Pelajar STIP Tewas di Tangan Senior
Menhub copot kepala sekolah, para pelaku dikeluarkan
JAKARTA, NusaBali
Seorang pelajar tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tewas karena diduga dikeroyok oleh empat orang seniornya di Gedung Dormitory STIP, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1) malam.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, pengeroyokan itu dilandasi oleh aksi senioritas terhadap juniornya.
"Kasus berawal dari jam 17.00 WIB selesai kegiatan drum band. Salah satu pelaku bernama Sisko Mataheru mengajak kumpul pelaku lainnya untuk ngerjain juniornya yang tingkat satu," ujar Argo saat dikonfirmasi, Rabu (11/1).
Kemudian, kata Argo, sekitar pukul 22.00 WIB enam mahasiswa tingkat satu berkumpul di tempat kejadian perkara, termasuk di antaranya adalah Amirulloh Adityas Putra (18), korban tewas akibat pengeroyokan.
Satu persatu mahasiswa baru itu dianiaya oleh empat mahasiswa tingkat 2 itu. Mereka dipukul dengan tangan kosong secara bergantian. Perut, dada, dan ulu hati jadi sasaran. Argo menyebut mereka dianiaya tanpa melakukan perlawanan.
Satu persatu korban berjatuhan sampai akhirnya Amirulloh mendapatkan giliran. Argo mengatakan, dia pun dipukul pada bagian perut, dada dan ulu hati secara bergiliran.
Tidak kuat menahan sakit, Amirulloh terjatuh. Saat itu, Amirulloh berada di bawah kekuasaan tersangka lainnya, Willy Hasiholan. Pukulan terakhir Willy membuat Amirulloh ambruk ke dada Willy.
“Di lokasi itu, ada 5 pelaku yang melakukan penganiayaan terhadap 6 korban, termasuk Amirullah. Namun, salah seorang pelaku tidak menganiaya Amirullah, melainkan menganiaya korban lain atas nama Ahmad Fajar. Sehingga pada akhirnya, korban Amirullah ini dianiaya 4 orang pelaku bernama Sisko Mataheru, Willy Hasiholan, Iswanto, Akbar Ramadhan, sementara pelaku Jakario tidak terlibat penganiayaan korban Amirullah, melainkan korban lain bernama Ahmad Fajar," ujar Kapolres Jakarta Utara Kombes Awal Chairuddin.
Para pelaku lantas mengangkat Amirulloh ke atas kasur untuk mengistirahatkannya. Namun sayang, Amirulloh harus menghembuskan nafas terakhirnya sebagai korban pengeroyokan.
"Para pelaku panik dan selanjutnya menghubungi seniornya tingkat empat dan dilanjutkan ke pembina dan piket medis STIP. Setelah diperiksa dokter piket diketahui korban tidak bernyawa, peristiwa itu pun dilaporkan ke Polsek Cilincing," kata Argo.
Sejumlah barang bukti pun diamankan oleh kepolisian. Barang bukti itu adalah botol minyak tawon, botol minyak telon, satu gayung, satu gelas dan dua puntung rokok.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyesali kejadian ini dan telah mencopot kepala sekolah tersebut.
"Pertama kali, kami menyatakan penyesalan dan dukacita terhadap kejadian itu. Hari ini kami sudah membebastugaskan kepala sekolah itu," ujar Budi Karya saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1) seperti dilansir detik.
Dikatakan Budi, kejadian penganiayaan di sekolah akademi semacam STIP sering kali terjadi. Untuk itu, harus ada pengawasan yang lebih ketat di sekolah-sekolah semacam itu.
"Karena pada dasarnya standar kerja dari sekolah kita yang pelayaran, udara, darat, kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi," kata Budi.
Tak hanya mencopot kepala sekolah, Budi juga meminta agar senior yang menganiaya juniornya dikeluarkan dari sekolah tersebut.
"Jadi kita secara khusus mengatakan ketat, apabila ada senior yang melakukan itu, sanksinya keluar. Juga demikian, apabila kepala sekolah tidak dapat mengendalikan, artinya kita anggap tidak mampu," tegas Budi.
Suasana duka menyelimuti kediaman Amirullah. Pantauan detik di rumah duka, Jl Warakas III Gg 16, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (11/1) sekitar pukul 12.00 WIB, sejumlah kerabat dan sanak saudara korban sudah memenuhi rumah duka. Terlihat bendera kuning dan papan nisan pun sudah mulai disiapkan.
Kembaran yang juga kakak korban, Amarullah (19), tak henti-hentinya menangis. Dia menyesalkan peristiwa yang masih terjadi di STIP, Jakarta Utara, itu. Dia juga tak percaya adik kembarnya itu meninggal dunia setelah dianiaya. Dia berharap pelaku dituntut seberat-beratnya.
"Saya minta pelaku dituntut seberat-beratnya. Saya juga berharap jika kekerasan di STIP juga tidak kembali terulang," ujar Amarullah di rumah duka, Jl Warakas III Gg 16, Jakarta Utara, Rabu (11/1). *
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, pengeroyokan itu dilandasi oleh aksi senioritas terhadap juniornya.
"Kasus berawal dari jam 17.00 WIB selesai kegiatan drum band. Salah satu pelaku bernama Sisko Mataheru mengajak kumpul pelaku lainnya untuk ngerjain juniornya yang tingkat satu," ujar Argo saat dikonfirmasi, Rabu (11/1).
Kemudian, kata Argo, sekitar pukul 22.00 WIB enam mahasiswa tingkat satu berkumpul di tempat kejadian perkara, termasuk di antaranya adalah Amirulloh Adityas Putra (18), korban tewas akibat pengeroyokan.
Satu persatu mahasiswa baru itu dianiaya oleh empat mahasiswa tingkat 2 itu. Mereka dipukul dengan tangan kosong secara bergantian. Perut, dada, dan ulu hati jadi sasaran. Argo menyebut mereka dianiaya tanpa melakukan perlawanan.
Satu persatu korban berjatuhan sampai akhirnya Amirulloh mendapatkan giliran. Argo mengatakan, dia pun dipukul pada bagian perut, dada dan ulu hati secara bergiliran.
Tidak kuat menahan sakit, Amirulloh terjatuh. Saat itu, Amirulloh berada di bawah kekuasaan tersangka lainnya, Willy Hasiholan. Pukulan terakhir Willy membuat Amirulloh ambruk ke dada Willy.
“Di lokasi itu, ada 5 pelaku yang melakukan penganiayaan terhadap 6 korban, termasuk Amirullah. Namun, salah seorang pelaku tidak menganiaya Amirullah, melainkan menganiaya korban lain atas nama Ahmad Fajar. Sehingga pada akhirnya, korban Amirullah ini dianiaya 4 orang pelaku bernama Sisko Mataheru, Willy Hasiholan, Iswanto, Akbar Ramadhan, sementara pelaku Jakario tidak terlibat penganiayaan korban Amirullah, melainkan korban lain bernama Ahmad Fajar," ujar Kapolres Jakarta Utara Kombes Awal Chairuddin.
Para pelaku lantas mengangkat Amirulloh ke atas kasur untuk mengistirahatkannya. Namun sayang, Amirulloh harus menghembuskan nafas terakhirnya sebagai korban pengeroyokan.
"Para pelaku panik dan selanjutnya menghubungi seniornya tingkat empat dan dilanjutkan ke pembina dan piket medis STIP. Setelah diperiksa dokter piket diketahui korban tidak bernyawa, peristiwa itu pun dilaporkan ke Polsek Cilincing," kata Argo.
Sejumlah barang bukti pun diamankan oleh kepolisian. Barang bukti itu adalah botol minyak tawon, botol minyak telon, satu gayung, satu gelas dan dua puntung rokok.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyesali kejadian ini dan telah mencopot kepala sekolah tersebut.
"Pertama kali, kami menyatakan penyesalan dan dukacita terhadap kejadian itu. Hari ini kami sudah membebastugaskan kepala sekolah itu," ujar Budi Karya saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1) seperti dilansir detik.
Dikatakan Budi, kejadian penganiayaan di sekolah akademi semacam STIP sering kali terjadi. Untuk itu, harus ada pengawasan yang lebih ketat di sekolah-sekolah semacam itu.
"Karena pada dasarnya standar kerja dari sekolah kita yang pelayaran, udara, darat, kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi," kata Budi.
Tak hanya mencopot kepala sekolah, Budi juga meminta agar senior yang menganiaya juniornya dikeluarkan dari sekolah tersebut.
"Jadi kita secara khusus mengatakan ketat, apabila ada senior yang melakukan itu, sanksinya keluar. Juga demikian, apabila kepala sekolah tidak dapat mengendalikan, artinya kita anggap tidak mampu," tegas Budi.
Suasana duka menyelimuti kediaman Amirullah. Pantauan detik di rumah duka, Jl Warakas III Gg 16, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (11/1) sekitar pukul 12.00 WIB, sejumlah kerabat dan sanak saudara korban sudah memenuhi rumah duka. Terlihat bendera kuning dan papan nisan pun sudah mulai disiapkan.
Kembaran yang juga kakak korban, Amarullah (19), tak henti-hentinya menangis. Dia menyesalkan peristiwa yang masih terjadi di STIP, Jakarta Utara, itu. Dia juga tak percaya adik kembarnya itu meninggal dunia setelah dianiaya. Dia berharap pelaku dituntut seberat-beratnya.
"Saya minta pelaku dituntut seberat-beratnya. Saya juga berharap jika kekerasan di STIP juga tidak kembali terulang," ujar Amarullah di rumah duka, Jl Warakas III Gg 16, Jakarta Utara, Rabu (11/1). *
Komentar