Penyuluhan Cegah Stunting Terhambat
AMLAPURA, NusaBali
Koordinator Penyuluh Keluarga Berencana (KB) Kecamatan Bebandem, Karangasem, I Nyoman Langkir, mengaku kurang optimal menggelar penyuluhan KB dan pencegahan stunting (pertumbuhan tinggi badan balita tidak sesuai umur) ke desa-desa.
Alasannya, ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level IV. Penyuluhan secara tatap muka tidak memungkinkan dilaksanakan karena berpotensi menimbulkan kerumunan. Nyoman Langkir mengatakan, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem ditetapkan sebagai lokus desa stunting sesuai SK Bupati Karangasem Nomor 142/HK/2020 tentang Tim Terpadu Penanganan Stunting Kabupaten Karangasem. Penanganan stunting mesti terpadu dan terintegrasi dengan program lainnya. Berdasarkan survei, penyebab stunting di antaranya kekurangan gizi, terbatasnya layanan kesehatan dan kekurangan air bersih. Stunting bisa dicegah mulai dari dalam kandungan, saat persalinan, dan masa pertumbuhan anak-anak. “Mesti terpadu menangani stunting,” ungkap Nyoman Langkir, Minggu (12/9).
Kadis Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama mengakui Desa Bhuana Giri yang mewilayahi 15 banjar dinas ditetapkan sebagai lokus desa stunting berdasarkan survei. Sehingga perlu mempersiapkan 8 aksi konvergensi intervensi pencegahan stunting. Di antaranya analisis situasi, cakupan layanan kesehatan, data supply, aksi rencana kegiatan, analisis sebaran stunting, dan sebagainya. “Angka stunting di Karangasem cukup tinggi hingga 26,23 persen, tetapi yang jadi lokus desa stunting di Desa Bhuana Giri,” jelas Gusti Bagus Putra Pertama.
Gusti Bagus Putra Pertama mengakui pembinaan terhambat karena pandemi Covid-19. Pembinaan cegah stunting selama ini satu paket kegiatan dengan penyuluhan KB. Sebab pencegahan stunting diawali dari ibu hamil agar rutin menjalani pemeriksaan sehingga tahu perkembangan bayi dalam kandungan. Setelah bayi lahir selama enam bulan pertama secara rutin dapat ASI (air susu ibu), beri makan bergizi yang cukup, periksakan ke Posyandu secara rutin sebulan sekali. Sehingga pertumbuhan balita terkontrol, jika setip bulan menunjukkan ada kenaikan berat badan, balita itu berarti sehat.
Gusti Bagus Putra Pertama menambahkan, stunting di Karangasem dengan 26,23 persen itu berdasarkan riset kesehatan dasar prevalensi status gizi pada anak umur 0-59 bulan, kisaran angka 20-30 persen tergolong tinggi. Di Karangasem, dengan sampel 10 anak balita ditemukan 2-3 anak stunting, itu berarti angka stunting masih tinggi. “Makanya anak yang baru lahir wajib diberikan ASI (air susu ibu) eksklusif sampai umur 6 bulan. Di samping itu juga diberikan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) sehat,” jelas Gusti Bagus Putra Pertama. *k16
1
Komentar