Desa Adat Tuban Tetap Gelar Tradisi Siat Geni
Dilaksanakan dengan Prokes Ketat dan Peserta Terbatas
MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Tuban menggelar Tradisi Siat Geni (perang api) di tengah suasana pandemi Covid-19.
Kegiatan tahunan itu dilaksanakan di pelataran Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Tuban. Mengingat masih kondisi pandemi Covid-19, rangkaian kegiatan itu digelar secara terbatas. Bendesa Adat Tuban I Wayan Mendra, mengakui tradisi Siat Geni dilaksanakan dengan peserta terbatas pada Selasa (21/9). Namun dia memastikan tradisi yang erat kaitannya dengan ritual keagamaan itu dilaksanakan tetap memperhatikan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. “Ini kami laksanakan dengan tetap memperhatikan aturan berlaku, serta atas koordinasi dan pengawasan Satgas Covid Tuban. Siat Geni, Nimpung (penyembelihan babi), dan Tabuh Rah, adalah sebuah satu kesatuan yang utuh dalam upacara di Pura Dalem, sehingga kami Desa Adat Tuban berdasarkan rapat tanggal 26 Agustus 2021 lalu, tidak berani memotongnya,” kata Mendra, Kamis (23/9).
Sebagai penyesuaian dengan aturan yang berlaku saat pandemi, kegiatan dilaksanakan dengan pengawasan ketat dari pecalang dan Satgas Covid Tuban. Jumlah krama yang terlibat juga dibatasi. “Kalau di kondisi normal, ada puluhan pemuda kami yang terlibat dalam ritual ini. Penontonnya juga sangat banyak. Tapi sekarang, mempertimbangkan kondisi pandemi dan aturan berlaku, maka kami lakukan pembatasan dan pengaturan,” jelas Mendra.
Kali ini, jelasnya lebih lanjut, yang terlibat dalam perang api hanya 18 orang saja. Itu pun dibagi menjadi 3 sesi, sehingga hanya ada 6 orang yang berperang di masing-masing sesi. Dengan kata lain, hanya ada 3 orang di setiap kubu dalam sekali peperangan. Di samping itu, dalam penyelenggaraannya juga diterapkan aturan line, sehingga per orang di setiap kubu, hanya boleh menyerang satu orang pada kubu berseberangan. Tidak boleh keroyokan ataupun menyerang dengan menyilang dari line masing-masing. “Begitu juga dengan jumlah sarana yang dipergunakan dibatasi hanya 15 sabut kelapa saja. Jadi per orang rata-rata hanya bisa menyerang 3 kali,” bebe Mendra.
“Mohon maaf jika kesannya ‘diam-diam’, termasuk dari media masa. Kami memang sengaja, karena khawatir akan ada banyak orang yang datang untuk menyaksikan. Soalnya pengalaman kami di kondisi normal, tradisi ini ternyata mampu mengundang banyak orang untuk datang,” kata mantan anggota DPRD Badung itu.
Sekilas untuk diketahui, Siat Geni merupakan sebuah tradisi turun-temurun yang dimiliki oleh krama Desa Adat Tuban. Dalam tradisi tersebut, biasanya ada puluhan pemuda yang dilibatkan. Mereka dibagi ke dalam 2 kelompok, untuk kemudian mengadu sabut kelapa berbara api di pelataran Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Tuban.
Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai bentuk persembahan kepada Kala Gni Ludra dalam Pujawali di Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Tuban. Maknanya adalah untuk menyucikan semua hal bersifat buruk, serta menetralisir Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Untuk diketahui, pada tahun 2020 lalu, tradisi dilaksanakan jauh lebih sederhana. Yakni diwakili 2 orang pemangku Kahyangan Tiga, yang kemudian mengadu 66 batang dupa. Masing-masing pemangku, membawa 33 batang dupa. *dar
Komentar