Menolak Isolasi Terpusat, OTG-GR Akan Dijemput Paksa
Pemkab Bangli Gunakan Gedung Diklat RSJ Jadi Tempat Isolasi Terpusat
Selain Gedung Diklat RSJ Provinsi Bali, Pemkab Bangli juga siapkan Gedung SKB Kayuambua dan LPK sebagai tempat isolasi mandiri paisen Covid-19 kategori OTG-GR
BANGLI, NusaBali
Pemkab Bangli mulai melaksanakan isolasi terpusat bagi warga Gumi Sejuk yang positif Covid-19 ketegori orang tanpa gejala dan gejala ringan (OTG-GR), sejak Minggu (25/7). Bagi OTG-GR yang menolak isolasi terpusat, mereka akan dijemput paksa oleh petugas ke rumahnya masing-masing.
Isolasi terpusat yang diprogramkan Pemkab Bangli ini memanfaatkan Gedung Diklat RSJ Provinsi Bali di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli. Gedung untuk isolasi terpusat ini sempat ditinjau Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, Minggu kemarin.
Bupati Sedana Arta mengatakan, dari hasil koordinasi dengan Gubernur Bali Wayan Koster dan Direktur RSJ Provinsi Bali, maka diputuskan Gedung Diklat RSJ dimanfaatkan untuk isolasi terpusat OTG-GR di Kabupaten Bangli. Gedung berlantai empat ini sejatinya mampu menampung 200 orang. Namun, agar bisa jaga jarak, maka hanya diisi 100 orang.
Menurut Bupati Sedana Arta, Pemkab Bangli juga telah menyiapkan Gedung SKB Kayuambua di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli untuk tempat isolasi terpusat OTG-GR. SKB Kayuambua ini berkapasitas 50 orang.
"Untuk isolasi terpusat sudah diintruksikan seminggu lalu, kemudian kembali dipertegas. Maka itu, mulai hari ini (kemarin) OTG-GR menjalani isolasi terpadu, tidak ada lagi isolasi mandiri," jelas Sedana Arta.
Sedana Arta menegaskan, berdasarkan hasil rapat Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bangli, disepakati OTG-GR yang menjalani isolasi terpadu (terpusat) adalah mereka kasus yang dinyatakan positif Corona sejak Sabtu (24/7). "OTG-GR yang isolasi terpadu adalah kasus yang dirilis sejak kemarin (Sabtu). Sedangkan untuk yang lainnya (positif Corona sebelum Sabtu) tetap menjalani isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan Satgas Desa," papar Bupati yang juga Ketua DPC PDIP Bangli ini.
Menurut Sedana Arta, pihaknya tegas dalam menjalankan program isolasi terpusat ini. Jika OTG-GR yang ditemukan berkeliaran dan menolak isolasi terpusat, mereka akan dijemput oleh petugas. “Jadi, tidak boleh lagi ada OTG-GR yang isolasi mandiri di rumah. Jika menolak, mereka akan dijemput paksa,” terang Sedana Arta.
Sementara, untuk kebutuhan logsitik OTG-GR yang isolasi terpusat, kata Sedana Arta, akan ditanggung pemerintah daerah. Untuk kebutuhan makan, akan memanfaatkan anggaran BTT---anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tak diharapkan berulang. "Kebutuhan makanan disiapkan daerah. Makanan tentu harus sesuai standar gizi," katanya.
Disinggung kemungkinan lonjakan OTG-GR, menurut Sedana Arta, Satgas Penanganan Covid-19 akan mencari lokasi yang memungkinkan untuk tempat isolasi terpusat. Salah satunya, menjajaki Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang memiliki asrama. Selain itu, juga bisa memanfaatkan gedung sekolah.
"Untuk saat ini, kita menghindari penyewaan hotel untuk isolasi. Kita manfaatkan fasilitas milik negara," beber politisi PDIP asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli yang berpengalaman dua kali periode menjadi Wakil Bupati Bangli (2010-2015, 2016-2021), selain juga sebagai anggota DPRD Bali Dapil Bangli (2009-2010) ini.
Sedangkan untuk pengawasan OTG-GR yang menjalani isolasi terpusat, seluruh OPD lingkup Pemkab Bangli dilibatkan. OPD secara bergantian melaksanakan piket pengawasan 24 jam. " Selain itu, setiap hari juga dikerahkan petugas medis, Sat Pol PP, dan TNI/Polri.
Sementara itu, Kapolres Bangli AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan mengatakan berdasarkan data per 24 Juli 2021, ada 54 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Bangli. Dari jumlah tersebut, 11 orang di antarnya mendapat perawatan di rumah sakit, sisanya 43 orang kategori OTG-GR isolasi mandiri. Nah, mereka yang isolasi mandiri inilah dijemput petugas untuk menjalani isolasi terpusat di Gedung Diklat RSJ Bangli.
AKBP Dhana Aryawan menegaskan, OTG-GR yang menolak menjalani isolasi terpusat, akan dijemput paksa oleh petugas. "Kami utamakan dulu pendekatan persuasif. Jika masih menolak isolasi terpusat, tentu ada upaya tegas dari petugas," tandas AKBP Dhana Aryawan di Bangli, Minggu kemarin.
Menurut Kapolres Bangli ini, masyarakat memang merasa lebih nyaman menjalani isolasi mandiri. Tapi, mereka luka kalau isolasi mandiri sangat berisiko terjadi penularan Covid-19. Masalahnya, warga yang isolasi mandiri justru banyak yang berkeliaran. "Isolasi mandiri juga mempercepat penyebaran virus, karena mereka yang harusnya taat isolasi, justru melakukan kontak dengan warga lainnya."
Disebutkan, selama ini memang ada pengawasan dari Satgas Desa dan Satgas Gotong Royong untuk warga yang isolasi mandiri. Namun, tidak semua dapat terpantau lantaran lokasinya menyebar. "Masing-masing rumah juga dipasangi stiker atau tanda bahwa pemilik rumah sedang isolasi. Tetapi, sistem pengawasan tidak mampu, sehingga diputuskan untuk isolasi terpadu," tandas AKBP Dhana Aryawan. esa
1
Komentar