Bisnis Kerajinan di Jalur Kapal-Mengwi Lesu

Sejak pandemi merajam, bisnis penjualan handicraft mengalami penurunan. “Sangat terasa,” ujar Pande Kadek Wasita, salah seorang penjual beragam handicraft, Selasa (31/8). Penurunan ditandai dengan jarangnya penjualan sejak pandemi 1,5 tahun lalu.

“Biasanya banyak pelanggan yang datang, sekarang berkurang,” ungkapnya. Pande Kadek Wasita menjual aneka produk handicraft. Diantaranya anyaman dekorasi lampu, rilief, kotak lampu, hingga hiasan penjor.

Walau bisnis mengalami kelesuan, namun Pande Kadek Wasita tetap bertahan  menunggu satu dua orang pembeli yang datang ataupun melayani calon pembeli yang hendak melakukan tawar- menawar. “Sambil buat hiasan untuk penjor,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Putu Nayaka, pedagang yang spesial menyediakan beragam patung. Diantaranya patung perempuan menjunjung jun taneg (tempayan wadah air), sampai patung-patung dewa-dewi, baik gaya klasik Bali maupun model India.

Menurut Puta Nayaka, pandemi berimbas lumayan pada bisnis penjualan patung. Dikatakan penjualan mengalami penurunan. Sebelum pandemic, tiap hari  hampir selalu ada penjualan, sehingga dia juga sibuk melakukan pembukuan.Namun setelah pandemi penjualan berkurang.

“Dulu sempat nabung, sekarang cukup untuk kebutuhan sehari- hari saja dulu,” ujar pria yang sudah 20 tahun lebih mulai menggeluti bisnis berjualan patung. Walau demikian satu dua pembeli masih ada yang datang membeli. "Ini baru saja selesai mengangkut patung  ada pembeli yang mengambil tadi," ujarnya.

Lepas dari kelesuan bisnis, yang jelas jejeran art shop atau toko handicraft membuat  pemandangan sekitar tampak menarik. Mereka yang melintas di jalur tersebut bisa menikmati aneka produk kerajinan dan seni. Mulai palinggih, beragam jenis dan corak patung, seni kreatif hingga produk kerajinan dari luar daerah seperti gerabah dari Lombok, NTB. *k17