Surya Bharata. Dengan kondisi tersebut, setelah proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selesai, Posko DO Disdikpora Buleleng akan bergerak. Puluhan siswa yang terdata tak melanjutkan akan dijajagi dengan menggandeng aparat desa setempat. “Selama ini ketika ada potensi anak usia sekolah tidak melanjutkan akan dilakukan pendekatan agar mereka bisa ditarik ke sekolah. Kalau yang masalah ekonomi sudah pasti dapat teratasi karena rutin kami siapkan pos anggarannya. Yang sulit itu menarik siswa yang memang tidak ada keingin bersekolah. Tetapi tetap diupayakan pendekatan, harapannya semua anak di Buleleng mendapatkan pelayanan wajib belajar 12 tahun,” kata Surya Bharata. *k23
Data tersebut diakumulasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng setelah proses pendaftaran ulang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berakhir. Puluhan siswa yang yang terancam DO itu tersebar di berbagai daerah Buleleng. Sekretaris Disdikpora Buleleng, Ida Bagus Gde Surya Bharata dihubungi Rabu (14/7) kemarin, menjelaskan dari input data terakhir PPDB dari jenjang TK, SD dan SMP, yang menggunakan sistem online maupun luring sudah dikalkulasi. Jumlah peserta didik di jenjang Taman Kanak-kanak yang masih sangat dinamis, tercatat data terakhir sebanyak 4.533 orang siswa. Sedangkan yang terdaftar di SD sebanyak 10.225 orang, sedangkan di SMP sebanyak 11.335 orang siswa.
Menurut Surya Bharata, selisih jumlah lulusan dengan jumlah yang terdaftar di sekolah negeri ditemukan di jenjang SMP. Jumlah yang terdaftar di e-PPDB sebanyak 11.335 orang, sedangkan kalau melihat jumlah lulusan SD tahun 2020/2021 sebanyak 11.458 orang. Sehingga ada 401 siswa yang belum terdaftar pada sistem online. Setelah ditelusuri tim Disdikpora dari 401 orang itu, 151 orang teridentifikasi melanjutkan ke MTs, melanjutkan di luar Buleleng masih dalam provinsi sebanyak 66 orang, 73 orang melanjutkan di luar Bali. Sisanya 61 orang memang tidak mendaftarkan diri karena tidak ingin melanjutkan sekolah.
“Dari laporan sekolah yang meluluskan, memang ada beberapa alasan mereka tidak melanjutkan. Diantaranya karena faktor ekonomi, sakit, keterbatasan fisik dan ada juga yang tidak mendapat dukungan orangtua untuk melanjutkan sekolah,” kata Surya Bharata. Dengan kondisi tersebut, setelah proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selesai, Posko DO Disdikpora Buleleng akan bergerak. Puluhan siswa yang terdata tak melanjutkan akan dijajagi dengan menggandeng aparat desa setempat. “Selama ini ketika ada potensi anak usia sekolah tidak melanjutkan akan dilakukan pendekatan agar mereka bisa ditarik ke sekolah. Kalau yang masalah ekonomi sudah pasti dapat teratasi karena rutin kami siapkan pos anggarannya. Yang sulit itu menarik siswa yang memang tidak ada keingin bersekolah. Tetapi tetap diupayakan pendekatan, harapannya semua anak di Buleleng mendapatkan pelayanan wajib belajar 12 tahun,” kata Surya Bharata. *k23
Komentar