Balinesia Kenalkan Budaya dan Kesenian Bali Lewat Fashion
GIANYAR, NusaBali.com – Di era globalisasi seperti saat ini terdapat banyak cara untuk memperkenalkan suatu budaya dan kesenian dengan cara yang kreatif dan inovatif.
Salah satu cara tersebut yakni mengaplikasikan suatu ilustrasi atau desain tentang kebudayaan atau kesenian dalam busana sehari-hari.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu brand lokal yang bernama Balinesia, yang berlokasi di Jalan Monkey Forest, Ubud, Gianyar. Balinesia membawa kebudayaan, kesenian, mitologi, serta filosofi masyarakat Hindu di Bali dan mengaplikasikannya ke dalam busana yang dapat dikenakan sehari-hari.
I Wayan Redy Artana, merupakan sosok di balik berdirinya brand Balinesia yang diminati oleh masyarakat bukan hanya masyarakat Hindu di Bali, melainkan masyarakat bersekala nasional maupun internasional.
Balinesia berdiri pada tahun 2016 yang lalu, terdorong karena banyaknya brand luar negeri yang telah memasuki Indonesia khususnya Bali. Redy mengaku termotivasi untuk membuat sebuah brand lokal, yang membawa kebudayaan masyarakat Hindu di Bali. “Pada awal tahun 2016 saya berjualan di pinggir jalan dengan cara menawarkan kepada wisatawan yang lewat di Ubud, ternyata responnya bagus. Kemudian bulan Desember 2016 Balinesia berhasil membuka sebuah toko kecil di Jl. Hanoman, Ubud,” ungkap pria kelahiran 1993 tersebut.
Awalnya Belinesia dipasarkan untuk wisatawan asing yang datang ke Ubud, dalam rangka memperkenalkan kebudayaan masyarakat Hindu di Bali, yang dapat dijadikan oleh-oleh atau busana yang dapat digunakan sehari-hari. “Seiring berjalannya waktu, ternyata respon dari masyarakat lokal sendiri juga bagus terhadap brand Balinesia, jadi saat ini mulai fokus merambah pasar lokal,” tutur Redy.
Dirinya pun menjelaskan bahwa nama brand Balinesia merupakan perpaduan Bali dan Indonesia. “Nama lengkap brand sebenarnya Balinesia Art and Culture,” jelas pria asal Abiansemal tersebut.
Lebih lanjut Redy Artana mengungkapkan bahwa visi dari Balinesia sendiri yakni memperkenalkan lebih luas tentang budaya, kesenian dan filosofi masyarakat Hindu di Bali. Dan misi dari Balinesia yakni mengangkat seni, budaya Bali ke dalam sebuah busana yang dapat menjelaskan makna dari setiap desain yang ada. Dirinya pun tidak sembarangan dalam membuat desain baju kaosnya, Redy Artana sangat memperhatikan uger-uger pasang aksara Bali (aturan tulisan Bali) yang baik dan benar di setiap desain baju kaos Balinesia. “Saya mencari inspirasi dengan mendengar geguritan (sajak atau syair) Bali dan membaca buku tentang budaya Bali,” ujarnya.
Hal tersebut pun terlihat pada setiap desain produk baju kaos yang dimiliki oleh Balinesia, terlihat banyak mitologi Hindu seperti Hanoman, Garuda, sosok Dewa, dan tokoh pewayangan lainnya yang mewarnai produk-produk Balinesia. “Tidak hanya memproduksi baju kaos, tapi kami juga memproduksi tote bag (tas),” ujarnya.
Dirinya pun menambahkan bahwa pada budaya, seni dan filosofi Hindu di Bali jika dipahami secara baik dan benar sejatinya mengandung pesan, dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, dan dapat bermanfaat jika diterapkan pada kehidupan sehari-hari. “Dengan mengenakan baju kaos berdesain nuansa seni dan budaya Bali, saya berharap para pecinta brand Balinesia dapat mengenakannya dengan penuh rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal,” tuturnya.
Keseriusannya dan kecintaan Redy Artana terhadap budaya Bali dan dalam menjalankan Balinesia pun berbuah manis, sejak awal bukanya pada tahun 2016, kini Redy Artana telah berhasil membuka empat toko lainnya di seputaran Ubud, namun sayang karena terpaan pandemi dirinya terpaksa merelakan tiga toko lainnya tutup karena melihat situasi Ubud yang minim wisatawan. “Yang bertahan hanya satu toko, yang berlokasi di Jalan Monkey Forest Ubud, dekat Pasar Ubud,” ungkapnya.
Balinesia pun kini telah memiliki 20.000 lebih pengikut di akun Instagram Balinesia. Redy Artana pun berharap agar Balinesia ke depannya dapat terus menciptakan produk-produk yang terbaik, bagi masyarakat khususnya bagi para pecinta budaya lokal. “Agar brand lokal tidak kalah saing dengan brand luar negeri,” tutupnya. *rma
1
Komentar