Komplikasi, Presiden World Hindu Parisad Dirawat di RS
Mantan Ketua Sabha Pandita (Dharma Adhyaksa) PHDI Pusat, Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa, 74, dirawat di RS BaliMed Amlapura, Karangasem akibat komplikasi.
AMLAPURA, NusaBali
Tokoh umat yang kini menjabat sebagai Presiden World Hindu Parisad ini sudah dirawat di Kamar 245 RS BaliMed Amlapura selama 5 hari, sejak 1 Januari 2017.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Kamis (5/1), Ida Pedanda Sebali Tianyar masuk rymah sakit, awalnya karena kecapean, setelah menghadiri acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang, Jawa Tengah. Acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang itu sendiri berlangsung selama 3 hari, 24-26 Desember 2016.
Sebelum hadiri acara di Semarang, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat menghadiri prosesi ritual pernikahan massal diikuti peserta dari beberapa negara di Malaysia, 9-12 Desember 2016. Saat itu, kondisinya masih prima, sampai kemudian hadiri acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang.
Saat hendak pulang ke Bali dari Semarang, Ida Pedanda Sebali Tianyar kesulitan me-ndapatkan tiket pesawat terbang. Dia pun terpaksa melalui jalan darat yang ditempuh selama 4 jam menuju Jogjakarta. Selama perjalanan naik bus, kondisinya drop, bahkan Ida Pedanda sempat jatuh pngsan.
Kemudian, dari Jogjakarta, Ida Pedanda melanjutkan perjalanan pulang ke Bali dengan naik pesawat dan tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, 27 Desember 2016 dinihari sekitar pukul 01.00 Wita. Kemudian, Ida Pedanda langsung pulang ke Griya Teges, Banjar Gede, Kelurahan Subagan hingga tiba di rumah diniahri pukul 03.00 Wita.
Sejak tiba di rumah itulah, kondisi Ida Pedanda Sebali Tianyar semakin drop. Sampai akhirnya dia dibawa keluarganya ke RS BaliMed Amlapura pas Tahun Baru, Minggu (1/1). Setelah dicek laboratorium, terungkap Ida Pedanda menderita sakit komplikasi: ke-ncing manis, jantung, paru-paru, dan ginjal. Khusus sakit kencing manis sudah diderita Ida Pedanda sejak tahun 1995.
Ketika NusaBali menjenguknya di ruang perawatan Kamar 245 RS BaliMed Amlapura, Kamis kemarin, Ida Pedanda Sebali Tianyar masih tergolek lemas. Dia ditunggui sejumlah keluarganya. Kerabatnya juga silih berganti menjenguk sulinggih sepuh berusia 74 tahun ini.
Kendati kondisinya masih lemas, Ida Pedanda masih kuat menceritakan ikhwal penyakit yang dideritanya kepada NusaBali. Ida Pedanda juga masih mampu memberikan petuah kepada setiap tamu yang menjenguknya, tentang tata cara menjalani kehidupan yang benar, disertai canda.
“Saya sudah langganan keluar masuk rumah sakit,” jelas Ida Pedanda, yang kemarin didampingi istrinya, Ida Pedanda Istri GK Sebali Tianyar Arimbawa, serta putra ketiga Ida Bagus Hari Wibawa, menantu, dan cucunya.
Ida Pedanda mengisahkan, selama dua hari pertama dirawat di rumah sakit, 1-2 Januari 2017, dirinya tidak bisa tidur, karena cairan di parup-parunya disedot tim medis. “Sampai sekarang pun saya masih susah tidur. Perubahan fisik hanya bagian debar jantung mulai normal,” tandas mantan Dharma Adyaksa PHDI Pusat tiga kali periode (2001-2006, 2006-2011, dan 2011-2016) ini.
Saat memberikan nasihat kepada tamu-tamu yang membesuk, Kamis kemarin, Ida Pedanda Sebali Tianyar mengingatkan bahwa sebagai sulinggih, tugasnya bukan hanya muput upacara, tapi mendidik umat sedharma agar jadi pintar. “Dalam memberikan pendidikan, tak boleh pilih kasih, tetaplah mengedepankan nyama braya,” jelas sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Ratu Suparta ini.
Ida Pedanda Sebali Tianyar sendiri merupakan salah satu sulinggih yang paling aktif di berbagai organisasi. Saat ini, dia masih menjabat sebagai Presiden Wolrd Hindu Parisad. Dua juga yang mendirikan Yayasan Weda Posana Yadnya. Sulinggih yang dikaruniai 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit ini sempat tiga kali periode menjadi Dharma Adhyaksa PHDI Pusat.
Dia baru digantikan oleh Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (sulinggih dari Griya Gede Punggul Manuaba, Banjar Kelodan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung) sebagai Ketua Sabha Pandita PHDI Pusat melalui Mahasabha XI PHDI di Graha Samudera Bumimoro, Morokrembangan Kodiklatal Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2016 lalu. * k16
Tokoh umat yang kini menjabat sebagai Presiden World Hindu Parisad ini sudah dirawat di Kamar 245 RS BaliMed Amlapura selama 5 hari, sejak 1 Januari 2017.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Kamis (5/1), Ida Pedanda Sebali Tianyar masuk rymah sakit, awalnya karena kecapean, setelah menghadiri acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang, Jawa Tengah. Acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang itu sendiri berlangsung selama 3 hari, 24-26 Desember 2016.
Sebelum hadiri acara di Semarang, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat menghadiri prosesi ritual pernikahan massal diikuti peserta dari beberapa negara di Malaysia, 9-12 Desember 2016. Saat itu, kondisinya masih prima, sampai kemudian hadiri acara pertemuan Raja-raja Nusantara di Semarang.
Saat hendak pulang ke Bali dari Semarang, Ida Pedanda Sebali Tianyar kesulitan me-ndapatkan tiket pesawat terbang. Dia pun terpaksa melalui jalan darat yang ditempuh selama 4 jam menuju Jogjakarta. Selama perjalanan naik bus, kondisinya drop, bahkan Ida Pedanda sempat jatuh pngsan.
Kemudian, dari Jogjakarta, Ida Pedanda melanjutkan perjalanan pulang ke Bali dengan naik pesawat dan tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, 27 Desember 2016 dinihari sekitar pukul 01.00 Wita. Kemudian, Ida Pedanda langsung pulang ke Griya Teges, Banjar Gede, Kelurahan Subagan hingga tiba di rumah diniahri pukul 03.00 Wita.
Sejak tiba di rumah itulah, kondisi Ida Pedanda Sebali Tianyar semakin drop. Sampai akhirnya dia dibawa keluarganya ke RS BaliMed Amlapura pas Tahun Baru, Minggu (1/1). Setelah dicek laboratorium, terungkap Ida Pedanda menderita sakit komplikasi: ke-ncing manis, jantung, paru-paru, dan ginjal. Khusus sakit kencing manis sudah diderita Ida Pedanda sejak tahun 1995.
Ketika NusaBali menjenguknya di ruang perawatan Kamar 245 RS BaliMed Amlapura, Kamis kemarin, Ida Pedanda Sebali Tianyar masih tergolek lemas. Dia ditunggui sejumlah keluarganya. Kerabatnya juga silih berganti menjenguk sulinggih sepuh berusia 74 tahun ini.
Kendati kondisinya masih lemas, Ida Pedanda masih kuat menceritakan ikhwal penyakit yang dideritanya kepada NusaBali. Ida Pedanda juga masih mampu memberikan petuah kepada setiap tamu yang menjenguknya, tentang tata cara menjalani kehidupan yang benar, disertai canda.
“Saya sudah langganan keluar masuk rumah sakit,” jelas Ida Pedanda, yang kemarin didampingi istrinya, Ida Pedanda Istri GK Sebali Tianyar Arimbawa, serta putra ketiga Ida Bagus Hari Wibawa, menantu, dan cucunya.
Ida Pedanda mengisahkan, selama dua hari pertama dirawat di rumah sakit, 1-2 Januari 2017, dirinya tidak bisa tidur, karena cairan di parup-parunya disedot tim medis. “Sampai sekarang pun saya masih susah tidur. Perubahan fisik hanya bagian debar jantung mulai normal,” tandas mantan Dharma Adyaksa PHDI Pusat tiga kali periode (2001-2006, 2006-2011, dan 2011-2016) ini.
Saat memberikan nasihat kepada tamu-tamu yang membesuk, Kamis kemarin, Ida Pedanda Sebali Tianyar mengingatkan bahwa sebagai sulinggih, tugasnya bukan hanya muput upacara, tapi mendidik umat sedharma agar jadi pintar. “Dalam memberikan pendidikan, tak boleh pilih kasih, tetaplah mengedepankan nyama braya,” jelas sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Ratu Suparta ini.
Ida Pedanda Sebali Tianyar sendiri merupakan salah satu sulinggih yang paling aktif di berbagai organisasi. Saat ini, dia masih menjabat sebagai Presiden Wolrd Hindu Parisad. Dua juga yang mendirikan Yayasan Weda Posana Yadnya. Sulinggih yang dikaruniai 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit ini sempat tiga kali periode menjadi Dharma Adhyaksa PHDI Pusat.
Dia baru digantikan oleh Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (sulinggih dari Griya Gede Punggul Manuaba, Banjar Kelodan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung) sebagai Ketua Sabha Pandita PHDI Pusat melalui Mahasabha XI PHDI di Graha Samudera Bumimoro, Morokrembangan Kodiklatal Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2016 lalu. * k16
Komentar