Pasien Covid-19 Gantung Diri di RS
Korban PNS di Pemkab Jembrana, Diduga Depresi oleh Penyakitnya
Korban I Made SW tewas gantung diri di toilet Kamar 312 A1 RS BaliMed Negara, dalam kondisi infus masih terpasang pada lengan kiri.
NEGARA, NusaBali
Seorang pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan di RS Bali-Med Negara kawasan Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi, Senin (30/8) pagi. Pasien Covid-19 korban ulahpati ini adalah I Made SW, 44, pegawai negeri sipil (PNS) lingkup Pemkab Jembrana asal Desa Penyaringan, Keca-matan Mendoyo, Jembrana.
Belum jelas, apa motif di balik aksi nekat bunuh diri pasien Covid-19 ini. Namun, dugaan sementara, PNS berusia 44 tahun ini nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri karena depresi atas penyakit yang dideritanya.
Informasi yang dihimpun NusaBali, kematian tragis korban I Made SW, yang menjalani isolasi di Kamar Nomor 312A1 RS BaliMed Negara, pertama kali diketahui Ni Putu Puspita Dewi, 28, perawat asal Banjar Pangkung Bedahan, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Senin pagi pukul 05.30 Wita. Saat itu, perawat Putu Pusputa Dewi seperti biasa melakukan kunjungan pasien ke kamar perawatan.
Awalnya, saat mengecek ke dalam kamar I Made SW, saksi Puspita Dewi tidak menemukan pasien di tempat tidur. Setelah berusaha mengecek ke kamar mandi, Puspita Dewu mendapati pintunya terkunci dari dalam. Puspita Dewi merasa curiga karena setelah dipanggil-panggil, pasien Made SW tidak kunjung menyahut dari dalam kamar mandi.
Atas kondisi tersebut, saksi Puspita Dewi langsung menghubungi security yang yang sedang bertugas pagi kemarin, yakni I Komang Juli Restiawan, 30, untuk lakukan pengecekan. Selanjutnya, petugas secirity asal Banjar Yeh Mekecir, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana ini masuk membuka paksa pintu kamar mandi di dalam kamar perawatan Nomor 312A1 RS BaliMed Negara, dengan menggunakan guntung.
Betapa terkejutnya Komang Juli Restiawan dan perawat Puspita Dewi, karena menemukan pasien Made SW telah tewas menggantung di dalam kamar mandi. Korban menjerat leher menggunakan selimut warna merah yang dikaitkan ke rel besi tirai kamar mandi. Korban masih mengenakan baju batik lengan pendek dan celana pendek, lengkap dengan infus terpasang di lengan kirinya.
Temuan heboh pasien Covid-19 tewas gantung diri ini selanjutnya dilaporkan ke pihak kepolisian. Begitu mendapat laporan, jajaran kepolisian turun melakukan pemeriksaan ke lokasi TKP. Dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan tim medis RS BaliMed Negara dan Tim Inafis Sat Reskrim Polres Jembrana, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.
Korban Made SW disimpulkan tewas bunuh diri, sesuai tanda-tanda umumnya korban gantung diri, seperti keluar sperma dan kotoran, lidah menjulur, dan rahang kaku. Korban yang memiliki tinggi badan 175 centimeter, gantung diri menggunakan selimut warna merah motif bunga dengan jarak antara lantai ke simpul atas setinggi 220 centimeter. Sedangkan jarak antara simpul atas ke leher korban setinggi 70 centimeter.
Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP M Reza Pranata, mengatakan sesuai hasil pemeriksaan, korban yang ditemukan tewas menggantung di dalam kamar mandi ini disimpulkan meninggal murni karena gantung diri. Namun, belum dapat dipastikan apa penyebab korban sampai nekat bunuh diri. “Memang (korban) dirawat di kamar isolasi. Motifnya masih kami selidiki,” ujar AKP Reza Pranata saat dikonfirmasi NusaBali.
Dari keterangan awal yang diterimanya, kata AKP Reza, korban Made SW sebelumnya dilarikan ke RS BaliMed Negara karena ada keluhan sesak napas. Sesuai keterangan keluarga, korban juga memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit tifus. “Dari keluarga sudah mengikhlaskan kejadian itu dan menolak dilakukan otopsi. Sekarang jenazahnya masih dititipkan di RSU Negara,” terang AKP Reza.
Sementara adik korban, I Nyoman Susila Widana, 41, mengatakan sama sekali tidak memiliki firasat kalau kakaknya sampai nekat gantung diri. Susila Widana memastikan selama ini tidak ada masalah keluarga ataupun masalah pekerjaan yang dihadapi kakaknya. “Tidak ada masalah di rumah. Hanya penyakitnya itu saja,” papar Susila Widana saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Senin kemarin.
Susila Widana mengisahkan, almarhum Made SW merupakan PNS Pemkab Jembrana yang bertugas di Balai Benih Pembantu (BPP) Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo. Almarhum dilarikan ke RS BaliMed Negara, Kamis (26/8) malam, di mana Susila Widana sendiri yang mengantarnya langsung atas permintaan kakaknya yang kala itu mengeluh sesak napas.
Saat dibawa ke ICU RS BaliMed Negara, kata Susila Widana, kakaknya sempat menjalani rapid test antigen dengan hasil reaktif, sehingga lanjut dipindahkan ke kamar isolasi. Besoknya, Jumat (27/8), dilakukan tes PCR terhadap korban Made SW dan hasilnya terkonfirmasi positif Covid-19.
Setelah korban terkonfirmasi positif Covid-19 berdasar hasil tes PCR itu, petugas sempat lakukan rapid test antigen terhadap keluarganya.Dari hasil rapid test, semua menunjukan hasil negatif Covid-19. “Ya, memang kakak saja yang dinyatakan Covid-19. Sedangkan keluarganya yang lain negatif,” beber Susila Widana, yang kesehariannya bekerja sebagai petani.
Susila Widana menyebutkan, selama kakaknya menjalani perawatan di kamar isolasi RS Bali Med Negara, dirinya rutin menanyakan kondisi almarhum ke rumah sakit sekalian membawakan titipan makanan dan minuman. Dari keterangan rumah sakit, dirinya selalu mendapat jawaban bahwa kondisi kakaknya sudah semakin membaik.
“Selama dirawat itu, saya juga terus komunikasi via telepon dengan kakak. Termasuk kemarin (Minggu, Red) malam, saya sempat membawakan makanan dan komunikasi masih nyambung. Tetapi, kakak tidak ada menyampaikan yang aneh-aneh,” tutur Susila Widana.
Namun, Susila Widana mengatakan kakaknya yang memiliki phobia darah dan orangnya pendiam, hanya sempat mengaku khawatir tidak akan sembuh dengan penyakitnya. Sebab, selain terkonfirmasi positif Covid-19, kakaknya juga sempat mengaku divonis alami penyakit komplikasi di perut.
“Mungkin itu yang jadi beban pikiran. Kalau masalah lain tidak ada. Makanya, waktu tadi (kemarin) pagi saya mau nitip bubur buat kakak, kok lihat ramai ada polisi. Pikiran saya, awalnya mungkin orang sidak. Tetapi, pas saya ke security bilang mau nitip makanan untuk pasien di kamar isolasi nomor 312A1, securitynya hanya diam. Kemudian, ada polisi yang mencari saya seraya mengabarkan kalau kakak saya meninggal gantung diri. Saya langsung shock,” paparnya.
Korban Made SW berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Anak sulungnya baru berusia 13 tahun. Rencananya, jenazah korban akan diabenkan di Setra Desa Adat Penyaringan pada Wraspati Umanis Sinta, Kamis (2/9) lusa.
Sementara itu, Direktur RSU BaliMed Negara, dr I Gede Putu Dhinarananta, mengatakan korban Made SW merupakan pasien Covid-19 menjalani perawatan di ruang isolasi. “Memang benar ada kematian di salah satu ruang isolasi kami. Ya, pasien Covid-19. Tapi, penyebab kematian belum kami pastikan. Masih dilakukan investigasi,” ujar Putu Dhinaratanta saay dikonfirmasi NusaBali. *ode
Belum jelas, apa motif di balik aksi nekat bunuh diri pasien Covid-19 ini. Namun, dugaan sementara, PNS berusia 44 tahun ini nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri karena depresi atas penyakit yang dideritanya.
Informasi yang dihimpun NusaBali, kematian tragis korban I Made SW, yang menjalani isolasi di Kamar Nomor 312A1 RS BaliMed Negara, pertama kali diketahui Ni Putu Puspita Dewi, 28, perawat asal Banjar Pangkung Bedahan, Desa/Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Senin pagi pukul 05.30 Wita. Saat itu, perawat Putu Pusputa Dewi seperti biasa melakukan kunjungan pasien ke kamar perawatan.
Awalnya, saat mengecek ke dalam kamar I Made SW, saksi Puspita Dewi tidak menemukan pasien di tempat tidur. Setelah berusaha mengecek ke kamar mandi, Puspita Dewu mendapati pintunya terkunci dari dalam. Puspita Dewi merasa curiga karena setelah dipanggil-panggil, pasien Made SW tidak kunjung menyahut dari dalam kamar mandi.
Atas kondisi tersebut, saksi Puspita Dewi langsung menghubungi security yang yang sedang bertugas pagi kemarin, yakni I Komang Juli Restiawan, 30, untuk lakukan pengecekan. Selanjutnya, petugas secirity asal Banjar Yeh Mekecir, Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana ini masuk membuka paksa pintu kamar mandi di dalam kamar perawatan Nomor 312A1 RS BaliMed Negara, dengan menggunakan guntung.
Betapa terkejutnya Komang Juli Restiawan dan perawat Puspita Dewi, karena menemukan pasien Made SW telah tewas menggantung di dalam kamar mandi. Korban menjerat leher menggunakan selimut warna merah yang dikaitkan ke rel besi tirai kamar mandi. Korban masih mengenakan baju batik lengan pendek dan celana pendek, lengkap dengan infus terpasang di lengan kirinya.
Temuan heboh pasien Covid-19 tewas gantung diri ini selanjutnya dilaporkan ke pihak kepolisian. Begitu mendapat laporan, jajaran kepolisian turun melakukan pemeriksaan ke lokasi TKP. Dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan tim medis RS BaliMed Negara dan Tim Inafis Sat Reskrim Polres Jembrana, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.
Korban Made SW disimpulkan tewas bunuh diri, sesuai tanda-tanda umumnya korban gantung diri, seperti keluar sperma dan kotoran, lidah menjulur, dan rahang kaku. Korban yang memiliki tinggi badan 175 centimeter, gantung diri menggunakan selimut warna merah motif bunga dengan jarak antara lantai ke simpul atas setinggi 220 centimeter. Sedangkan jarak antara simpul atas ke leher korban setinggi 70 centimeter.
Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP M Reza Pranata, mengatakan sesuai hasil pemeriksaan, korban yang ditemukan tewas menggantung di dalam kamar mandi ini disimpulkan meninggal murni karena gantung diri. Namun, belum dapat dipastikan apa penyebab korban sampai nekat bunuh diri. “Memang (korban) dirawat di kamar isolasi. Motifnya masih kami selidiki,” ujar AKP Reza Pranata saat dikonfirmasi NusaBali.
Dari keterangan awal yang diterimanya, kata AKP Reza, korban Made SW sebelumnya dilarikan ke RS BaliMed Negara karena ada keluhan sesak napas. Sesuai keterangan keluarga, korban juga memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit tifus. “Dari keluarga sudah mengikhlaskan kejadian itu dan menolak dilakukan otopsi. Sekarang jenazahnya masih dititipkan di RSU Negara,” terang AKP Reza.
Sementara adik korban, I Nyoman Susila Widana, 41, mengatakan sama sekali tidak memiliki firasat kalau kakaknya sampai nekat gantung diri. Susila Widana memastikan selama ini tidak ada masalah keluarga ataupun masalah pekerjaan yang dihadapi kakaknya. “Tidak ada masalah di rumah. Hanya penyakitnya itu saja,” papar Susila Widana saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Senin kemarin.
Susila Widana mengisahkan, almarhum Made SW merupakan PNS Pemkab Jembrana yang bertugas di Balai Benih Pembantu (BPP) Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo. Almarhum dilarikan ke RS BaliMed Negara, Kamis (26/8) malam, di mana Susila Widana sendiri yang mengantarnya langsung atas permintaan kakaknya yang kala itu mengeluh sesak napas.
Saat dibawa ke ICU RS BaliMed Negara, kata Susila Widana, kakaknya sempat menjalani rapid test antigen dengan hasil reaktif, sehingga lanjut dipindahkan ke kamar isolasi. Besoknya, Jumat (27/8), dilakukan tes PCR terhadap korban Made SW dan hasilnya terkonfirmasi positif Covid-19.
Setelah korban terkonfirmasi positif Covid-19 berdasar hasil tes PCR itu, petugas sempat lakukan rapid test antigen terhadap keluarganya.Dari hasil rapid test, semua menunjukan hasil negatif Covid-19. “Ya, memang kakak saja yang dinyatakan Covid-19. Sedangkan keluarganya yang lain negatif,” beber Susila Widana, yang kesehariannya bekerja sebagai petani.
Susila Widana menyebutkan, selama kakaknya menjalani perawatan di kamar isolasi RS Bali Med Negara, dirinya rutin menanyakan kondisi almarhum ke rumah sakit sekalian membawakan titipan makanan dan minuman. Dari keterangan rumah sakit, dirinya selalu mendapat jawaban bahwa kondisi kakaknya sudah semakin membaik.
“Selama dirawat itu, saya juga terus komunikasi via telepon dengan kakak. Termasuk kemarin (Minggu, Red) malam, saya sempat membawakan makanan dan komunikasi masih nyambung. Tetapi, kakak tidak ada menyampaikan yang aneh-aneh,” tutur Susila Widana.
Namun, Susila Widana mengatakan kakaknya yang memiliki phobia darah dan orangnya pendiam, hanya sempat mengaku khawatir tidak akan sembuh dengan penyakitnya. Sebab, selain terkonfirmasi positif Covid-19, kakaknya juga sempat mengaku divonis alami penyakit komplikasi di perut.
“Mungkin itu yang jadi beban pikiran. Kalau masalah lain tidak ada. Makanya, waktu tadi (kemarin) pagi saya mau nitip bubur buat kakak, kok lihat ramai ada polisi. Pikiran saya, awalnya mungkin orang sidak. Tetapi, pas saya ke security bilang mau nitip makanan untuk pasien di kamar isolasi nomor 312A1, securitynya hanya diam. Kemudian, ada polisi yang mencari saya seraya mengabarkan kalau kakak saya meninggal gantung diri. Saya langsung shock,” paparnya.
Korban Made SW berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Anak sulungnya baru berusia 13 tahun. Rencananya, jenazah korban akan diabenkan di Setra Desa Adat Penyaringan pada Wraspati Umanis Sinta, Kamis (2/9) lusa.
Sementara itu, Direktur RSU BaliMed Negara, dr I Gede Putu Dhinarananta, mengatakan korban Made SW merupakan pasien Covid-19 menjalani perawatan di ruang isolasi. “Memang benar ada kematian di salah satu ruang isolasi kami. Ya, pasien Covid-19. Tapi, penyebab kematian belum kami pastikan. Masih dilakukan investigasi,” ujar Putu Dhinaratanta saay dikonfirmasi NusaBali. *ode
Komentar