nusabali

Pasang 'Harga Pandemi', Penjual Jasa di Pantai Kuta Masih Sepi Pelanggan

  • www.nusabali.com-pasang-harga-pandemi-penjual-jasa-di-pantai-kuta-masih-sepi-pelanggan

MANGUPURA, NusaBali.com - Setelah resmi dibuka kembali, Rabu (8/9/2021), para pengais nafkah di Pantai Kuta mesti harus bersabar dulu.

Hali ini tergambar dari penuturan para penjual jasa, sewa papan surfing dan pijat, di pantai berpasir putih tersebut. Seorang perempuan yang menjalankan usaha sewa papan surfing di Pantai Kuta, Ni Made Sunartini, 43, mengatakan jika sejak kembali dibukanya Pantai Kuta Rabu (8/9/2021) lalu, dirinya baru mendapatkan satu customer yang menyewa papan selancarnya. Seorang wisatawan domestik menyewa papan selancarnya selama satu jam seharga Rp 50.000.

“Sejak buka baru satu kali ada yang sewa,” ujar Sunartini, ditemui di Pantai Kuta ketika menunggu wisatawan yang ingin menyewa papan-papan selancarnya, Minggu (12/9/2021) siang.  

FOTO: Neriani (kiri), Sunartini (kanan) .-SURYADI

Ia yang sudah 10 tahun menyewakan papan surfing mengatakan jika kunjungan wisatawan ke Pantai Kuta belumlah begitu signifikan kenaikannya sejak dibuka kembali. Sore hari dikatakannya merupakan waktu di mana pengunjung mulai sedikit lumayan berdatangan.

Dikatakan Sunartini, jumlah penyewa papan selancarnya memang tidak begitu ramai selama masa pandemi Covid-19, apalagi dengan adanya PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Pantai Kuta ditutup, praktis usaha jasa penyewaan papan selancarnya juga tutup total.

Selama pandemi ia biasanya mengandalkan masa liburan sekolah, di mana banyak pengunjung Pantai Kuta ingin mencoba sensasi bermain surfing. Jika belum bisa surfing sendiri, ia juga menyediakan jasa pelatih surfing dengan biaya tambahan Rp 50.000.

Harga yang diberikan disebutnya ‘harga pandemi’, mengingat sebelum pandemi Covid-19 harga sewa papan selancar bisa sampai Rp 300.000 per jamnya.  

Sunartini sudah 10 tahun menjalankan usaha penyewaan papan surfing bersama suaminya. Sembari menjalankan usahanya, ia juga bekerja sebagai karyawan hotel, namun sejak pandemi ia dirumahkan dan tidak mendapat gaji.

Masih sepinya kunjungan wisatawan ke Pantai Kuta juga dirasakan oleh Ni Nyoman Neriani, 53, yang biasanya menawarkan jasa pijat refleksi kepada para pengunjung Pantai Kuta. Ia yang sejak dibukanya kembali Pantai Kuta sudah mulai mencoba peruntungannya, baru dua kali mendapat customer.

“Pertama dapat Rp 20.000, kemarin dapat satu tamu Jakarta, dapat Rp 50.000, segitu saja. Sekarang belum dapat,” ungkap perempuan asal Kuta ini.

Ia mengaku tidak memberikan harga secara kaku kepada wisatawan. Apalagi di masa sulit seperti saat ini, berapa pun akan ia terima. “Kalau sekarang berapa saja mau, yang penting bisa beli beras, nggak kayak dulu,” ujar Neriani sambil menyebut sebelum pandemi setidaknya akan mendapat Rp 100.000 sekali memijat.  

Meski dalam keadaan sulit, antarsesama penjual jasa pijat di Pantai Kuta masih juga berupaya saling membantu. Neriani mengatakan jika mendapat satu customer, biasanya ia mengajak temannya yang belum sama sekali mendapat customer. Jadi ia akan memijat salah satu bagian tubuh customer, sementara bagian tubuh lainnya dipijat oleh temannya. Hasilnya mereka bagi rata. “Saya ngambil pundak, teman saya kaki,” ucapnya.

Sementara itu Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista, tetap mengingatkan kepada para pengunjung maupun pedagang untuk mentaati protokol kesehatan selama masa uji coba pembukaan Pantai Kuta.

“Jangan sampai berkat uji coba pelonggaran ini menjadi klaster baru. Bagi masyarakat yang beraktivitas di Pantai Kuta wajib sudah vaksin lengkap (dua dosis),” kata Jero Bendesa Kuta.  *adi

Komentar