Puluhan Murid Tak Bersekolah, Sehari Pasca Rumah Mereka Dieksekusi
“Saya tidak tahu mau kemana lagi. Menunggu keputusan orang tua saja. Termasuk apakah saya besok bisa sekolah atau tidak, karena tidak ada seragam. Kalo pun beli, kasian minta uang kepada orang tua”
DENPASAR, NusaBali
Sehari pasca eksekusi terhadap rumah milik 33 kepala keluarga (KK) di Kampung Bugis, Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, puluhan anak sekolah warga setempat terpaksa tidak bersekolah lantaran seragam mereka tertimbun di reruntuhan rumah yang telah dibongkar paksa.
Salah satunya, Mega Hardiana, 17, seorang siswa kelas IX SMP Mujirin Kepaon. Saaat ditemui di lokasi, Rabu (4/1) kemarin, dia mengaku tidak bersekolah lantaran tidak memiliki seragam karena tidak sempat menyelamatkannya kendati barang-barang lainnya sudah dikeluarkan oleh petugas pengadilan yang mengeksekusi rumahnya. Saat itu, Mega mengaku ikut mengadang petugas yang akan merobohkan rumahnya tersebut bersama warga lainnya. "Baju tertimbun, untungnya sepatu sama buku-buku saya sudah dikeluarkan. Tapi masih banyak juga barang teman-teman lain yang tertimbun. Bahkan ijazah teman saya juga tertimbun, banyak juga yang nggak sekolah hari ini, membantu orang tua pindahan, gara-gara ikut menghadang kemarin," katanya.
Mega mengaku dirinya bersama teman-teman lainnya yang senasib hanya bisa pasrah dan menangis meratapi rumahnya dihancurkan. "Saya tidak tahu mau kemana lagi. Menunggu keputusan orang tua saja. Termasuk apakah saya besok bisa sekolah atau tidak, karena tidak ada seragam. Kalo pun beli, kasian minta uang kepada orang tua," ucapnya sedih.
Sementara itu, salah satu orang tua, Muhamad Anim, 40, buruh di perusahaan ikan yang anaknya masih duduk di sekolah SD dan TK juga mengakui seragam sekolah anaknya tertimbun di reruntuhan rumah. Dia pun meminta anaknya tidak sekolah dulu, terlebih dirinya masih sibuk mengurus barang-barangnya yang berantakan dan tidak tahu mau dibawa kemana. “Selain seragam dan barang lainnya, beberapa harta kami juga raib. Kami butuh uluran tangan dari pemerintah, ya paling tidak untuk kebutuhan pokok di sini,” harapnya.
Sementara untuk tempat tinggal, Anim mengaku belum tahu harus pintah kemana.
Ia mengatakan masih tidur ditenda swadaya bantuan dari relawan dan keluarganya yang lain di lapangan Desa Serangan. "Kami belum tau mau kemana, belum bisa berpikir, padahal itu tanah kami dari puluhan tahun. Tapi sekarang sudah rata dengan tanah, kami masih menunggu uluran dari pemerintah kota. Kalau pun pulang kampung, kami mau pulang kemana, wong kami lahir di sini," tandasnya
Lurah Serangan I Wayan Karma saat dikonfirmasi, kemarin, membantah adanya barang yang hilang bahkan tertimbun di reruntuhan rumah. Menurutnya, semua barang yang ada di dalam rumah warga sudah dikeluarkan oleh petugas dari Pengadilan Negeri yang saat itu mengeluarkan paksa barang-barangnya sebelum digusur. "Nggak ada itu barang tertimbun dan hilang, kemarin sudah dikeluarin semua kok sama petugas dari PN, kalo dibilang ada yang tertimbun itu tidak ada. Bahkan semua sudah dikeluarkan dan dipindahkan," jelasnya.
Dari pantauan NusaBali, kemarin siang, sejumlah warga masih mencoba mengais puing-puing yang ada di lokasi, berharap menemukan barang-barang yang yang masih bisa dimanfaatkan. Tampak juga warga lainnya memindahkan barang yang masih tersisa ke tempat pengungsian sementara di Lapangan Made Bulit Serangan. Sementara ibu-ibu terlihat memasak di depan masjid. Sedangkan lahan penggusuran sudah mulai dipasngi seng sebagai penutup. * cr63
Salah satunya, Mega Hardiana, 17, seorang siswa kelas IX SMP Mujirin Kepaon. Saaat ditemui di lokasi, Rabu (4/1) kemarin, dia mengaku tidak bersekolah lantaran tidak memiliki seragam karena tidak sempat menyelamatkannya kendati barang-barang lainnya sudah dikeluarkan oleh petugas pengadilan yang mengeksekusi rumahnya. Saat itu, Mega mengaku ikut mengadang petugas yang akan merobohkan rumahnya tersebut bersama warga lainnya. "Baju tertimbun, untungnya sepatu sama buku-buku saya sudah dikeluarkan. Tapi masih banyak juga barang teman-teman lain yang tertimbun. Bahkan ijazah teman saya juga tertimbun, banyak juga yang nggak sekolah hari ini, membantu orang tua pindahan, gara-gara ikut menghadang kemarin," katanya.
Mega mengaku dirinya bersama teman-teman lainnya yang senasib hanya bisa pasrah dan menangis meratapi rumahnya dihancurkan. "Saya tidak tahu mau kemana lagi. Menunggu keputusan orang tua saja. Termasuk apakah saya besok bisa sekolah atau tidak, karena tidak ada seragam. Kalo pun beli, kasian minta uang kepada orang tua," ucapnya sedih.
Sementara itu, salah satu orang tua, Muhamad Anim, 40, buruh di perusahaan ikan yang anaknya masih duduk di sekolah SD dan TK juga mengakui seragam sekolah anaknya tertimbun di reruntuhan rumah. Dia pun meminta anaknya tidak sekolah dulu, terlebih dirinya masih sibuk mengurus barang-barangnya yang berantakan dan tidak tahu mau dibawa kemana. “Selain seragam dan barang lainnya, beberapa harta kami juga raib. Kami butuh uluran tangan dari pemerintah, ya paling tidak untuk kebutuhan pokok di sini,” harapnya.
Sementara untuk tempat tinggal, Anim mengaku belum tahu harus pintah kemana.
Ia mengatakan masih tidur ditenda swadaya bantuan dari relawan dan keluarganya yang lain di lapangan Desa Serangan. "Kami belum tau mau kemana, belum bisa berpikir, padahal itu tanah kami dari puluhan tahun. Tapi sekarang sudah rata dengan tanah, kami masih menunggu uluran dari pemerintah kota. Kalau pun pulang kampung, kami mau pulang kemana, wong kami lahir di sini," tandasnya
Lurah Serangan I Wayan Karma saat dikonfirmasi, kemarin, membantah adanya barang yang hilang bahkan tertimbun di reruntuhan rumah. Menurutnya, semua barang yang ada di dalam rumah warga sudah dikeluarkan oleh petugas dari Pengadilan Negeri yang saat itu mengeluarkan paksa barang-barangnya sebelum digusur. "Nggak ada itu barang tertimbun dan hilang, kemarin sudah dikeluarin semua kok sama petugas dari PN, kalo dibilang ada yang tertimbun itu tidak ada. Bahkan semua sudah dikeluarkan dan dipindahkan," jelasnya.
Dari pantauan NusaBali, kemarin siang, sejumlah warga masih mencoba mengais puing-puing yang ada di lokasi, berharap menemukan barang-barang yang yang masih bisa dimanfaatkan. Tampak juga warga lainnya memindahkan barang yang masih tersisa ke tempat pengungsian sementara di Lapangan Made Bulit Serangan. Sementara ibu-ibu terlihat memasak di depan masjid. Sedangkan lahan penggusuran sudah mulai dipasngi seng sebagai penutup. * cr63
Komentar