Sementara 'Nganggur' di Rumah, Pedagang Perkirakan Rugi Jutaan Rupiah
PPKM Darurat, Pasar Seni Sukawati Masuk Sektor Non Esensial Ditutup Selama Sepekan
Para pedagang memperkirakan alami kerugian jutaan rupiah akibat penutupan, sebab pemasukan nol sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari wajib dipenuhi.
GIANYAR, NusaBali
Berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri dan SE Gubernur Bali Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di wilayah Provinsi Bali sejumlah toko non esensial telah ditempel stiker penutupan sementara. Tak terkecuali Pasar Seni Sukawati di Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar. Tim Gabungan menempel stiker penutupan Pasar Seni Sukawati sejak, Selasa (13/7). Ratusan pedagang yang telanjur buka sejak pagi diminta segera menutup los maupun kiosnya. Hingga akhirnya sekitar pukul 12.00 Wita, Pasar benar-benar sepi dan pintu kacanya digembok. Penutupan berlangsung sepekan hingga PPKM berakhir, yakni 20 Juli 2021 mendatang.
Seperti yang dialami pedagang yang dikategorikan non esensial sesuai SE Gubernur, dirasakan serupa oleh pedagang Pasar Seni Sukawati yang dominan menjual pakaian, lukisan dan souvenir. Bahkan tidak saja pedagang di bagian gedung megah, pedagang serupa di pinggir jalan sepanjang jalan raya Sukawati juga terpaksa tutup selama PPKM. Para pedagang memperkirakan alami kerugian jutaan rupiah akibat penutupan ini. Sebab pemasukan nol, sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari wajib dipenuhi. Untuk beralih profesi atau pekerjaan dalam waktu singkat, para pedagang mengaku kesulitan. Khawatir sama merugi jika berspekulasi, sehingga hari pertama libur jualan pedagang pilih diam saja di rumah.
Seperti diungkapkan pedagang kain/pakaian, Desak Putu Eka kepada NusaBali, Rabu (14/7).
Menurutnya, sebelum pandemi meski sepi kunjungan, tetap dapat jualan minimal Rp 100.000 per hari. "Kalau agak ramai bisa dapat Rp 750.000. Tapi semenjak pandemi, apalagi PPKM kadang tiga hari ndak dapat jualan," ujarnya. Selama PPKM ini ditambah harus tutup total, Desak Putu memperkirakan alami kerugian Rp 4,5 juta selama penutupan. Apalagi saat ini, Desak Putu tidak ada aktivitas lain. "Tidak ada aktivitas, diam saja di rumah," ujarnya yang berharap perekonomian cepat pulih ini.
Hal senada diungkapkan pedagang lain, Ayu Viery bahwa semenjak pandemi Covid-19 omzetnya turun drastis. Ditambah saat ini libur sepekan karena PPKM, praktis tidak ada pemasukan. "Rugi sih enggak, tapi pemasukan nggak ada karena sudah tutup. Omset zero," ungkapnya. Ayu pun pilih diam di rumah saja selama libur jualan.
Pedagang souvenir, Made Weju, 58, mau tak mau harus mengikuti anjuran pemerintah. "Kalau memang demi kebaikan bersama, saya mendukung penutupan ini," jelasnya. Sesuai pengumuman yang diterima, Pasar Seni Sukawati akan dibuka kembali 21 Juli 2021. "Mudah-mudahan tidak ada perubahan, 21 Juli bisa kembali berjualan," harapnya.
Weju pun tak bisa berbuat banyak atas kondisi tersebut. Meskipun dipastikan kehilangan pendapatan selama beberapa hari ke depan, pedagang asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yang menjual sovenir ini mengaku mendukung peraturan pemerintah tersebut. "Rugi itu pasti tapi kita kan harus mengikuti aturan yang ada," imbuh Made Weju.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary juga mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sebab bukan Disperindag Gianyar yang melakukan penutupan, melainkan tim gabungan provinsi. "Niki bukan kami yang menutup. Tapi tim gabungan provinsi sesuai SE Gubernur. Kan ada pemasangan stiker itu," ujarnya. Disperindag Gianyar hanya mengikuti arahan dari tim provinsi. "Arahan tim provinsi kita ikuti," ujarnya. Eka Suary berharap para pedagang bersabar. "Utamakan kesehatan di masa pandemi ini, semoga pedagang bisa sabar dan tetap sehat," harapnya.
Seperti diketahui, gedung megah Pasar Seni Sukawati ini mulai ditempati pedagang sejak akhir Maret 2021 lalu. Meski dalam suasana pandemi, pedagang tetap antusias jualan di tempat nyaman berlantai 3. Penataan jenis dagangan menerapkan zonasi. Lantai dasar untuk produk lukisan dan souvenir, lantai I kain dan sejenisnya. Jumlah pedagang yang menempati bangunan megah yang baru tetap sama, yakni 778 los dan 24 pedagang kios. *nvi
Seperti yang dialami pedagang yang dikategorikan non esensial sesuai SE Gubernur, dirasakan serupa oleh pedagang Pasar Seni Sukawati yang dominan menjual pakaian, lukisan dan souvenir. Bahkan tidak saja pedagang di bagian gedung megah, pedagang serupa di pinggir jalan sepanjang jalan raya Sukawati juga terpaksa tutup selama PPKM. Para pedagang memperkirakan alami kerugian jutaan rupiah akibat penutupan ini. Sebab pemasukan nol, sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari wajib dipenuhi. Untuk beralih profesi atau pekerjaan dalam waktu singkat, para pedagang mengaku kesulitan. Khawatir sama merugi jika berspekulasi, sehingga hari pertama libur jualan pedagang pilih diam saja di rumah.
Seperti diungkapkan pedagang kain/pakaian, Desak Putu Eka kepada NusaBali, Rabu (14/7).
Menurutnya, sebelum pandemi meski sepi kunjungan, tetap dapat jualan minimal Rp 100.000 per hari. "Kalau agak ramai bisa dapat Rp 750.000. Tapi semenjak pandemi, apalagi PPKM kadang tiga hari ndak dapat jualan," ujarnya. Selama PPKM ini ditambah harus tutup total, Desak Putu memperkirakan alami kerugian Rp 4,5 juta selama penutupan. Apalagi saat ini, Desak Putu tidak ada aktivitas lain. "Tidak ada aktivitas, diam saja di rumah," ujarnya yang berharap perekonomian cepat pulih ini.
Hal senada diungkapkan pedagang lain, Ayu Viery bahwa semenjak pandemi Covid-19 omzetnya turun drastis. Ditambah saat ini libur sepekan karena PPKM, praktis tidak ada pemasukan. "Rugi sih enggak, tapi pemasukan nggak ada karena sudah tutup. Omset zero," ungkapnya. Ayu pun pilih diam di rumah saja selama libur jualan.
Pedagang souvenir, Made Weju, 58, mau tak mau harus mengikuti anjuran pemerintah. "Kalau memang demi kebaikan bersama, saya mendukung penutupan ini," jelasnya. Sesuai pengumuman yang diterima, Pasar Seni Sukawati akan dibuka kembali 21 Juli 2021. "Mudah-mudahan tidak ada perubahan, 21 Juli bisa kembali berjualan," harapnya.
Weju pun tak bisa berbuat banyak atas kondisi tersebut. Meskipun dipastikan kehilangan pendapatan selama beberapa hari ke depan, pedagang asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yang menjual sovenir ini mengaku mendukung peraturan pemerintah tersebut. "Rugi itu pasti tapi kita kan harus mengikuti aturan yang ada," imbuh Made Weju.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gianyar, Luh Gede Eka Suary juga mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sebab bukan Disperindag Gianyar yang melakukan penutupan, melainkan tim gabungan provinsi. "Niki bukan kami yang menutup. Tapi tim gabungan provinsi sesuai SE Gubernur. Kan ada pemasangan stiker itu," ujarnya. Disperindag Gianyar hanya mengikuti arahan dari tim provinsi. "Arahan tim provinsi kita ikuti," ujarnya. Eka Suary berharap para pedagang bersabar. "Utamakan kesehatan di masa pandemi ini, semoga pedagang bisa sabar dan tetap sehat," harapnya.
Seperti diketahui, gedung megah Pasar Seni Sukawati ini mulai ditempati pedagang sejak akhir Maret 2021 lalu. Meski dalam suasana pandemi, pedagang tetap antusias jualan di tempat nyaman berlantai 3. Penataan jenis dagangan menerapkan zonasi. Lantai dasar untuk produk lukisan dan souvenir, lantai I kain dan sejenisnya. Jumlah pedagang yang menempati bangunan megah yang baru tetap sama, yakni 778 los dan 24 pedagang kios. *nvi
Komentar