Terapi Melukis untuk Mengobati Orang Dengan Skizofrenia
Masyarakat Umum Juga Bisa Terapkan dengan Doodle Art
DENPASAR, NusaBali.com - Selain dengan bantuan obat-obatan, terapi psikososial seperti melakukan kegiatan melukis juga dapat digunakan untuk mengelola penyakit skizofrenia.
Seperti yang dilakukan oleh para ODS (Orang Dengan Skizofrenia) di Rumah Berdaya Denpasar, Jalan Raya Sesetan, Banjar Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan.
Salah satu founder Rumah Berdaya, dr I Gusti Rai Putra Wiguna Sp KJ, Jumat (17/9/2021), mengatakan ia bersama rekan seniman Budi Agung Kuswara (Ketemu Project) yang juga aktif di Rumah Berdaya, pada awalnya terinspirasi dari kegiatan melukis yang ada dalam tradisi masyarakat Bali. Melukis bagi orang Bali, ujar dr Rai, bukan sekadar membuat keindahan, namun juga sebagai sarana ekspresi. “Kami mengembalikan lagi, supaya menjadi sarana ekspresi, kebetulan mereka (ODS di Rumah Berdaya) suka warna, suka ada yang dilakukan,” terang dr Rai.
Dokter yang sehari-hari praktik di Sudirman Medical Center, Denpasar, menjelaskan jika gejala skizofrenia kebanyakan adalah halusinasi, merasakan persepsi yang berbeda dari stimulasi yang mereka terima. “Dengan membuat apa yang mengganggu dirinya (ODS) menjadi nyata dapat membuat suatu perubahan. Di mana mereka menghilangkan sesuatu yang bahkan sulit untuk mereka katakan, yang terjadi pada dirinya,” tambah dr Rai.
Dengan melihat hasil karya yang ditorehkan oleh para ODS, juga sekaligus memudahkan terapis seperti dr Rai untuk mengenali permasalahan yang dialami pengidap skizofrenia yang sulit mereka utarakan dengan kata-kata. “Kalau ngobrol langsung kita sulit, kita ekspresikan dulu (lewat lukisan), baru kita ngobrol itu apa,” ungkap dr Rai.
Lebih jauh dr Rai mengatakan terapi melukis juga dapat diterapkan oleh masyarakat luas untuk menghilangkan stres hingga depresi. dr Rai menyebut saat ini sudah banyak orang yang mengenal doodle art, mencoret-coret untuk mengekspresikan berbagai emosi negatif seperti rasa kesal, marah, atau sedih.
“Daripada itu diarahkan (diekspresikan) di media sosial, malah jadi bertengkar, malah tambah frustrasi,” ujar dr Rai, melihat fenomena banyaknya orang yang curhat di media sosial untuk mengekspresikan dirinya.
Bahkan di lingkungan keluarga, kata dr Rai, kegiatan melukis atau menggambar juga bisa diterapkan. Jika setiap anggota keluarga diberikan kesempatan mengekspresikan dirinya lewat media gambar, terkadang apa yang selama ini dipendam bisa tampak lewat gambar yang dibuat. Sehingga antaranggota keluarga diharapkan bisa lebih mengkomunikasikan dirinya dan pada akhirnya bisa meningkatkan harmonisasi dalam keluarga tersebut.
Sementara itu, pengelola Rumah Berdaya Denpasar, yang juga seorang ODS, I Nyoman Sudiasa, menuturkan kegiatan melukis atau menggambar di Rumah Berdaya setidaknya dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Setiap kali kegiatan biasanya diberikan tema tertentu tetapi tidak ada batasan dalam membuat gambar yang ingin diekspresikan.
Kegiatan tersebut diberi nama, Me GAE (Group Art Expression). Merupakan kegiatan utama di Rumah Berdaya yang menggunakan seni dan kreativitas sebagai pelengkap perawatan kesehatan mental. Tujuannya adalah mengelola perilaku, memproses perasaan, megurangi stres dan kecemasan, dan meningkatkan harga diri.
Selain itu kegiatan tersebut diharapkan dapat mengarah kepada sebuah proses penemuan diri. Menciptakan seni dapat membantu mengenali perasaan yang telah bersembunyi di alam bawah sadar. “Kami dilatih dengan seni agar ekspresi kami tidak mengganggu orang, dengan kekerasan, dengan teriak-teriak,” ucap Sudiasa.
Sudiasa sendiri mengakui jika dalam karya lukisnya banyak terdapat kata-kata atau gambar-gambar yang cenderung ‘kasar’ sebagai ekspresi emosi negatif yang ada dalam pikirannya.
Ia pun menuturkan jika dari sebuah ekspresi emosi negatif, lukisan-lukisan para ODS di Rumah Berdaya juga sudah banyak memberikan sebuah kebanggaan. Lukisan-lukisan mereka, dikatakannya, telah beberapa kali diikutkan dalam ajang pameran seni, bahkan pernah mengikuti pameran di Galeri Nasional Indonesia hingga Jerman. *adi
Komentar