Khusyuk, Mamukur Massal di Desa Pakraman Perasi
Upacara Adat
Religi
Karya Mamukur massal Pasametonan Prati Sentana Srhi Nararya Kresnha Kepakisan (PSNKK)
Desa Pakraman Perasi
Karya Mamukur massal Pasametonan Prati Sentana Srhi Nararya Kresnha Kepakisan (PSNKK) Banjar Adat Perasi Tengah, Desa Pakraman Perasi, Kecamatan Karangasem, pada Buda Umanis Dukut, Rabu (11/1), berlangsung khusyuk
AMLAPURA, NusaBali
Ribuan umat sedharma yang hadir bersyukur atas kerberhasilan menggelar ritual besar. Sebab untuk terselenggaranya hingga puncak karya tersebut melalui perjuangan dan tantangan berat, pasca-piyadnyan (areal tempat suci) terbakar. Tercatat enam pedanda katuran muput upacara saat puncak karya mamukur di piyadnyan di Banjar Adat Perasi Tengah, kemarin.
Ribuan umat yang memadati piyadnyan antusias ambil bagian, terutama saat mengawali karya dengan ritual mapurwa daksina, masing-masing mengusung 459 puspa dikelilingkan di areal upacara ke arah kanan tiga kali. Selama mapurwa daksina, paling terdepan menghadirkan lembu (sapi putih, nandini), sesuai mitologi Hindu diyakini sebagai binatang suci tunggangan Dewa Siwa, agar lebih mudah Sang Dewa Pitara diterbangkan ke surga.
Ida Bagus Wayan Jungutan dari Gria Kecicang, Banjar Triwangsa, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, yang mengoordinasikan jalannya upacara menjelaskan, mapurwadaksina juga disebut ritual utpti, stiti, dan pralina (lahir, hidup, dan mati).
Diawali upacara utpti dengan mengusung 459 puspa melewati titi mahmah dengan kurban kebo (kerbau) sebagai simbol Gunung Mahameru istana Dewa Siwa dan Dewa Indra. Disusul muspa bersama sebagai implementasi ritual stiti.
“Nanti acara pralina berlangsung malam hari, dengan membakar semua puspa, selanjutnya abunya dihanyut ke laut,” jelas Ida Bagus Jungutan.
Enam pedanda yang muput upacara itu adalah Ida Pedanda Gede Karang Manuaba dari Gria Kecicang (Banjar Triwangsa Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Ketut Abah dari Gria Jungutan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Gede Made Tamu dari Gria Jungutan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Istri Jelantik dari Gria Jelantik Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari Gria Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), dan Ida Pedanda Istri Karang dari Gria Suci Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
Usai puncak kaya mamukur, berlanjut upacara rsi bojana, penghormatan kepada seluruh pedanda yang terlibat muput upacara. Penasihat Karya Mamukur PSNKK I Gusti Ketut Panon, mengaku bersyukur, jalannya upacara akhirnya bisa terlaksana. “Ini berkat dukungan semua pihak yang turut mendoakan,” ujarnya.
Acara ngasti (nganyut) ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, dilakukan pada Wraspati Paing Dukut, Kamis (12/1).
Sedangkan agenda karya mamukur sebelumnya puncaknya direncanakan pada Wraspati Pon Uye, Kamis (24 November 2016). Namun piyadnyan terbakar, Selasa (8 November 2016), sehingga upacara diundur. * k16
Ribuan umat yang memadati piyadnyan antusias ambil bagian, terutama saat mengawali karya dengan ritual mapurwa daksina, masing-masing mengusung 459 puspa dikelilingkan di areal upacara ke arah kanan tiga kali. Selama mapurwa daksina, paling terdepan menghadirkan lembu (sapi putih, nandini), sesuai mitologi Hindu diyakini sebagai binatang suci tunggangan Dewa Siwa, agar lebih mudah Sang Dewa Pitara diterbangkan ke surga.
Ida Bagus Wayan Jungutan dari Gria Kecicang, Banjar Triwangsa, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, yang mengoordinasikan jalannya upacara menjelaskan, mapurwadaksina juga disebut ritual utpti, stiti, dan pralina (lahir, hidup, dan mati).
Diawali upacara utpti dengan mengusung 459 puspa melewati titi mahmah dengan kurban kebo (kerbau) sebagai simbol Gunung Mahameru istana Dewa Siwa dan Dewa Indra. Disusul muspa bersama sebagai implementasi ritual stiti.
“Nanti acara pralina berlangsung malam hari, dengan membakar semua puspa, selanjutnya abunya dihanyut ke laut,” jelas Ida Bagus Jungutan.
Enam pedanda yang muput upacara itu adalah Ida Pedanda Gede Karang Manuaba dari Gria Kecicang (Banjar Triwangsa Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Ketut Abah dari Gria Jungutan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Gede Made Tamu dari Gria Jungutan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Istri Jelantik dari Gria Jelantik Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari Gria Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), dan Ida Pedanda Istri Karang dari Gria Suci Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
Usai puncak kaya mamukur, berlanjut upacara rsi bojana, penghormatan kepada seluruh pedanda yang terlibat muput upacara. Penasihat Karya Mamukur PSNKK I Gusti Ketut Panon, mengaku bersyukur, jalannya upacara akhirnya bisa terlaksana. “Ini berkat dukungan semua pihak yang turut mendoakan,” ujarnya.
Acara ngasti (nganyut) ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, dilakukan pada Wraspati Paing Dukut, Kamis (12/1).
Sedangkan agenda karya mamukur sebelumnya puncaknya direncanakan pada Wraspati Pon Uye, Kamis (24 November 2016). Namun piyadnyan terbakar, Selasa (8 November 2016), sehingga upacara diundur. * k16
1
Komentar