Prof LK Suryani: Pandemi Covid-19 adalah Ujian Hidup
DENPASAR, NusaBali.com - Selain kasus kematian dan penurunan ekonomi, wabah Covid-19; berdampak pada kesehatan mental masyarakat. Perubahan gaya hidup yang drastis disertai penurunan kemampuan ekonomi tak ayal membuat banyak orang mengalami stres.
Bagi sebagian orang tak banyak yang bisa dilakukan untuk keluar dari situasi berkepanjangan ini. Namun, dengan mengubah cara pandang terhadap pandemi Covid-19 niscaya masyarakat dapat menjadi lebih positif.
“Kalau kita ingin bahagia dalam hidup ini bisakah melihat apa yang terjadi ini adalah ujian hidup. Itu yang perlu ditanamkan. Kalau kita bisa merasakan ujian hidup, tentu berpikir bahwa Tuhan memberikan ini pasti ada maksudnya,” ujar Prof Dr LK Suryani SpKJ, psikiater dan pemerhati kesehatan mental dari Suryani Institute for Mental Health (SIMH) pada Senin (26/7/2021).
Dikatakan Prof Suryani masyarakat kita pada waktu sebelum pandemi Covid-19 cenderung sibuk bekerja untuk mencari kemapanan ekonomi, namun lupa untuk sekadar bercengkerama dengan keluarganya. Jadi, menurut Prof Suryani, pandemi Covid-19 adalah peringatan buat kita semua untuk kembali melihat dirinya sendiri dan keluarganya.
Keluarga sekali lagi ditekankan oleh Prof Suryani sebagai satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Orangtua memiliki tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya. Anak, tegas Prof Suryani, harus tumbuh dengan penuh harapan, dengan cinta kasih, pendidikan yang cukup, sehingga bisa tumbuh menjadi orang yang berhasil. “Ini tidak ada lagi, sekarang semua sibuk cari uang,” imbuhnya.
Prof Suryani menuturkan banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak didasari oleh kurangnya perhatian orangtua terhadap anak-anaknya. Lebih lanjut pelecehan seksual yang dialami anak di masa kecilnya menurutnya menjadi penyebab di masa dewasa anak tersebut mudah mengalami depresi ataupun gangguan mental lainnya.
Prof Suryani tidak menampik jika mencari kesejahteraan ekonomi adalah sesuatu yang harus dikejar. Tapi ia juga berbicara soal hidup sederhana. Menurutnya pandemi Covid-19 juga menjadi momentum untuk hidup sewajarnya, tidak bermewah-mewah. “Coba lihat orang bertapa, satu bulan tidak makan masih bisa hidup. Jadi jangan takut,” tandasnya.
Dikatakannya itu bukan berarti kita ikut tidak makan sama sekali, melainkan dengan berusaha menyatukan diri dengan spirit roh (atma) kita sesungguhnya hanya memerlukan energi yang sedikit dari makanan. Prof Suryani mengatakan dunia sekarang yang cenderung terlihat mencekam adalah terlalu dibesar-besarkan. Ia meyakini jika kita sudah percaya ada roh di dalam diri kita, kebutuhan duniawi seperti makan berlebih dan lainnya akan bisa dikurangi.
Prof Suryani kembali mengajak masyarakat untuk belajar dari pandemi Covid-19, untuk mau menerima apapun yang diberikan oleh Tuhan, menerimanya sebagai ujian, dan tantangan untuk melewatinya. “Tuhan sudah memberikan otak, Tuhan sudah memberikan roh (atma), gunakan ini,” pungkasnya. *adi
Komentar