Jembatan Kuning Ditarget Selesai 22 Januari
Pembangunan kembali Jembatan Kuning penghubung Nusa Lembongan-Nusa Ceningan di Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung pasca ambruk, terus digenjot.
SEMARAPURA, NusaBali
Pembangunan kembali jembatan bernilai Rp 3,4 miliar ini ditarget rampung, 22 Januari 2017 nanti. Kepala Dinas Dinas Pekerjaan Umum-Penataan Ruang-Perumahan-Kawasan Pemukiman Kabupaten Klungkung, I Gusti Nyoman Supartana, mengatakan saat ini proses pengerjaan Jembatan Kuning pasca ambruk sudah hampir rampung. Pengerjaan sudah berjalan 2 bulan, sejak 6 November 2016 lalu.
Anggaran Rp 3,4 miliar untuk pembangunan kembali Jembatan Kuning ini bersumber dari APBN. Sedangkan pembangunan kembali Jembatan Kuning dilakukan pihak Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Menurut I Gust Nyoman Supartana, saat ini pengerjaan jembatan tinggal memasang rangka dan pengecatan dengan cat kuning saja.
Supartana menyebutkan, pihaknya sempat terjun ke lokasi pembangunan Jembatan Kuning untuk melakukan pengecekan, Sabtu (14/1). “Dari hasil pengecekan ke lapangan, Jembatan Kuning akan selesai dibangun 22 Januari 2017 nanti. Setelah diupacarai pamelaspas, nantinya sudah langsung bisa digunakan (dilalui warga),” jelas Supartana saat dikonfirmasi NusaBali di Semarapura, Minggu (15/1).
Ditanya soal molornya target di mana pembangunan kembali Jembatan Kuning semula direncanakan sudah rampung akhir tahun 2016, menurut Supartana, pengerjaan mengalami kendala manakala air laut pasang. Ketika air pasang, proses pembangunan jembatan tidak bisa dilakukan secara manual. Demikian pula ketika air terlalu surit, pengerjaan juga terkendala.
Yang jelas, kata Supartana, pihaknya optimistis target Jembatan Kuning rampung 22 Januari 2017, bisa terwujud. Jembatan Kuning pasca ambruk dibangun dengan ukuran panjang 140 meter dan lebar 1,8 meter. Ini lebih lebar dari ukuran sebelum jembatan ambruk, yang semula hanya 1,4 meter. “Jembatan Kuning nanti hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki saja,” papar Supartana.
Pembangunan kembali Jembatan Kuning pasca ambruk telah dilakukan sejak 6 November 2016 lalu. Sehari sebelum dimulainya pengerjaan, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta dan jajarannya lebih dulu melaksanakan upacara matur piuning di sejumlah pura kawasan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, 5 November 2016. Di antaranya, Pura Bakung, Pura Sakenan Lembongan, Pura Puseh, dan Pura Dalem Lembongan. Sedangkan proses pembangunan kembali Jembatan Kuning, 6 November 2016, diawali dengan pembongkaran material.
Sementara itu, seorang warga Desa Lembongan, I Ketut Surianta, mengatakan banyak persoalan yang dihadapi pasca ambruknya Jembatan Kuning, 3 bulan lalu. Selain menghambat akses warga untuk beraktivitas, para siswa juga kesulitan sekolah. Demikian pula para wisatawan. “Ini (Jembatan Kuning) kan penunjang utama pariwisata Lembongan-Ceningan,” jelas Ketut Surianta, Minggu (15/1).
Surianta berharap, setelah pembangunan kembali Jembatan Kuning selesai dan bisa digunakan lagi, nantinya ada pengawasan secara menyeluruh dan dilakukan perawatan jembatan ini. Perawatan itu baik dilakukan petugas maupun pihak desa adat, yang mengelola jembatan sebagai objek foto preweding.
“Saya lihat para pekerja sangat bersemangat dalam mengerjakan pebanguanan kembali Jembatan Kuning, walaupun banyak kendala di lapangan. Dengan jembatan baru nanti, saya optimis roda perekonomian, pariwisata, dan pendidikan akan berjalan normal kembali,” kata Surianta.
Jembatan Kuning untuk penyeberangan Nusa Lembongan-Nusa Ceningan sebelumnya mendadak ambruk, 16 Oktober 2016 petang pukul 18.10 Wita. Akibatnya, 8 pamedek (umat yang hendak tangkil ke pura) tewas mengenaskan, sementara 34 korban lainnya terluka. Diduga kuat, jembatan yang dibangun era 1990-an ini ambruk karena beberapa tali sling sudah putus sejak lama.
Saat jembatan ambruk petang itu, sekitar 75 pamedek yang rata-rata berpakaian adat sembahyang melintas di atas Jembatan Kuning. Mereka hendak tangkil ke Pura Bakung di Banjar Ceningan Kangin, Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida serangkaian pujawali pada Radite Wage Krulut, Minggu (16/10). Mereka sebagian naik sepeda motor, sebagian lagi jalan kaki di atas jembatan sepanjang 100 meter tersebut.
Begitu jembatan ambruk, motor-motor yang ditunggangi langsung tercebur ke laut berkedalaman lebih dari 1 meter. Demikian pula pamedek yang jalan kaki, sebagian terjebur ke laut. Akibatnya, 8 orang tewas dan 34 korban terluka.
Delapan (8) korban tewas masing-masing I Wayan Sutamat, 49 (asal Banjar Jungut Batu Kelod, Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida), I Putu Ardiana, 45 (asal Banjar Jungut Batu Kangin, Desa Jungut Batu), Ni Ketut Werni, 55 (asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu), I Putu Surya, 3 (balita asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu), I Gede Senan, 40 (asal banjar Ancak, Desa Lembongan), Ni Wayan Sunati, 56 (asal Banjar Klatak, Desa lembongan), Ni Putu Krisna Dewi, 9 (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan), dan Ni Kadek Mustika, 6 (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan).
Dari 8 korban tewas, 4 orang di antaranya dari dua keluarga berbeda. Pertama, ibu dan anaknya. Kedua, bocah kakak adik. Korban ibu dan anaknya yang tewas adalah Ni Ketut Werni dan I Putu Surya (asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu). Sedangkan dua bocah kakak adik yang tewas adalah Ni Putu Putri Krisna Dewi dan Ni Kadek Mustika Safitri (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan). * wa
Anggaran Rp 3,4 miliar untuk pembangunan kembali Jembatan Kuning ini bersumber dari APBN. Sedangkan pembangunan kembali Jembatan Kuning dilakukan pihak Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Menurut I Gust Nyoman Supartana, saat ini pengerjaan jembatan tinggal memasang rangka dan pengecatan dengan cat kuning saja.
Supartana menyebutkan, pihaknya sempat terjun ke lokasi pembangunan Jembatan Kuning untuk melakukan pengecekan, Sabtu (14/1). “Dari hasil pengecekan ke lapangan, Jembatan Kuning akan selesai dibangun 22 Januari 2017 nanti. Setelah diupacarai pamelaspas, nantinya sudah langsung bisa digunakan (dilalui warga),” jelas Supartana saat dikonfirmasi NusaBali di Semarapura, Minggu (15/1).
Ditanya soal molornya target di mana pembangunan kembali Jembatan Kuning semula direncanakan sudah rampung akhir tahun 2016, menurut Supartana, pengerjaan mengalami kendala manakala air laut pasang. Ketika air pasang, proses pembangunan jembatan tidak bisa dilakukan secara manual. Demikian pula ketika air terlalu surit, pengerjaan juga terkendala.
Yang jelas, kata Supartana, pihaknya optimistis target Jembatan Kuning rampung 22 Januari 2017, bisa terwujud. Jembatan Kuning pasca ambruk dibangun dengan ukuran panjang 140 meter dan lebar 1,8 meter. Ini lebih lebar dari ukuran sebelum jembatan ambruk, yang semula hanya 1,4 meter. “Jembatan Kuning nanti hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki saja,” papar Supartana.
Pembangunan kembali Jembatan Kuning pasca ambruk telah dilakukan sejak 6 November 2016 lalu. Sehari sebelum dimulainya pengerjaan, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta dan jajarannya lebih dulu melaksanakan upacara matur piuning di sejumlah pura kawasan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, 5 November 2016. Di antaranya, Pura Bakung, Pura Sakenan Lembongan, Pura Puseh, dan Pura Dalem Lembongan. Sedangkan proses pembangunan kembali Jembatan Kuning, 6 November 2016, diawali dengan pembongkaran material.
Sementara itu, seorang warga Desa Lembongan, I Ketut Surianta, mengatakan banyak persoalan yang dihadapi pasca ambruknya Jembatan Kuning, 3 bulan lalu. Selain menghambat akses warga untuk beraktivitas, para siswa juga kesulitan sekolah. Demikian pula para wisatawan. “Ini (Jembatan Kuning) kan penunjang utama pariwisata Lembongan-Ceningan,” jelas Ketut Surianta, Minggu (15/1).
Surianta berharap, setelah pembangunan kembali Jembatan Kuning selesai dan bisa digunakan lagi, nantinya ada pengawasan secara menyeluruh dan dilakukan perawatan jembatan ini. Perawatan itu baik dilakukan petugas maupun pihak desa adat, yang mengelola jembatan sebagai objek foto preweding.
“Saya lihat para pekerja sangat bersemangat dalam mengerjakan pebanguanan kembali Jembatan Kuning, walaupun banyak kendala di lapangan. Dengan jembatan baru nanti, saya optimis roda perekonomian, pariwisata, dan pendidikan akan berjalan normal kembali,” kata Surianta.
Jembatan Kuning untuk penyeberangan Nusa Lembongan-Nusa Ceningan sebelumnya mendadak ambruk, 16 Oktober 2016 petang pukul 18.10 Wita. Akibatnya, 8 pamedek (umat yang hendak tangkil ke pura) tewas mengenaskan, sementara 34 korban lainnya terluka. Diduga kuat, jembatan yang dibangun era 1990-an ini ambruk karena beberapa tali sling sudah putus sejak lama.
Saat jembatan ambruk petang itu, sekitar 75 pamedek yang rata-rata berpakaian adat sembahyang melintas di atas Jembatan Kuning. Mereka hendak tangkil ke Pura Bakung di Banjar Ceningan Kangin, Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida serangkaian pujawali pada Radite Wage Krulut, Minggu (16/10). Mereka sebagian naik sepeda motor, sebagian lagi jalan kaki di atas jembatan sepanjang 100 meter tersebut.
Begitu jembatan ambruk, motor-motor yang ditunggangi langsung tercebur ke laut berkedalaman lebih dari 1 meter. Demikian pula pamedek yang jalan kaki, sebagian terjebur ke laut. Akibatnya, 8 orang tewas dan 34 korban terluka.
Delapan (8) korban tewas masing-masing I Wayan Sutamat, 49 (asal Banjar Jungut Batu Kelod, Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida), I Putu Ardiana, 45 (asal Banjar Jungut Batu Kangin, Desa Jungut Batu), Ni Ketut Werni, 55 (asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu), I Putu Surya, 3 (balita asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu), I Gede Senan, 40 (asal banjar Ancak, Desa Lembongan), Ni Wayan Sunati, 56 (asal Banjar Klatak, Desa lembongan), Ni Putu Krisna Dewi, 9 (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan), dan Ni Kadek Mustika, 6 (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan).
Dari 8 korban tewas, 4 orang di antaranya dari dua keluarga berbeda. Pertama, ibu dan anaknya. Kedua, bocah kakak adik. Korban ibu dan anaknya yang tewas adalah Ni Ketut Werni dan I Putu Surya (asal Banjar Jungut Batu Kaja, Desa Jungut Batu). Sedangkan dua bocah kakak adik yang tewas adalah Ni Putu Putri Krisna Dewi dan Ni Kadek Mustika Safitri (asal Banjar Ancak, Desa Lembongan). * wa
Komentar