Mangsi River di Apuan Kaler, Wisata Alam dengan Tanah Berkhasiat
BANGLI, NusaBali.com – Sejumlah pemuda Desa Apuan Kaler menjadikan pandemi sebagai motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki di desa berlokasi di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, berupa wisata alam yang dinamakan Mangsi River.
Mangsi River merupakan sebuah aliran mata air yang dihiasi dengan tebing-tebing alami, serta sebuah goa yang memiliki tanah hitam sehingga warga setempat menyebutnya sebagai mangsi. “Keberadaan Mangsi River sejatinya sudah dari dulu, namun keinginan mengemas sebagai sebuah destinasi wisata alam baru muncul pada saat awal pandemi pada tahun 2020 yang lalu,” ujar Putu Agus Darmana Putra, salah satu pengelola Mangsi River, Jumat (24/9/2021).
Ide tersebut berawal dari kembalinya pemuda desa dari rantau yang notabene berprofesi sebagai pekerja pariwisata. “Ada sekitar 15 orang pemuda yang tergabung dalam merintis destinasi wisata alam ini, yang sebagian besar terdampak pandemi dan dirumahkan, maka dari itu muncul keinginan untuk memanfaatkan potensi desa, agar para pemuda atau masyarakat lainnya tidak perlu keluar Desa untuk mencari mata pencaharian,” ujar pemuda berusia 26 tahun ini.
Pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Semara Ratih, Desa Apuan Kaler, Jumat (24/9/2021) sore, terlihat sedang mempersiapkan bambu pintu gerbang akses destinasi wisata alam tersebut. “Ada kira-kira 500 bambu kami peroleh dari Kintamani,” ujar Putu Agus Darmana Putra yang biasa disapa Agus Black.
Agus Black pun mengatakan bahwa dari awal dirintisnya Mangsi River tersebut para pengunjung hingga saat ini belum dikenai biaya tiket masuk maupun donasi alias gratis. “Karena Mangsi River masih dalam masa pengenalan, dan selain itu Mangsi River juga belum ada payung hukumnya, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan di kemudian hari,” terangnya.
Tren wisatawan ke Mangsi River diakui terus naik dalam setahun ini. “Hari-hari biasa tidak terlalu, tapi saat Sabtu-Minggu itu lumayan ramai, kisaran puluhan pengunjung, biasanya datang sore hari,” ungkapnya.
Mangsi River sendiri pun merupakan kawasan yang disakralkan oleh masyarakat Desa Apuan Kaler, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengunjung yakni seperti berbicara yang sopan, berpakaian yang sopan, dan bagi perempuan yang sedang cuntaka (datang bulan) dilarang memasuki Mangsi River tersebut.
Agus Black menambahkan bahwa keberadaan mangsi (tanah hitam) yang terdapat di sebuah goa, yang bernama goa mangsi, dipercaya masyarakat setempat berkhasiat dalam menyembuhkan segala macam penyakit kulit. “Biasanya pengunjung datang akan menggosokkan mangsi ini ke badan, ke wajah juga, selain sebagai obat, juga membuat kulit menjadi halus,” katanya.
Sedangkan aliran air dari Mangsi River yang merupakan gabungan dari beberapa mata air di Desa Apuan Kaler juga biasa digunakan sebagai air minum oleh masyarakat setempat.
Lebih lanjut Ida Bagus Gede Dwidasmara yang merupakan pendamping para pemuda Desa Apuan Kaler dalam merintis destinasi wisata tersebut, sekaligus tergabung dalam tim pengelola menyatakan bahwa luas area dari Mangsi River tersebut yakni sekitar 1 hektar lebih. “Secara bertahap kami membuat akses, lalu mengurus izin tempat wisata, membuat camping ground, aktivitas tubing, lalu ada area memancing ikan, dan nanti juga rencananya ada aktivitas menanam padi juga jadi akan ada sebuah paket wisata,” tutur Ida Bagus Gede Dwidasmara yang juga berprofesi sebagai dosen Informatika di Fakultas MIPA, Universitas Udayana.
Hal tersebut pun sudah terlihat dengan adanya penataan di area persawahan, dengan area camping, sejumlah petak sawah, dan kolam ikan sebagai aktivitas tambahan dalam berwisata ke Mangsi River. Terdapat juga fasilitas seperti tempat makan, dan toilet jadi pengunjung yang akan tidak perlu khawatir untuk memperoleh makanan, dan ruang ganti.
Ida Bagus Gede Dwidasmara menyatakan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam merintis destinasi wisata alam tersebut. “Terutama di bagian sungai, itu biasanya aliran air dibendung, memakai bendungan semi permanen agar airnya bagus digunakan sebagai kolam alami. Tapi jika hujan melanda seperti yang terlihat sekarang, bendungannya rusak karena volume air yang besar,” ujarnya.
Dirinya pun kini sedang mengurus izin ke Balai Wilayah Sungai Bali Penida, untuk mendapatkan izin membuat bendungan yang lebih permanen di Mangsi River. “Mudah-mudahan prosesnya berjalan lancar,” ujarnya.
Mangsi River ditargetkan bisa operasional pada bulan Oktober mendatang. Sehingga saat ini para pemuda semakin bersemangat bahu-membahu dari pukul 16.00 hingga malam mempersiapkan segala keperluan Mangsi River, seperti membuat cetakan beton sebagai tempat pijakan kaki atau akses para pengunjung.
Agus Black pun berharap dengan adanya Mangsi River, masyarakat khususnya Desa Apuan Kaler, dapat merasakan dampak positif dari keberadaan destinasi wisata alam tersebut. “Harapannya di masa pandemi ini, semoga Mangsi River dapat membuka lahan pekerjaan baru, bagi masyarakat Desa Apuan Kaler khususnya, dan dapat memberdayakan segala lapisan masyarakat yang ada,” tutupnya. *rma
1
Komentar