OTG-GR Isolasi Terpusat Dijatah Makan Rp 100.000/Orang
Dibangun Dapur Umum untuk Nakes, Tiap Hari Rebus 4.000 Butir Telor
BANGLI, NusaBali
Puluhan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 kategori orang tanpa gejala dan gejala ringan (OTG-GR) kini menjalani isolasi terpusat di sejumpat tempat di Bangli.
Pemkab Bangli tanggung kebutuhan makan mereka sebesar Rp 100.000 per orang per hari. Ada empat tempat yang dijadikan lokasi isolasi terpusat oleh Pemkab Bangli, sejak dua pekan lalu. Pertama, Gedung Diklat RSJ Provinsi Bali di Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli. Kedua, di Asrama Kodim 1626/Bangli. Ketiga, di rumah dinas Kapolsek Bangli. Keempat, di rumah dinas Kapolsek Susut.
Menurut Kepala Pelaksanan BPBD Bangli, I Ketut Wiredana, isolasi terpusat sejatinya difokuskan di Gedung Diklat RSJ Provinsi Bali. Di tempat ini disediakan 116 tempat tidur. Namun, dalam pelaksanaannya, isolasi terpusat juga menyasar tiga lokasi lainnya.
Untuk konsumsi OTG-GR yang menjalani isolasi terpusat, sepenuhnya ditanggung pemerintah. "Mereka yang menjalani isolasi terpusat mendapat makan pagi (sarapan), makan siang, dan makan malam. Selain itu, juga disediakan pula snack," jelas Ketut Wiredana di Bangli, Jumat (6/8).
Wiredana mengatakan, makanan untuk OTG-GR diberikan berupa nasi kotak, yang isinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan pasien positif Covid-19. Penyediaan makanan melibatkan alhi gizi.
Soal jumlah makanan yang disiapkan, kata Wiredana, mengalami perubahan setiap harinya. Sebab, ada fluktuasi tambahan kasus baru dan kesembuhan pasien. Yang jelas, anggaran makan untuk OTG-GR sekitar Rp 100.000 per orang per hari.
Pengadaan makanan untuk OTG-GR ini, kata Wiredana, melibatkan pihak ketiga. Makanan diantarkan langsung ke lokasi isolasi terpusat. Kemudian, masing-masing perwakilan kamar akan mengambil makanan tersebut. "Sudah ditentukan lokasi pengambilan makannya, sehingga tidak ada kontak dengan petugas," terang Wiredana.
Selama dua pekan pelaksanaan isolasi terpusat, kata Wiredana, anggaran makan bagi OTG-GR di Bangli mencapai puluhan juta rupiah. Pemenuhan makan mereka diambilkan dari anggaran BTT. Saat ini, masih proses pengajuan anggaran. "Untuk sementara, kami belum melakukan pembayaran kepada pihak ketiga (yang menyiapkan makanan untuk OTG-GR, Red)," papar mantan Kabid Ketahanan Pangan Dinas PKP Bangli ini.
Menurut Wiredana, anggaran yang diajukan untuk konsumsi OTG-GR di Bangli mencapai Rp 560 juta. “Anggaran tersebut tidak hanya untuk makan, tetapi juga kebutuhan lainnya seperti perlengkapan kebersihan,” tegas birokrat asal Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli ini.
Sementara itu, Kementerian Sosial mendirikan dapur umum tanggap darurat Covid-19 untuk tenaga kesehatan di Bali. Dapur umum yang diadakan di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tabanan ini setiap harinya merebut 4.000 butir telor, untuk dibagikan kepada tenaga kesehatan (Nakes) se-Bali secara bergilir.
Dapur umum untuk Nakes di Bali ini dikoordinasikan oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Mahatmia, berkolaborasi dengan Tagana Dinas Sosial Tabanan. Kepala Dinas Sosial Tabanan, Nyoman Gede Gunawan, mengatakan dapur umum umum untuk para Nakes ini telah diadakan sejak dua pekan lalu. Awalnya, dapur umum diadakan di PSBN Mahatmia kawasan Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Tabanan. Namun, karena di tempat ini muncul kasus Covid-19, maka dapur umum dipindahkan ke Kantor Dinas Sosial Tabanan.
Menurut Gunawan, setiap harinya di dapur umum ini hanya direbus telor buat dibangian ke tenaga kesehatan. Tidak ada kegiatan memasak lainnya, seperti paket nasi. “Sebagai pelaksana yang merebus telor adalah dari Tagana Dinas Sosial Tabanan," terang Gunawan di Tabanan, Jumat kemarin.
Disebutkan, Personel Tagana yang ditugaskan merebus telor tiap hari di dapur umum, menggunakan sistem piket. Setiap hari ada 15 orang yang bekerja sejak pagi pukul 08.00 Wita sampai siang pukul 13.00 Wita. Selain merebus, personel Tagana yang dibantu staf Dinas Sosial Tabanan juga melakukan pembungkusan telor.
Setiap Nakes, kata Gunawan, mendapat jatrah 2 butir telor rebus. Sistem pendistribusian telor rebus kepada Nakes di Bali dilakukan secara bergiliran per kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota mendapatkan giliran dua kali suplai telor rebus.
Pengiriman telor rebut dari dapur umum dikoordinasikan oleh PSBN Mahatmia dan petugas Pemprov Bali. “Sedangkan Tagana fokusnya hanya merebus dan membungkus telor saja,” papar Gunawan. *esa,des
Komentar