Data Dinkes dan Lapangan Tak Sinkron
Salah Satu Penyebab Meningkatnya Kasus Covid-19 di Denpasar
Data tidak sinkron itu diketahui setelah pemberian konsumsi kepada warga yang isolasi mandiri (isoman).
DENPASAR, NusaBali
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Denpasar menemukan banyak data yang tidak sinkron antara data Dinas Kesehatan (Dinkes) Denpasar dengan data Satgas di masing-masing desa/kelurahan. Hal itu terjadi karena banyak warga yang positif Covid-19 tidak ada di alamat yang tercantum dalam data test PCR.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai, Jumat (23/7) mengatakan, data yang tidak sinkron itu ditemukan saat dilakukan tracing ke lokasi alamat yang diberikan saat melakukan swab test. Banyak warga yang hasil swab PCR positif memilih memberikan alamat domisili palsu. Selain itu, mereka yang diswab PCR juga ada yang pindah tempat tinggal sebelum hasil swab PCR keluar.
Data tidak sinkron itu diketahui setelah pemberian konsumsi kepada warga yang isolasi mandiri (isoman). "Data Dinkes dengan data lapangan tidak sinkron setelah mengecek warga isoman yang akan diberikan konsumsi. Ternyata, di alamat yang tertera atas nama mereka tidak ditemukan di lokasi alamat tempat tinggal sementara mereka," jelasnya.
Salah satunya, saat penyerahan konsumsi di Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur. Data dari Dinkes, di tempat tersebut yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 100 orang, namun saat didatangi ke lokasi masing-masing, yang ditemukan hanya 90 orang, 10 orang tersebut tidak ada tinggal di lokasi alamat yang mereka berikan.
Dengan banyaknya alamat palsu yang diberikan, Satgas desa/kelurahan kesulitan menemukan mereka yang memberikan alamat tempat tinggal tidak jelas. "Kesulitannya, mereka yang sudah positif tidak ditemukan di alamat yang diberikan. Jadi, mereka yang tidak ditemukan di lapangan ini dikhawatirkan bakal menyebarkan ke masyarakat lainnya. Kemungkinan juga mereka pergi dari kos mereka saat tenggang keluar hasil swab. Karena kan hasil swab tiga hari baru keluar," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, mereka kemungkinan salah satu penyebab penambahan kasus Covid-19 yang saat ini semakin tinggi. "Itu juga salah satu penyebabnya. Sebab, saat data akumulasi harian peningkatan kasus mencapai 544 dalam sehari, 43,20 persennya merupakan KTP luar Denpasar atau sebanyak 235 orang ber KTP pendatang. Sementara, hanya 309 orang ber KTP Denpasar," imbuh Dewa Rai. *mis
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai, Jumat (23/7) mengatakan, data yang tidak sinkron itu ditemukan saat dilakukan tracing ke lokasi alamat yang diberikan saat melakukan swab test. Banyak warga yang hasil swab PCR positif memilih memberikan alamat domisili palsu. Selain itu, mereka yang diswab PCR juga ada yang pindah tempat tinggal sebelum hasil swab PCR keluar.
Data tidak sinkron itu diketahui setelah pemberian konsumsi kepada warga yang isolasi mandiri (isoman). "Data Dinkes dengan data lapangan tidak sinkron setelah mengecek warga isoman yang akan diberikan konsumsi. Ternyata, di alamat yang tertera atas nama mereka tidak ditemukan di lokasi alamat tempat tinggal sementara mereka," jelasnya.
Salah satunya, saat penyerahan konsumsi di Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur. Data dari Dinkes, di tempat tersebut yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 100 orang, namun saat didatangi ke lokasi masing-masing, yang ditemukan hanya 90 orang, 10 orang tersebut tidak ada tinggal di lokasi alamat yang mereka berikan.
Dengan banyaknya alamat palsu yang diberikan, Satgas desa/kelurahan kesulitan menemukan mereka yang memberikan alamat tempat tinggal tidak jelas. "Kesulitannya, mereka yang sudah positif tidak ditemukan di alamat yang diberikan. Jadi, mereka yang tidak ditemukan di lapangan ini dikhawatirkan bakal menyebarkan ke masyarakat lainnya. Kemungkinan juga mereka pergi dari kos mereka saat tenggang keluar hasil swab. Karena kan hasil swab tiga hari baru keluar," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, mereka kemungkinan salah satu penyebab penambahan kasus Covid-19 yang saat ini semakin tinggi. "Itu juga salah satu penyebabnya. Sebab, saat data akumulasi harian peningkatan kasus mencapai 544 dalam sehari, 43,20 persennya merupakan KTP luar Denpasar atau sebanyak 235 orang ber KTP pendatang. Sementara, hanya 309 orang ber KTP Denpasar," imbuh Dewa Rai. *mis
1
Komentar