Enam Hari, Udara Denpasar Telah Dicuci 600.000 Liter Eco-Enzyme
DENPASAR, NusaBali.com - Program penyemprotan cairan eco-enzyme enam hari berturut-turut oleh Komunitas Eco-Enzyme yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar memasuki hari keenam atau hari terakhir, Selasa (20/7/2021).
Sejak program dimulai Kamis (15/7/2021), setidaknya sekitar 600.000 liter cairan eco-enzyme telah digelontorkan untuk membersihkan udara Kota Denpasar dengan desinfektan alami tersebut. Keberangkatan delapan armada penyemprotan di hari terakhir program ini, dilepas langsung oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, dari depan Pura Jagatnatha Denpasar. Tampak juga hadir, Pjs Sekda Kota Denpasar, I Made Toya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa, dan para relawan dari Komunitas Eco-Enzyme Nusantara.
“Lebih dari 600 liter eco-enzyme (murni) telah digunakan karena di pertengahan program terjadi penambahan permintaan pasokan eco-enzyme,” ujar I Ketut Udi Prayudi, salah satu Koordinator Relawan Eco-Enzyme Kota Denpasar, pada Selasa (20/7/2021) pagi.
FOTO: I Ketut Udi Prayudi .-SURYADI
Dengan perbandingan 1:1000, seperti yang disarankan, maka dengan jumlah tersebut setidaknya 600.000 liter eco-enzyme telah disemprotkan ke udara Kota Denpasar, mencakup seluruh kecamatan yang ada di Kota Denpasar, selama enam hari berlangsungnya program.
Udi Prayudi mengatakan masyarakat sangat antusias dengan penggunaan cairan eco-enzyme sebagai desinfektan alami. Masyarakat selama ini menggunakan desinfektan buatan (non alami) yang sering memiliki efek samping untuk kesehatan seperti, iritasi maupun kulit gatal-gatal. Alhasil, menurutnya, masyarakat sangat nyaman menggunakan desinfektan alami seperti eco-enzyme.
Bahkan, tambahnya, ada juga masyarakat yang ingin penyemprotan eco-enzyme dapat dilakukan serentak di seluruh Bali. “Kami siap memfasilitasi jika hal tersebut telah mendapat dukungan dari seluruh pemerintah (daerah) nantinya,” ungkap Udi Prayudi.
Mantan komisioner KPU Bali tersebut juga menyebut jika program yang dilakukan selama enam hari berturut-turut dimaksudkan untuk mensosialisasikan bahwa sesunguhnya alam sudah menyiapkan secara alami apa yang bisa digunakan untuk menjaga lingkungan itu sendiri.
Ia mengatakan eco-enzyme merupakan hasil fermentasi dari sampah/limbah dapur organik dari dapur kita masing-masing yang dicampur dengan gula dan air. Sampah/limbah dapur yang dipakai adalah kulit buah yang tidak kita makan dan bagian sayur yang tidak kita pakai masak, seperti batang, akar sayur, dan bagian lainnya.
Ia pun berharap nantinya setelah mengenal eco-enzyme, segenap elemen masyarakat termasuk pemerintah dapat membuat eco-enzyme sendiri mengingat berbagai kelebihan dan manfaat yang dimiliki oleh eco-enzyme.
Untuk selanjutnya, setelah berakhirnya program penyemprotan eco-enzyme enam hari berturut-turut ini, pihaknya telah berbicara dengan Kadis DLHK Kota denpasar untuk mengadakan penyemprotan eco-enzyme setiap hari Jumat di beberapa titik Kota Denpasar.
“Pemerintah barangkali akan menjadikan setiap jari Jumat sebagai Jumat eco-enzyme, di mana nanti selain ada penyemprotan eco-enzyme juga akan ada pembuatan eco-enzyme oleh pegawai-pegawai pemerintahan,” tandasnya.
Mengenai hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa, membenarkan adanya rencana melakukan penyemprotan eco-enzyme setiap hari Jumat di beberapa titik Kota Denpasar, meski secara teknis hal tersebut belum ditentukan.
“Setiap hari Jumat kita akan bergerak bersama Komunitas Eco-enzyme, Dinas Perkim, akan melakukan penyemprotan ke beberapa titik Kota Denpasar, seperti TPA (Tempat Pembuangan Akhir),” ungkapnya.
Kadis juga berharap dengan telah diketahuinya manfaat dan kelebihan eco-enzyme masyarakat mulai membuat eco-enzyme sendiri sehingga sampah-sampah organik bisa dimanfaatkan dan tidak dibuang ke tempat sampah dan sampah pun berkurang di tempat pembuangan sampah sementara. *adi
Komentar