Mahasiswa Undiksha Pasang Instalasi Irigasi Tetes Air Gravitasi di Songan A Kintamani
BANGLI, NusaBali.com – Petani bawang di Desa Songan A, Kecamatan Kintamani bisa lebih efisien dan efektif mengelola pertaniannya setelah pengairan yang dulunya menggunakan system penyiraman manual berganti dengan sistem irigasi tetes air gravitasi.
Perubahan pola ini mendapat dukungan dari mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA yang melakukan pemasangan instalasi irigasi tetes air gravitasi di desa berlokasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini.
“Pemasangan ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Songan A untuk mempercepat proses pengairan kebun bawang di Desa Songan A,” kata I Gusti Kadek Agung Widiantara, salah satu mahasiswa Undiksha yang merupakan anggota Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D), Senin (23/8/2021).
Kegiatan yang dilakukan Agung Widiantara merupakan bagian dari Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D), sebuah program yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek RI, yang bertujuan untuk meningkatkan softskill mahasiswa dalam menemukan dan mengembangkan potensi desa untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan desa.
Agung menjelaskan jika selama ini para petani bawang di Desa Songan A melakukan penyiraman tanaman bawang secara manual dengan tangan. Hal tersebut kurang efisien apalagi sumber air di Danau Batur letaknya tidaklah dekat. Karena itu, dengan adanya instalasi tetes air irigasi gravitasi ini, Agung berharap petani bawang di Desa Songan A dapat menyiram tanamannya secara otomatis.
“Dari awalnya menyiram secara manual dan airnya banyak yang tercecer, sehingga nanti dengan adanya instalasi ini air tersebut bisa langsung mencapai target yang sudah ditentukan,” ujar Agung.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses pemasangan instalasi irigasi tetes air gravitasi adalah perakitan springkel yang disambungkan ke tiang pipa yang nantinya bertujuan untuk memperluas jangkauan springkel saat dialiri air. Tinggi tiang pipa springkel yang di gunakan adalah 80 cm dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan perakitan springkel, tim PHP2D melakukan penginstalan irigasi tetes air gravitasi. Dalam proses penginstalannya dengan luas lahan 700 meter persegi di perlukan pipa panjang 1/2 dim sebanyak 30 buah dan pipa 2 dim sebanyak 10 pipa, dengan jumlah springkel 35. Jangkauan yang dapat disentuh adalah sejauh 2,5 sampai 3 meter.
Dalam proses pengairannya untuk saat ini dilakukan secara manual dengan menghidupkan dan mematikan keran, namun ke depannya akan ditambahkan teknologi otomatisasi berbasis kontroler smartphone dengan memanfaatkan teknologi IoT.
“Harapan kami masyarakat Desa Songan A mampu lebih produktif dalam memproses pertanian bawang dan menambah efisiensi tenaga dan air dalam proses pengairan bawang. Sehingga dalam pasca panen akan lebih cepat sehingga reproduksi bawang akan terus berulang-ulang dan berlanjut sampai penjualan ke tingkat nasional ataupun internasional,” kata Agung.
Sementara itu salah seorang petani bawang di Desa Songan A, I Nyoman Suarjana, mengatakan instalasi tetes air irigasi gravitasi memberikan efisiensi waktu bagi dirinya dalam melakukan penyiraman tanaman. Jika secara manual menyiram menggunakan tangan, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk melakukan penyiraman di lahannya yang seluas 8 are. Sementara dengan pemasangan instalasi tetes air irigasi gravitasi, ia mengaku hanya membutuhkan waktu selama 45 menit saja.
“Airnya juga lebih hemat, lebih efektif masuk ke tanah. Karena dengan manual airnya sekali keluar banyak, sehingga tanah tidak bisa menyerap semuanya, banyak air yang tercecer dan lari ke jurang,” terang Suarjana.
Ia pun berharap dengan penggunaan instalasi tetes air irigasi gravitasi, hasil panen yang didapatkannya juga akan lebih meningkat dibanding sebelumnya. *adi
Agung menjelaskan jika selama ini para petani bawang di Desa Songan A melakukan penyiraman tanaman bawang secara manual dengan tangan. Hal tersebut kurang efisien apalagi sumber air di Danau Batur letaknya tidaklah dekat. Karena itu, dengan adanya instalasi tetes air irigasi gravitasi ini, Agung berharap petani bawang di Desa Songan A dapat menyiram tanamannya secara otomatis.
“Dari awalnya menyiram secara manual dan airnya banyak yang tercecer, sehingga nanti dengan adanya instalasi ini air tersebut bisa langsung mencapai target yang sudah ditentukan,” ujar Agung.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses pemasangan instalasi irigasi tetes air gravitasi adalah perakitan springkel yang disambungkan ke tiang pipa yang nantinya bertujuan untuk memperluas jangkauan springkel saat dialiri air. Tinggi tiang pipa springkel yang di gunakan adalah 80 cm dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan perakitan springkel, tim PHP2D melakukan penginstalan irigasi tetes air gravitasi. Dalam proses penginstalannya dengan luas lahan 700 meter persegi di perlukan pipa panjang 1/2 dim sebanyak 30 buah dan pipa 2 dim sebanyak 10 pipa, dengan jumlah springkel 35. Jangkauan yang dapat disentuh adalah sejauh 2,5 sampai 3 meter.
Dalam proses pengairannya untuk saat ini dilakukan secara manual dengan menghidupkan dan mematikan keran, namun ke depannya akan ditambahkan teknologi otomatisasi berbasis kontroler smartphone dengan memanfaatkan teknologi IoT.
“Harapan kami masyarakat Desa Songan A mampu lebih produktif dalam memproses pertanian bawang dan menambah efisiensi tenaga dan air dalam proses pengairan bawang. Sehingga dalam pasca panen akan lebih cepat sehingga reproduksi bawang akan terus berulang-ulang dan berlanjut sampai penjualan ke tingkat nasional ataupun internasional,” kata Agung.
Sementara itu salah seorang petani bawang di Desa Songan A, I Nyoman Suarjana, mengatakan instalasi tetes air irigasi gravitasi memberikan efisiensi waktu bagi dirinya dalam melakukan penyiraman tanaman. Jika secara manual menyiram menggunakan tangan, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk melakukan penyiraman di lahannya yang seluas 8 are. Sementara dengan pemasangan instalasi tetes air irigasi gravitasi, ia mengaku hanya membutuhkan waktu selama 45 menit saja.
“Airnya juga lebih hemat, lebih efektif masuk ke tanah. Karena dengan manual airnya sekali keluar banyak, sehingga tanah tidak bisa menyerap semuanya, banyak air yang tercecer dan lari ke jurang,” terang Suarjana.
Ia pun berharap dengan penggunaan instalasi tetes air irigasi gravitasi, hasil panen yang didapatkannya juga akan lebih meningkat dibanding sebelumnya. *adi
1
Komentar