Covid-19 Menggila, RS Wangaya Penuh
PPKM Darurat tak mempan, Satgas minta warga diam di rumah.
DENPASAR, NusaBali
Kasus Covid-19 di Bali makin menggila. Untuk di Denpasar dan Badung mengalami kenaikan yang signifikan setiap harinya. Di Denpasar, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya sebagai rumah sakit rujukan pasien Covid-19 mulai penuh, sehingga mulai khawatir dengan tekanan pasien Covid-19 yang terus bertambah.
Data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali , Kamis (15/7), di Denpasar terdapat 362 kasus positif. Kemudian di Badung terdapat 144 kasus positif. Daerah yang tinggi angka positifnya juga di Buleleng dengan 100 kasus positif, Tabanan 70 kasus positif, Jembrana 45 kasus, Gianyar 42 kasus, Bangli 29 kasus, Klungkung 26 kasus positif, dan Karangasem 21 kasus.
Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar Dewa Gede Rai dihubungi di Denpasar, Kamis kemarin siang, mengatakan penularan Covid-19 yang angkanya tinggi di Bali, khususnya Denpasar dipicu oleh klaster musim liburan , dan klaster keluarga. Meskipun sudah diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, tetap tidak mempan, karena lalulintas orang masih tinggi. "Kasus di Denpasar paling tinggi. Rumah Sakit Wangaya sekarang sudah penuh. Ini banyak dipicu klaster keluarga, ini ada teman saya, 1 orang aktif di luar rumah, ya menulari 4 anggota keluarga. Istri dan 3 anaknya kena semua," kata Dewa Rai.
Dewa Rai menyebutkan dalam kondisi sekarang tidak bisa semua anggota keluarga diam di rumah. Karena ada yang aktif beraktivitas untuk ekonomi keluarga. "Makanya saran pemerintah memang harus diam di rumah," ucap pria yang juga Humas KONI Denpasar ini.
Menurut Dewa Rai, masa PPKM Darurat sudah maksimal. Tapi aktivitas dan mobilitas warga masih saja terjadi. Yang menjadi pemicu kasus naik, kata Dewa Rai, kapasitas tracing dan testing yang terus berlanjut dan akhirnya angka positif jadi mengular. "Karena prosedurnya begitu. Ditemukan satu maka kita tracing, akhirnya ada rentetan, banyak ternyata yang kena. Angkanya pasti besar, karena tracing kita tinggi. Makin banyak kita cari, makin banyak ditemukan," ujar Dewa Rai.
Menurut Dewa Rai, penularan Covid-19 pada saat ini memang sangat masif , sejak sebulan terakhir, usai musim libur Lebaran. "Ini bukan mencari kambing hitam. Ini lebih menggila dari penularan tahun 2020 lalu. Dari sebulan lalu dari 2 digit naik, sampai 3 digit," kata pria asal Desa Akah, Kecamatan/Kabupaten Klungkung .
Bagaimana pola penanganan dan pencegahan sekarang? "Sebenarnya upaya mencegah sudah maksimal dengan pengetatan lalulintas orang, terutama yang masuk ke Denpasar. Apalagi pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) sudah mulai berkurang. PPKM Darurat sudah ketat juga, tetapi kan tidak bisa kita larang total. Intinya yang tidak mendesak sekali, tolong diam di rumah," ujar Dewa Rai.
Kata Dewa Rai, kasus yang meledak dan terkonfirmasi positif Covid-19 sekarang diduga penularan sepekan dua pekan lalu. "Artinya mereka yang tertular sepekan, atau dua pekan lalu masa inkubasinya sekarang. Sehingga ledakan kasus positif Covid-19 sangat tinggi. Mereka yang bergejala sekarang, baru memeriksakan diri ke rumah sakit, akhirnya terdeteksinya positif," ujar Dewa Rai.
Saat ini menurut Dewa Rai, tingkat hunian atau bed occupancy rate (BOR) RS Wangaya sudah mendekati 100 persen. "Rumah Sakit Wangaya sudah penuh. Malah kita sudah menerapkan sistem buka tutup ruangan Unit Gawat Darurat (UGD). Upaya lain, kita juga sudah mengkonversi ruangan biasa menjadi ruang perawatan pasien Covid-19 dan ruang isolasi. Pokoknya nambah terus," ucap Dewa Rai.
Untuk mengurangi tekanan rumah sakit dari rujukan pasien Covid-19 ini, pemerintah tidak bisa andalkan Satgas Covid-19 saja. "Perlu penyelesaian di hulu. Ya dengan mengurangi aktifitas di luar rumah. Dengan prokes yang ketat. Kalau tidak, kita di hilir yang keteter. Kalau memang tidak ada keperluan mendesak jangan keluar rumah. PPKM ini kan tujuannya melandaikan tekanan terhadap rumah sakit," ujar Dewa Rai.
Dewa Rai menyebutkan kalau tekanan terhadap rumah sakit makin tinggi, pelayanan tidak bisa maksimal. Akibatnya ada pasien yang tidak dapat dirawat. Sehingga bisa terpengaruh dengan angka kematian. "Kasus kematian akan tinggi , karena tidak dapat perawatan. Solusinya diem saja di rumah. Kalau manusia bergerak, ya virusnya kemana-mana. Jadi harus disiplin," ujar Dewa Rai. *nat
Data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali , Kamis (15/7), di Denpasar terdapat 362 kasus positif. Kemudian di Badung terdapat 144 kasus positif. Daerah yang tinggi angka positifnya juga di Buleleng dengan 100 kasus positif, Tabanan 70 kasus positif, Jembrana 45 kasus, Gianyar 42 kasus, Bangli 29 kasus, Klungkung 26 kasus positif, dan Karangasem 21 kasus.
Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar Dewa Gede Rai dihubungi di Denpasar, Kamis kemarin siang, mengatakan penularan Covid-19 yang angkanya tinggi di Bali, khususnya Denpasar dipicu oleh klaster musim liburan , dan klaster keluarga. Meskipun sudah diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, tetap tidak mempan, karena lalulintas orang masih tinggi. "Kasus di Denpasar paling tinggi. Rumah Sakit Wangaya sekarang sudah penuh. Ini banyak dipicu klaster keluarga, ini ada teman saya, 1 orang aktif di luar rumah, ya menulari 4 anggota keluarga. Istri dan 3 anaknya kena semua," kata Dewa Rai.
Dewa Rai menyebutkan dalam kondisi sekarang tidak bisa semua anggota keluarga diam di rumah. Karena ada yang aktif beraktivitas untuk ekonomi keluarga. "Makanya saran pemerintah memang harus diam di rumah," ucap pria yang juga Humas KONI Denpasar ini.
Menurut Dewa Rai, masa PPKM Darurat sudah maksimal. Tapi aktivitas dan mobilitas warga masih saja terjadi. Yang menjadi pemicu kasus naik, kata Dewa Rai, kapasitas tracing dan testing yang terus berlanjut dan akhirnya angka positif jadi mengular. "Karena prosedurnya begitu. Ditemukan satu maka kita tracing, akhirnya ada rentetan, banyak ternyata yang kena. Angkanya pasti besar, karena tracing kita tinggi. Makin banyak kita cari, makin banyak ditemukan," ujar Dewa Rai.
Menurut Dewa Rai, penularan Covid-19 pada saat ini memang sangat masif , sejak sebulan terakhir, usai musim libur Lebaran. "Ini bukan mencari kambing hitam. Ini lebih menggila dari penularan tahun 2020 lalu. Dari sebulan lalu dari 2 digit naik, sampai 3 digit," kata pria asal Desa Akah, Kecamatan/Kabupaten Klungkung .
Bagaimana pola penanganan dan pencegahan sekarang? "Sebenarnya upaya mencegah sudah maksimal dengan pengetatan lalulintas orang, terutama yang masuk ke Denpasar. Apalagi pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) sudah mulai berkurang. PPKM Darurat sudah ketat juga, tetapi kan tidak bisa kita larang total. Intinya yang tidak mendesak sekali, tolong diam di rumah," ujar Dewa Rai.
Kata Dewa Rai, kasus yang meledak dan terkonfirmasi positif Covid-19 sekarang diduga penularan sepekan dua pekan lalu. "Artinya mereka yang tertular sepekan, atau dua pekan lalu masa inkubasinya sekarang. Sehingga ledakan kasus positif Covid-19 sangat tinggi. Mereka yang bergejala sekarang, baru memeriksakan diri ke rumah sakit, akhirnya terdeteksinya positif," ujar Dewa Rai.
Saat ini menurut Dewa Rai, tingkat hunian atau bed occupancy rate (BOR) RS Wangaya sudah mendekati 100 persen. "Rumah Sakit Wangaya sudah penuh. Malah kita sudah menerapkan sistem buka tutup ruangan Unit Gawat Darurat (UGD). Upaya lain, kita juga sudah mengkonversi ruangan biasa menjadi ruang perawatan pasien Covid-19 dan ruang isolasi. Pokoknya nambah terus," ucap Dewa Rai.
Untuk mengurangi tekanan rumah sakit dari rujukan pasien Covid-19 ini, pemerintah tidak bisa andalkan Satgas Covid-19 saja. "Perlu penyelesaian di hulu. Ya dengan mengurangi aktifitas di luar rumah. Dengan prokes yang ketat. Kalau tidak, kita di hilir yang keteter. Kalau memang tidak ada keperluan mendesak jangan keluar rumah. PPKM ini kan tujuannya melandaikan tekanan terhadap rumah sakit," ujar Dewa Rai.
Dewa Rai menyebutkan kalau tekanan terhadap rumah sakit makin tinggi, pelayanan tidak bisa maksimal. Akibatnya ada pasien yang tidak dapat dirawat. Sehingga bisa terpengaruh dengan angka kematian. "Kasus kematian akan tinggi , karena tidak dapat perawatan. Solusinya diem saja di rumah. Kalau manusia bergerak, ya virusnya kemana-mana. Jadi harus disiplin," ujar Dewa Rai. *nat
Komentar