Pedagang Buka Lapak di Lahan Parkir Pantai Kuta
Hari Pertama Pedagang Mengaku Masih Sepi
Dari 100 slot yang disediakan di hari pertama, baru ada belasan yang sudah membuka lapak dagangan. Sebagian besar berjualan kopi, minuman ringan, dan makanan ringan.
MANGUPURA, NusaBali
Pedagang memanfaatkan sebagian lahan parkir di Jalan Pantai Kuta, untuk berjualan, Senin (13/9). Tak asal membuka lapak, keberadaan para pedagang ini sudah diatur sebelumnya oleh pihak Desa Adat Kuta serta LPM. Pemanfaatkan sebagian lahan parkir ini sengaja dilakukan guna menggerakkan perekonomian warga.
Namun, pada hari pertama pembukaan, warga yang berjualan masih sepih. Dari total 100 slot yang disediakan, baru ada belasan orang yang berjualan di lokasi tersebut.
Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengatakan pembukaan lapak dagangan yang memanfaatkan lokasi parkir itu memang menjadi ranahnya LPM Kuta. Meski demikian, pihaknya sangat mendukung penuh langkah tersebut. Sebab, masyarakat Kuta yang sebagian besar bekerja di sektor pariwisata sudah kelimpungan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari- hari. “Kami sangat mendukung langkah ini, karena yang jualan di lokasi itu warga Kuta, sehingga kami berharap roda perekonomian kembali berputar,” katanya, Senin (13/9).
Dijelaskannya, kuota awal warga yang memanfaatkan lokasi itu mencapai 300 slot. Namun, karena kondisi saat ini masih pandemi dan dikhawatirkan memicu kerumunan, dikurangi menjadi 100 slot. Hal itu sesuai juga dengan keputusan LPM Kuta selaku pengagas. “Ya, kita batasi dan itu untuk kebaikan bersama. Tentu pembatasan itu setelah ada berbagai pertimbangan juga,” kata Wasista.
Sementara pantauan NusaBali di lokasi, aktivitas masyarakat yang berjualan masih sepih. Sejumlah nomor yang disediakan untuk masyarakat berjualan sudah ada, tapi tidak ada penjualnya. Dari 100 slot yang disediakan di hari pertama, baru ada belasan yang sudah membuka lapak dagangan. Sebagian besar yang membuka tersebut berjualan kopi, minuman ringan, dan makanan ringan.
Salah seorang warga yang mendapat slot untuk berjualan di lokasi itu, Eka Setiawan, 32, mengapresiasi upaya yang dilakukan LPM dan Desa Adat Kuta dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat. “Saya mengapresiasi upaya ini, karena sudah lama tidak beraktivitas. Ya, semoga saja dengan lapak ini bisa mendapat pemasukan,” katanya.
Pria yang sebelumnya bekerja di hotel di bilangan Kuta ini mengatakan dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk berjualan, tentu sedikit demi sedikit menggerakan roda perekonomian. Apalagi, selama pandemi ini tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Pun dari hotel juga sudah merumahkan sementara lantaran tidak ada wisatawan.
“Kalau kami di Kuta ini kan sebagian besar menggantungkan hidup dari pariwisata, mulai dari pekerja hotel, usaha laundry, warung, berjualan di pantai dan lainnya. Namun, karena pandemi ini, semuanya jadi kacau dan berdampak pada pendapatan. Nah, kalau sudah ada ruang seperti ini, tentu kami mengapresasi, meski hasilnya belum kelihatan,” kata pria yang mendapat slot berjualan di depan Beach Walk Kuta ini. *dar
Namun, pada hari pertama pembukaan, warga yang berjualan masih sepih. Dari total 100 slot yang disediakan, baru ada belasan orang yang berjualan di lokasi tersebut.
Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengatakan pembukaan lapak dagangan yang memanfaatkan lokasi parkir itu memang menjadi ranahnya LPM Kuta. Meski demikian, pihaknya sangat mendukung penuh langkah tersebut. Sebab, masyarakat Kuta yang sebagian besar bekerja di sektor pariwisata sudah kelimpungan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari- hari. “Kami sangat mendukung langkah ini, karena yang jualan di lokasi itu warga Kuta, sehingga kami berharap roda perekonomian kembali berputar,” katanya, Senin (13/9).
Dijelaskannya, kuota awal warga yang memanfaatkan lokasi itu mencapai 300 slot. Namun, karena kondisi saat ini masih pandemi dan dikhawatirkan memicu kerumunan, dikurangi menjadi 100 slot. Hal itu sesuai juga dengan keputusan LPM Kuta selaku pengagas. “Ya, kita batasi dan itu untuk kebaikan bersama. Tentu pembatasan itu setelah ada berbagai pertimbangan juga,” kata Wasista.
Sementara pantauan NusaBali di lokasi, aktivitas masyarakat yang berjualan masih sepih. Sejumlah nomor yang disediakan untuk masyarakat berjualan sudah ada, tapi tidak ada penjualnya. Dari 100 slot yang disediakan di hari pertama, baru ada belasan yang sudah membuka lapak dagangan. Sebagian besar yang membuka tersebut berjualan kopi, minuman ringan, dan makanan ringan.
Salah seorang warga yang mendapat slot untuk berjualan di lokasi itu, Eka Setiawan, 32, mengapresiasi upaya yang dilakukan LPM dan Desa Adat Kuta dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat. “Saya mengapresiasi upaya ini, karena sudah lama tidak beraktivitas. Ya, semoga saja dengan lapak ini bisa mendapat pemasukan,” katanya.
Pria yang sebelumnya bekerja di hotel di bilangan Kuta ini mengatakan dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk berjualan, tentu sedikit demi sedikit menggerakan roda perekonomian. Apalagi, selama pandemi ini tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Pun dari hotel juga sudah merumahkan sementara lantaran tidak ada wisatawan.
“Kalau kami di Kuta ini kan sebagian besar menggantungkan hidup dari pariwisata, mulai dari pekerja hotel, usaha laundry, warung, berjualan di pantai dan lainnya. Namun, karena pandemi ini, semuanya jadi kacau dan berdampak pada pendapatan. Nah, kalau sudah ada ruang seperti ini, tentu kami mengapresasi, meski hasilnya belum kelihatan,” kata pria yang mendapat slot berjualan di depan Beach Walk Kuta ini. *dar
1
Komentar