Ada Gelaran Perdana Festival Bali Sangga Dwipantara
Wisuda Sarjana ISI Denpasar Disertai Orasi Ilmiah Goenawan Muhammad
DENPASAR, NusaBali
Acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana ke-26 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin (6/9), berlangsung spesial karena dirangkai pembukaan Festival Bali Sangga Dwipantara I 2021.
Selain dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster selaku Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) Tjahjo Kumolo, acara wisuda kemarin juga disertai orasi ilmiah budayawan Goenawan Mohamad.
Festival Bali Sangga Dwipantara merupakan ajang penguatan inovasi Tri Dharma oleh ISI Denpasar, yang dibarengi aktualisasi strategik berupa ruang diseminasi karya-praktek penciptaan serta mimbar akademik seni budaya nusantara yang melibatkan maestro, seniman, budayawan, akademisi, pekerja kreatif, dan mahasiswa bertalenta Indonesia. Rektor ISI Denpasar, Prof Dr Wayan Kun Adnyana, mengatakan event ini juga sebagai upaya mewujudkan kampusnya jadi garda depan dalam menegakkan kebangkitan dan kejayaan Bhineka Tunggal Ika Indonesia Raya.
Festival Bali Sangga Dwipantara yang buat kali pertama digelar tahun 2021 ini bertajuk ‘Wana-Citta-Nuswantara’, terdiri atas 11 program. Rinciannya, Bali-Dwipantara Widya (Mimbar Talenta Nusantara), Bali-Dwipantara Adirupa (Pameran Seni Rupa Indonesia), Bali-Dwipantara Adinatya (Pergelaran Virtual Nasional), Bali-Dwipantara Kanti (Inisiatif Braya Nusantara), Bali-Dwipantara Waskita (Seminar Republik Seni Nusantara), Bali-Dwipantara Krama (Tutur Lelaku Nusantara), Bali-Dwipantara Yatra (Sastra Desa Nusantara), Bali-Dwipantara Diatmika (Mimbar Maestro Nusantara), Bali-Dwipantara Karma (Nemu Gelang Nusantara), Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara), dan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan).
Festival Bali Sangga Dwipantara I 2021, Senin kemarin, dibuka langsung oleh Menteri PAN RB, Tjahjo Kumolo. Dalam sambutannya, Tjahjo Kumolo menjelaskan festival nasional ini benar-benar menjadi wahana untuk berkreasi dan melestarikan budaya secara konsisten, kerja keras, dan kerja cerdas, manfaatkan teknologi informasi, serta membangun kolaborasi secara luas. Tjahjo berharap keberadaan Bali Sangga Dwipantara dapat menjaga citra Bali sebagai pusat kebudayaan yang dikagumi seluruh dunia, sesuai dengan keinginan pendiri bangsa.
Harapan yang sama juga disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster, selaku Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar. Menurut Gubernur Koster, keberadaan Bali Sangga Dwipantara sejalan dengan program Pemprov Bali. “Kami berharap kegiatan Tri Dharma ISI Denpasar tidak hanya untuk kepentingan internal, tetapi turut mengembangkan seni tradisi secara kreatif-inovatif untuk dapat disajikan kepada masyarakat luas,” pinta Gubernur Koster.
Sedangkan budayawan Goenawan Mohamad, dalam orasi ilmiah berjudul ‘Konservasi dan Produksi Kebaruan’ menjelaskan bahwa percaturan kebudayaan Indonesia selalu diwarnai tegangan antara sikap memprioritaskan ‘yang baru’ dan ‘yang lama’. Menurut Goenawan, dari Bung Karno sampai WS Rendra—memaknai kata-kata Surat Kepercayaan Gelanggang—menolak untuk mengelus-elus hasil kebuda-yaan lama.
Di sisi lain, ada kecenderungan kuat untuk menegaskan identitas dan menghubungkan identitas dengan tradisi dan warisan sejarah. “Di sini yang lama punya posisi penting dan sentral. Bali Sangga Dwipantara hendaknya menjadi ruang demokratis untuk mempertemukan yang lama dan yang baru,” tandas Goenawan.
Pada akhir acara kemarin, ditayangkan Bali-Dwipantara Bhakti berupa pergelaran virtual ‘Umah Bersama Nusantara’ yang melibatkan maestro, seniman, akademisi, dan pekerja kreatif dari Aceh, Padang, Jakarta, Solo, dan Bali. Pagelaran yang disutradara Made Sidia dan Tjokorda Istri Putra Padmini ini didukung sederet seniman, seperti Toha Gusrama, Nungki Kusumastuti, Peni Candra Rini, I Wayan Gulendra, Ni Luh Menek, Ni Ketut Arini Alit, Gusti Bawa Samar Gantang, I Gusti Ngurah Adi Putra, Ni Nyoman Tjandri, AA Gde Bagus, AA Gde Oka Dalem, Tjokorda Raka Tisnu, Cokorda Alit Artawan, Sulistyani, Tri Hariyanto, Saptono, dan Susas Rita Loravianti.
Selain itu, kemarin juga diserahkan penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2021 kepada 5 seniman dan akademisi bereputasi, yakni Tjokorda Istri Rai Partini, Toha Gusrama, Nungki Kusumastuti, I Wayan Gulendra, dan Tjokorda Istri Putra Padmini.
Sementara itu, Wisuda Sarjana dan Pascasarjana ke-26 ISI Denpasar, Senin kemarin, diikuti 325 wisudawan Sarjana, Sarjana Terapan, dan Magister Seni. Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar, Dr AA Gede Rai Remawa, menjelaskan 325 wisudawan tersebut terdiri atas: 176 Sarjana dan Sarjana Terapan Fakultas Seni Rupa & Desain dengan predikat terpuji sebanyak 143 orang, 110 Sarjana Fakultas Seni Pertunjukan dengan 86 orang predikat terpuji, 39 Magister Seni dengan 33 wisudawan predikat terpuji.
“Adapun lulusan terbaik program sarjana diraih Ni Putu Ayu Aneska Rastini Dewi dengan IPK 3,99. Sedangkan terbaik program Sarjana Terapan diraih Lady Athalia dan Ni Komang Diah Sri Dewi Klenting Sari dengan IPK 3,95. Sementara terbaik program Magister diraih Ni Kadek Dwi Pratika Dewi, I Nyoman Agus Hari Sudama Giri, dan Ni Putu Irma Maha Sasmita dengan IPK 4,00,” urai mantan Kepala Prodi S2 Desain ini.
Sedangkan Rektor ISI Denpasar, Prof Wayan Kun Adnyana, memberi apresiasi atas prestasi yang telah diraih semua wisudawan. “Dengan bangga saya melepas seluruh ‘Anak Panah Masa Depan Bangsa’ ini (wisudawan, Red) untuk mengarungi deru deras kehidupan dengan sauh dan pandu kreativitas, serta inovasi seni-desain yang telah diperoleh semasa studi,” jelas Prof Kun Adnyana.
“Mari warnai jagat ini dengan pesona gagasan-gagasan kreatif kalian. Sejak tempo usai acara wisuda ini, kalian semua adalah alumni kebanggaan ISI Denpasar. Kita akan selalu bersama merawat Bhineka Tunggal Ika di pertiwi Indonesia Raya ini. Pandemi memberi tantangan baru, butuh kerelaan, kesadaran, dan disiplin untuk tetap tegar, tegak, dan bangkit, sehat sekaligus aktif berinovasi melahirkan rekacipta karya seni dan desain baru yang menjawab imajinasi, mimpi, dan tantangan kehidupan masa kini dan masa pasca pandemi,” imbuh mantan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali ini.
Menurut Prof Kun, dalam 6 bulan terakhir ISI Denpasar telah melakukan inovasi pengembangan sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan pembenahan kurikulum secara fundamental, yakni merumuskan dan memberlakukan kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ISI Denpasar berbasis Program Studi, dengan menjaga relevansi, mutu, dan daya saing. Guru Besar Bidang Sejarah Seni ini menyebutkan, proses perumusan kurikulum melibatkan 60 tokoh dari unsur maestro, seniman-desainer, profesional, dan pakar pendidikan tinggi. Selain pemberlakukan kurikulum baru, untuk memastikan layanan pendidikan kepada mahasiswa berjalan semakin prima, ISI Denpasar juga secara simultan mengundang tokoh bereputasi sebagai dosen tamu di 12 Program Studi S1 dan D4. *
Komentar