Tracing-Testing Covid-19 Masih Rendah
Jadi Pemicu Kota Denpasar Masih Berstatus PPKM Level 4
Indikator kapasitas respon memiliki tiga variabel yang menjadi penentu level PPKM, yakni tracing, testing dan Bed Occupancy Rate (BOR).
DENPASAR, NusaBali
Kota Denpasar sampai saat ini masih berada dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang diperpanjang hingga 6 September 2021. Penyebab Kota Denpasar masih bertahan di level 4 akibat tracing dan testing yang masih rendah.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai saat diwawancarai di Pemkot Denpasar, Jumat (3/9). Menurut dia, penentuan level PPKM tergantung dari indikator yang dicapai oleh masing-masing wilayah.
Ada dua indikator yang digunakan pemerintah pusat untuk menentukan level dalam PPKM. Kedua indikator tersebut, yakni laju penularan dan kapasitas respon. Khusus laju penularan ada tiga variabel yang saat ini sudah dipenuhi Kota Denpasar, yakni sudah menurunnya angka kasus harian yang saat ini sudah di bawah 150 per hari. Perawatan di RSUD Wangaya juga sudah menurun, dan kasus kematian sudah melandai.
Sementara, indikator kapasitas respon juga memiliki tiga variabel yang menjadi penentu PPKM, yakni tracing, testing dan Bed Occupancy Rate (BOR). "Di antara tiga itu ada dua variabel yang kita belum penuhi, yakni tracing dan testing yang rendah sehingga membuat Kota Denpasar masih masuk PPKM level 4," jelasnya.
Kedua variabel tersebut masih rendah karena beberapa faktor. Tim Satgas di lapangan kesulitan tracing kendalanya karena banyak alamat tidak sesuai atau tidak jelas. Keterbukaan warga yang positif juga rendah. "Kadang petugas tracing tidak diterima dengan baik. Kurangnya kejujuran warga yang positif dengan kontak erat sehingga mengurangi jangkauan tracing," ungkap Dewa Rai.
Harusnya tracing dilakukan untuk satu kasus sebanyak 10 orang ke atas untuk kontak erat. Namun, karena tidak ada kejujuran, keterbukaan dan kooperatif warga, sehingga tracing hanya bisa dilakukan 3-5 orang saja untuk satu kasus. Begitu juga ketika ditelepon petugas satgas banyak yang tidak diangkat.
Dalam testing kendalanya mereka yang kontak erat tidak datang untuk melakukan swab test ke Puskesmas yang diarahkan. Bahkan ada yang dicari ke rumahnya tidak ada dan memilih untuk tidak mau menemui petugas. Sehingga memperlambat tugas Satgas melakukan tracing dan testing.
Sementara, untuk BOR di Kota Denpasar sudah memenuhi syarat. BOR khusus Covid-19 di RSUD Wangaya saat ini tinggal 54,72 persen, yakni dari kapasitas 106 bed yang terisi sekarang 58 bed. "Kalau BOR sudah menurun. Sekarang kapasitasnya 54,72 persen. Sehingga, memenuhi syarat untuk Denpasar ke level 3," imbuhnya.
Dari dua variabel yang masih belum memenuhi syarat, Dewa Rai mengaku Pemkot Denpasar sudah melakukan beberapa upaya. Upaya yang dilakukan dari hasil rapat, Jumat kemarin bahwa akan diterapkan kembali dan lebih intens dalam pola pendekatan, dan komunikasi di lapangan. Selain itu juga melibatkan kepala lingkungan/dusun (kaling/kadus) sebagai tracer dan dibantu TNI/Polri. *mis
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai saat diwawancarai di Pemkot Denpasar, Jumat (3/9). Menurut dia, penentuan level PPKM tergantung dari indikator yang dicapai oleh masing-masing wilayah.
Ada dua indikator yang digunakan pemerintah pusat untuk menentukan level dalam PPKM. Kedua indikator tersebut, yakni laju penularan dan kapasitas respon. Khusus laju penularan ada tiga variabel yang saat ini sudah dipenuhi Kota Denpasar, yakni sudah menurunnya angka kasus harian yang saat ini sudah di bawah 150 per hari. Perawatan di RSUD Wangaya juga sudah menurun, dan kasus kematian sudah melandai.
Sementara, indikator kapasitas respon juga memiliki tiga variabel yang menjadi penentu PPKM, yakni tracing, testing dan Bed Occupancy Rate (BOR). "Di antara tiga itu ada dua variabel yang kita belum penuhi, yakni tracing dan testing yang rendah sehingga membuat Kota Denpasar masih masuk PPKM level 4," jelasnya.
Kedua variabel tersebut masih rendah karena beberapa faktor. Tim Satgas di lapangan kesulitan tracing kendalanya karena banyak alamat tidak sesuai atau tidak jelas. Keterbukaan warga yang positif juga rendah. "Kadang petugas tracing tidak diterima dengan baik. Kurangnya kejujuran warga yang positif dengan kontak erat sehingga mengurangi jangkauan tracing," ungkap Dewa Rai.
Harusnya tracing dilakukan untuk satu kasus sebanyak 10 orang ke atas untuk kontak erat. Namun, karena tidak ada kejujuran, keterbukaan dan kooperatif warga, sehingga tracing hanya bisa dilakukan 3-5 orang saja untuk satu kasus. Begitu juga ketika ditelepon petugas satgas banyak yang tidak diangkat.
Dalam testing kendalanya mereka yang kontak erat tidak datang untuk melakukan swab test ke Puskesmas yang diarahkan. Bahkan ada yang dicari ke rumahnya tidak ada dan memilih untuk tidak mau menemui petugas. Sehingga memperlambat tugas Satgas melakukan tracing dan testing.
Sementara, untuk BOR di Kota Denpasar sudah memenuhi syarat. BOR khusus Covid-19 di RSUD Wangaya saat ini tinggal 54,72 persen, yakni dari kapasitas 106 bed yang terisi sekarang 58 bed. "Kalau BOR sudah menurun. Sekarang kapasitasnya 54,72 persen. Sehingga, memenuhi syarat untuk Denpasar ke level 3," imbuhnya.
Dari dua variabel yang masih belum memenuhi syarat, Dewa Rai mengaku Pemkot Denpasar sudah melakukan beberapa upaya. Upaya yang dilakukan dari hasil rapat, Jumat kemarin bahwa akan diterapkan kembali dan lebih intens dalam pola pendekatan, dan komunikasi di lapangan. Selain itu juga melibatkan kepala lingkungan/dusun (kaling/kadus) sebagai tracer dan dibantu TNI/Polri. *mis
Komentar