Salak Melimpah, Agro Abian Salak Sibetan Ciptakan Rebung Salak dan Olahan Lainnya
AMLAPURA, NusaBali.com -Desa Sibetan, Karangasem, bisa dikatakan sangat identik dengan buah salaknya.
Salak Bali yang terkenal hingga mancanegara diketahui tumbuh subur di desa yang berada di kaki Gunung Agung tersebut. Melimpahnya panen salak setiap tahunnya tidak selalu berujung manis bagi para petani salak di Desa Sibetan. Acapkali kita mendengar buah salak dibuang begitu saja ketika musim panen raya, agar harga salak tidak jatuh di pasaran.
Hal itu memantik pikiran I Nyoman Mastra untuk mencari solusi terhadap fenomena yang ia lihat setiap tahun tersebut. Ia mendirikan Agro Abian Salak, sebuah usaha wisata agro yang terletak di Jalan Raya Duda Timur, Banjar Karanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Lantas apa yang ditawarkan Agro Abian Salak?
“Saya terinspirasi dari banyak salak yang terbuang di saat panen raya sehingga kita menciptakan Agro Abian Salak untuk menarik wisatawan atau pembeli yang datang ke Sibetan untuk menikmati salak,” ujar I Nyoman Mastra mengawali ceritanya, saat ditemui pada Kamis (15/7/2021), di tempat usahanya.
Selanjutnya ia mengatakan di Agro Abian Salak, pihaknya akan mengenalkan berbagai jenis salak yang ada di Sibetan, seperti salak gula pasir dan salak nanas yang ternyata memiliki 12 varietas khas Desa Sibetan.
Wisatawan akan diajak berjalan-jalan di kebun salak seluas 1 hektare sambil memetik langsung buah salak dari pohonnya. Mereka juga akan diperkenalkan dengan cara merawat dan memelihara tanaman salak.
Setelah berpetualang di tengah-tengah kebun salak, para wisatawan selanjutnya akan diajak mengenal berbagai macam menu olahan salak. Misalnya, biji salak yang diolah menjadi kopi salak atau salacca coffee, dan kulit salak yang diolah menjadi mirip teh atau salacca tea. Ada juga olahan daging buah salak yang dibuat menjadi kurma salak sementara daging salak yang sudah agak membusuk diolah menjadi cuka salak atau salacca vinegar. “Olahan tersebut merupakan kreasi kami sendiri,” terangnya.
Tidak lupa Mastra juga akan memperkenalkan menu favorit di Agro Abian Salak. Rebung salak, yang oleh Mastra, diolah menjadi makanan lezat yang ia akui hanya ada di Desa Sibetan.
“Rebung salak diolah menjadi sup, ini menjadi ikon Desa Sibetan,” ungkap Mastra yang mendirikan Agro Abian Salak pada 2011.
Lebih jauh Mastra mengungkap jika pengelolaan Agro Abian Salak saat ini dilakukan oleh dua Kelompok Wanita Tani (KWT), yakni KWT Agro Abian Salak dan KWT Wisata Agro Abian Salak. Untuk di bidang pengolahan salak, terang Mastra, dikelola oleh KWT Agro Abian Salak, sedangkan agrowisata salak sendiri dikelola oleh KWT Wisata Agro Abian Salak.
Sementara untuk memasarkan produk-produk yang dimiliki oleh Agro Abian Salak, Mastra mengakui itu dilakukan dengan berbagai cara. Selain bekerjasama dengan warung-warung yang ada di Sibetan dan sekitarnya, pihaknya juga sudah memasarkan produknya melalui media sosial.
Tentunya tidak mudah bagi Mastra dalam mengembangkan Agro Abian Salak. Selain permasalahan modal, ia juga mengakui kualitas SDM di Desanya perlu terus ditingkatkan. Mengingat diperlukan kemampuan untuk menggaet wisatawan, baik dalam pemasaran maupun menciptakan produk-produk yang menarik. Tidak lupa ia mengatakan curah hujan yang tinggi di daerahnya, menjadi salah satu tantangan dalam mengelola Agro Abian Salak.
Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, ia mengakui usahanya sangat terdampak dengan ditutupnya pariwisata di Bali. Namun, itu tidak memupuskan semangat Mastra untuk teguh mengejar cita-citanya ketika di awal mendirikan Agro Abian Salak. “Harapan kami untuk bisa memajukan bidang pertanian sekaligus bidang pariwisata, termasuk teknik pengolahan salak itu sendiri,” ujar Mastra. *adi
Komentar