Gus Teja Tebar Kedamaian di Taiwan
‘Seniman suling’ ini dihadiahi penghargaan tertinggi dalam partisipasi membawa pesan perdamaian dari Pemimpin Tertinggi Umat Budha Maitreya.
DENPASAR, NusaBali
Gus Teja dengan ciri khas permainan serulingnya yang merdu, tampil memukau dalam even The 3rd Nature Loving Festival of Arts 2016, di Taiwan yang berlangsung pada 31 Desember 2016 hingga 1 Januari 2017.
Setibanya di Bali, Selasa (3/1) kemarin, melalui sambungan telepon, pemilik namanya lengkap Agus Teja Santosa mengaku begitu bangga dan senang mendapat kesempatan tampil dalam ajang bergengsi. Ajang yang merupakan agenda tahunan dari Budha Maitrea, diungkapkan berlangsung di lokasi pegunungan nan indah dan menakjubkan. “Saya merasa senang dan bangga bisa berpartisipasi dalam agenda menebar pesan perdamaian yang diikuti dari berbagai negara di dunia itu,” aku seniman kelahiran tahun 1982 ini.
Dijelaskan, ajang tersebut lebih mengarah pada tujuan kedamaian melalui karya–karya musik, tari yang disampaikan secara universal. Tidak ada urusan masalah suku, ras dan agama, ini murni kebersamaan dalam menggaungkan perdamaian. “Saya sendiri diundang bersama perkumpulan Budha Maitreya Bali, yang memang bertujuan mengajak dan bersama-sama menebar kedamaian, lebih universal dalam wujud karya seni,” bebernya.
Di atas panggung, Gus Teja membawakan 4 karya, dan pihaknya mengaku para penonton sangat luar biasa merespon karya-karyanya. Karya yang dibawakan diantaranya Morning Happiness, Romance, Hero dan Itu Sayang yang merupakan album andalan Gus Teja. Dan dua lagu yang diarransemen milik kelompok Budha Maitreya.
Gus Teja menceritakan, lokasi berlangsungnya Nature Loving Festival of Art sungguh mengagumkan, berada di pegunungan, suasananya sangat tenang, menghanyutkan. “Di sana ada patung Budha besar nan megah, suasana di tengah-tengah pegunungan yang tenang, banyak hal terinspirasi, benar-benar beruntung bisa mendapat kesempatan tampil di sana, untuk menggaungkan pesan yang disampaikan secara universal dari sebuah karya seni,” terangnya.
Selain dirinya, dari Indonesia juga ada yang tampil tari-tari Bali, Jakarta, Batam, ada umat Katolik, jadi beragam. “Intinya kami di sana tidak melihat hubungan ras, suku, jadi tidak ada kaitan dengan agama dan murni kebersamaan, dalam membawa pesan perdamaian ke seluruh penjuru dunia,” ujar lulusan ISI Denpasar.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Teja juga dihadiahi penghargaan tertinggi dalam partisipasi membawa pesan perdamaian dari Pemimpin Tertinggi Umat Budha Maitreya. “Saya menerima penghargaan langsung diserahkan oleh pemimpin dunia tertinggi Umat Budha Maitreya, sekali lagi saya merasa senang dan puas bisa tampil dalam dukungan suasana pegunungan penuh makna,” ungkap seniman asal Ubud Gianyar ini. * nvi
Setibanya di Bali, Selasa (3/1) kemarin, melalui sambungan telepon, pemilik namanya lengkap Agus Teja Santosa mengaku begitu bangga dan senang mendapat kesempatan tampil dalam ajang bergengsi. Ajang yang merupakan agenda tahunan dari Budha Maitrea, diungkapkan berlangsung di lokasi pegunungan nan indah dan menakjubkan. “Saya merasa senang dan bangga bisa berpartisipasi dalam agenda menebar pesan perdamaian yang diikuti dari berbagai negara di dunia itu,” aku seniman kelahiran tahun 1982 ini.
Dijelaskan, ajang tersebut lebih mengarah pada tujuan kedamaian melalui karya–karya musik, tari yang disampaikan secara universal. Tidak ada urusan masalah suku, ras dan agama, ini murni kebersamaan dalam menggaungkan perdamaian. “Saya sendiri diundang bersama perkumpulan Budha Maitreya Bali, yang memang bertujuan mengajak dan bersama-sama menebar kedamaian, lebih universal dalam wujud karya seni,” bebernya.
Di atas panggung, Gus Teja membawakan 4 karya, dan pihaknya mengaku para penonton sangat luar biasa merespon karya-karyanya. Karya yang dibawakan diantaranya Morning Happiness, Romance, Hero dan Itu Sayang yang merupakan album andalan Gus Teja. Dan dua lagu yang diarransemen milik kelompok Budha Maitreya.
Gus Teja menceritakan, lokasi berlangsungnya Nature Loving Festival of Art sungguh mengagumkan, berada di pegunungan, suasananya sangat tenang, menghanyutkan. “Di sana ada patung Budha besar nan megah, suasana di tengah-tengah pegunungan yang tenang, banyak hal terinspirasi, benar-benar beruntung bisa mendapat kesempatan tampil di sana, untuk menggaungkan pesan yang disampaikan secara universal dari sebuah karya seni,” terangnya.
Selain dirinya, dari Indonesia juga ada yang tampil tari-tari Bali, Jakarta, Batam, ada umat Katolik, jadi beragam. “Intinya kami di sana tidak melihat hubungan ras, suku, jadi tidak ada kaitan dengan agama dan murni kebersamaan, dalam membawa pesan perdamaian ke seluruh penjuru dunia,” ujar lulusan ISI Denpasar.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Teja juga dihadiahi penghargaan tertinggi dalam partisipasi membawa pesan perdamaian dari Pemimpin Tertinggi Umat Budha Maitreya. “Saya menerima penghargaan langsung diserahkan oleh pemimpin dunia tertinggi Umat Budha Maitreya, sekali lagi saya merasa senang dan puas bisa tampil dalam dukungan suasana pegunungan penuh makna,” ungkap seniman asal Ubud Gianyar ini. * nvi
Komentar