Ikan Mola-mola Terusik, CI Desak Ada Regulasi
Conservation Internasional (CI), sebuah organisasi peduli alam dan hayati bumi mendatangi Gedung DPRD Bali, Kamis (5/1) siang.
Kemarin ‘Curhat’ ke Komisi II DPRD Bali
DENPASAR,NusaBali
Organisasi yang berpusat di Amerika Serikat dan memiliki perwakilan di Jakarta ini menemui Komisi II DPRD Bali membidangi perikanan dan kelautan. CI mengadukan terusiknya Ikan Mola-mola di perairan Nusa Penida, Klungkung yang diakibatkan adanya penyelam-penyelam yang jumlahnya berlebihan. Selain itu, CI juga menawarkan konsep pelestarian alam dan pencegahan alih fungsi lahan dihadapan anggota dewan.
Pertemuan antara Komisi II dengan pihak CI berjalan dengan dialog. CI diwakili Country Direktur Made Sarjana Putra. Sementara Komisi II yang hadir I Ketut Suwandhi, Tjokorda Asmara Putra Sukawati dan I Made Budastra. Sementara dari Pemprov Bali hadir Kabid Ekosistem Dinas Perikanan dan Kalautan Made Sudarsana.
Dialog dipimpin Ketua Komisi II I Ketut Suwandhi. Menurut Sarjana Putra, alam Bali memiliki keistimewaan, salah satunya keunikan biota lautnya. “Selain terumbu karang yang bagus dan indah, ada biota laut yang tak dimiliki negara lain,” ujarnya.
Di Bali, khususnya di perairan Nusa Penida, ada ikan Mola-mola yang keberadaannya sangat langka. Tetapi belakangan ini ikan ini tidak berani muncul ke permukaan dan mereka terganggu dengan keberadaan wisatawan yang melakukan penyelaman. “Orang menyelam sekarang sudah seperti pasar banyaknya di perairan Nusa Penida, karena ingin melihat ikan Mola-mola. Ikan ini terusik dan tidak muncul lagi ke permukaan. Harus ada regulasi mengatur hal-hal seperti ini,” ungkap Sarjana Putra.
Regulasi itu, menurutnya, misalnya dengan pembatasan penyelaman dan pengaturan sedemikian rupa. Kemudian dengan menaikkan tarif atau biaya untuk melihat Ikan Mola-mola oleh perusahaan penyedia jasa penyelaman. Atau dengan membuat kawasan-kawasan khusus untuk melihat Ikan Mola-mola. Ikan yang hidup di kedalaman laut 200 meter tersebut biasanya muncul dalam waktu tertentu dengan kedalaman 5 meter. Sehingga tidak harus menyelam di laut dalam kalau mau menonton kemunculan Ikan Mola-mola. “Harus ada pemahaman dan dimaklumi soal kondisi ini,” imbuhnya.
Masalah lain yang diadukannya yakni pertanian abadi. Menurut Sarjana Putra perlu adanya kontribusi wisatawan dengan alam dan pelestarian lingkungan di Bali. “Artinya sawah abadi ini mesti tetap ada dan dilestarikan. Yang harus dilakukan bagaimana mengangkat derajat dan kesejahteraan petani. Supaya tetap bisa bertahan sebagai petani,”pinta Sarjana Putra.
Atas kondisi ini, Ketua Komisi II I Ketut Suwandhi mengatakan akan mengambil langkah mencari solusi atas persoalan di lapangan yang disampaikan CI. “Kita akan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi dan langkah-langkah pelestarian biota laut kita. Perlu ada regulasi untuk mengaturnya,” ujar politisi senior Golkar ini.
Sementara anggota Komisi II DPRD Bali Tjokorda Asmara Putra mengatakan di Bali sudah ada pola pelestarian dengan subsidi. “Di Bali ada salah satu hotel yang membiayai krama subak untuk bertani sehingga lahan pertanian tidak beralih fungsi. Di beberapa negara wisatawn dikenakan retrebusi untuk membantu pelestarian lahan pertanian serta perbaikan lingkungan. Di Bali sudah ada beberapa hotel biayai Subak. Namun belum semua. Untuk masalah di Nusa Penida perlu ada regulasi dan solusi,” ujar politisi Demokrat asal Desa Ubud Gianyar ini. * nat
DENPASAR,NusaBali
Organisasi yang berpusat di Amerika Serikat dan memiliki perwakilan di Jakarta ini menemui Komisi II DPRD Bali membidangi perikanan dan kelautan. CI mengadukan terusiknya Ikan Mola-mola di perairan Nusa Penida, Klungkung yang diakibatkan adanya penyelam-penyelam yang jumlahnya berlebihan. Selain itu, CI juga menawarkan konsep pelestarian alam dan pencegahan alih fungsi lahan dihadapan anggota dewan.
Pertemuan antara Komisi II dengan pihak CI berjalan dengan dialog. CI diwakili Country Direktur Made Sarjana Putra. Sementara Komisi II yang hadir I Ketut Suwandhi, Tjokorda Asmara Putra Sukawati dan I Made Budastra. Sementara dari Pemprov Bali hadir Kabid Ekosistem Dinas Perikanan dan Kalautan Made Sudarsana.
Dialog dipimpin Ketua Komisi II I Ketut Suwandhi. Menurut Sarjana Putra, alam Bali memiliki keistimewaan, salah satunya keunikan biota lautnya. “Selain terumbu karang yang bagus dan indah, ada biota laut yang tak dimiliki negara lain,” ujarnya.
Di Bali, khususnya di perairan Nusa Penida, ada ikan Mola-mola yang keberadaannya sangat langka. Tetapi belakangan ini ikan ini tidak berani muncul ke permukaan dan mereka terganggu dengan keberadaan wisatawan yang melakukan penyelaman. “Orang menyelam sekarang sudah seperti pasar banyaknya di perairan Nusa Penida, karena ingin melihat ikan Mola-mola. Ikan ini terusik dan tidak muncul lagi ke permukaan. Harus ada regulasi mengatur hal-hal seperti ini,” ungkap Sarjana Putra.
Regulasi itu, menurutnya, misalnya dengan pembatasan penyelaman dan pengaturan sedemikian rupa. Kemudian dengan menaikkan tarif atau biaya untuk melihat Ikan Mola-mola oleh perusahaan penyedia jasa penyelaman. Atau dengan membuat kawasan-kawasan khusus untuk melihat Ikan Mola-mola. Ikan yang hidup di kedalaman laut 200 meter tersebut biasanya muncul dalam waktu tertentu dengan kedalaman 5 meter. Sehingga tidak harus menyelam di laut dalam kalau mau menonton kemunculan Ikan Mola-mola. “Harus ada pemahaman dan dimaklumi soal kondisi ini,” imbuhnya.
Masalah lain yang diadukannya yakni pertanian abadi. Menurut Sarjana Putra perlu adanya kontribusi wisatawan dengan alam dan pelestarian lingkungan di Bali. “Artinya sawah abadi ini mesti tetap ada dan dilestarikan. Yang harus dilakukan bagaimana mengangkat derajat dan kesejahteraan petani. Supaya tetap bisa bertahan sebagai petani,”pinta Sarjana Putra.
Atas kondisi ini, Ketua Komisi II I Ketut Suwandhi mengatakan akan mengambil langkah mencari solusi atas persoalan di lapangan yang disampaikan CI. “Kita akan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi dan langkah-langkah pelestarian biota laut kita. Perlu ada regulasi untuk mengaturnya,” ujar politisi senior Golkar ini.
Sementara anggota Komisi II DPRD Bali Tjokorda Asmara Putra mengatakan di Bali sudah ada pola pelestarian dengan subsidi. “Di Bali ada salah satu hotel yang membiayai krama subak untuk bertani sehingga lahan pertanian tidak beralih fungsi. Di beberapa negara wisatawn dikenakan retrebusi untuk membantu pelestarian lahan pertanian serta perbaikan lingkungan. Di Bali sudah ada beberapa hotel biayai Subak. Namun belum semua. Untuk masalah di Nusa Penida perlu ada regulasi dan solusi,” ujar politisi Demokrat asal Desa Ubud Gianyar ini. * nat
Komentar