Areal Pura Luhur Sapuh Jagat Ambles, Bale Kulkul Terancam
Tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung mendadak ambles, Rabu (18/1) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita.
MANGUPURA, NusaBali
Akibatnya, sebuah batu keramat di depan gapura (pintu masuk) pura terjungkal, se-mentara lantai Bale Pesandekan di Pura Luhur Sapuh Jagat juga retak-retak.
Tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu ambles sedalam 1,5 meter, dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Posisi tanah yang ambles ini berada di depan kanan gapura Pura Luhur Sapuh Jagat, persis di sebelah kiri bangunan Bale Kulkul.
Gara-gara bencana tanah ambles ini, batu keramat berdiameter sekitar 0,75 meter di depan gapura Pura Luhur Sapuh Jagat ikut terjungkal. Sebetulnya, terdapat dua batu keramat ukuran besar di samping kanan dan kiri pintu masuk Pura Luhur Sapuh Jagat. Namun, hanya satu yang terjungkal, yakni yang posisinya di sisi kanan gapura.
Peristiwa amblesnya tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat yang berlokasi di Banjar Pe-maron Baleran, Desa Pakraman Munggu, Rabu dinihari, pertama kali diketahui salah seorang krama setempat, I Made Kasta. Saksi yang tinggal sekitar 20 meter di depan Pura Luhur Sapuh Jagat ini terkejut melihat batu keramat sudah terjungkal. Saat itu, Made Kasta melihat batu keramat sudah terjungkal mauk ke tanah ambles.
Saksi Made Kasta pun melaporkan peristiwa ini lepada prajuru desa. Sekitar pukul 10.00 Wita, krama Desa Pakraman Munggu terjun gotong royong membersihkan metarial lo-ngsoran. Batu keramat yang terjungkal dicarikan tempat aman untuk sthana sementara. “Perbekel Munggu, Camat Mengwi, dan petugas BPBD Badung juga sudah terjun meninjau lokasi,” ungak Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa Munggu, I Made Widiana, Rabu kemarin.
Dari hasil pengecekan, bukan hanya tembok penyengker bagian depan Pura Luhur Sapuh Jagat yang retak-retak. Lantai banguan suci Bale Pesandekan di Madya Mandala Pura Luhur Sapuh Jagat juga rekat-retak. Sementara bangunan Bale Kulkul yang menjulang tinggi 8 meter lebih di luar tembok penyengker, persis di sebelah kanan tanah ambles, dikhawatirkan akan terancam, jika bencana ini tidak segera ditangani.
Rabu kemarin, krama Desa Pakraman Munggu juga gotong royong memperbaiki saluran drainase yang berada di depan Pura Luhur Sapuh Jagat. Sebab, ditengarai air dari saluran drainase inilah yang merembes dan merongrong dasar pondasi batu yang ambles.
Made Widiana menyebutkan, tanah di sekitar kawasan pura mengalami penurunan sekitar 30 cm. “Kontur tanah mengalami pergeseran, sehingga menyebabkan tembok pura yang mengalami retak-retak. Lantai Bale Pesandekan juga retak-retak,” jelas Widiana.
Paparan senada juga disampaikan Ida Bagus Dharma Wibawa, salah seorang krama Desa Pakraman Munggu yang ikut gotong royong, Rabu kemarin. Dharma Wibawa menduga penurunan kontur tanah disebabkan aliran air dari saluran drainase di depan pura. “Kami duga dari drainase airnya merembes. Makanya, kami bersama warga akan melakukan peninggian draianse buat sementara, supaya air hujan tidak masuk,” papar Dharma Wibawa.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin, Camat Mengwi IGN Jaya Saputra mengaku telah berkoordinasi dengan pihak terkait dalam upaya penanganan jangka pendek maupun jangka panjang masalah amblesnya tanah di sekitar Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu.
“Tadi (kemarin) kami sudah koordinasi dengan BPBD Badung dan Perbekel Munggu untuk upaya penanganan. Syukurlah warga sudah langsung melakukan perbaikan sementara saluran draianse, karena khawatir air merembes dari sana,” terang Jaya Saputra.
Sementara itu, muncul peristiwa mistis di balik amblesnya tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu. Sesaat sebelum tanah ambles, seorang krama setmpat, yakni I Made Kasta, sempat mendenga suara-suara aneh. Menurut Made Kasta, suara-suara aneh itu terdengar antara pukul 02.00 hingga 03.00 Wita. “Saat itu, saya mendengar suara riuh orang ngobrol di depan pura,” cerita Made Kasta, yang tinggal sekitar 20 meter sebertang jalan sebelah selatan Pura Luhut Sapuh Jagat.
Karena merasa curiga dan penasaran, Made Kasta yang saat ini belum tidur pun langsung keluar rumah untuk mengecek. Berbekal lampu sentir, dia memberanikan menuju depan Pura Luhur Sapuh Jagat. Anehnya, setelah dicek, tidak ada orang di depan pura. Yang ada justru tanah ambles, di mana salah satu batu keramat sudah terjungkal. “Ternyata tanah ambles, sementara batu keramat sudah terjungkal,” kenang Kasta. Karena masih gelap, Kasta pun kembali ke rumahnya. Setelah pagi, barulah peristiwa ini dilaporkan ke prajuru desa. * asa
Akibatnya, sebuah batu keramat di depan gapura (pintu masuk) pura terjungkal, se-mentara lantai Bale Pesandekan di Pura Luhur Sapuh Jagat juga retak-retak.
Tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu ambles sedalam 1,5 meter, dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Posisi tanah yang ambles ini berada di depan kanan gapura Pura Luhur Sapuh Jagat, persis di sebelah kiri bangunan Bale Kulkul.
Gara-gara bencana tanah ambles ini, batu keramat berdiameter sekitar 0,75 meter di depan gapura Pura Luhur Sapuh Jagat ikut terjungkal. Sebetulnya, terdapat dua batu keramat ukuran besar di samping kanan dan kiri pintu masuk Pura Luhur Sapuh Jagat. Namun, hanya satu yang terjungkal, yakni yang posisinya di sisi kanan gapura.
Peristiwa amblesnya tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat yang berlokasi di Banjar Pe-maron Baleran, Desa Pakraman Munggu, Rabu dinihari, pertama kali diketahui salah seorang krama setempat, I Made Kasta. Saksi yang tinggal sekitar 20 meter di depan Pura Luhur Sapuh Jagat ini terkejut melihat batu keramat sudah terjungkal. Saat itu, Made Kasta melihat batu keramat sudah terjungkal mauk ke tanah ambles.
Saksi Made Kasta pun melaporkan peristiwa ini lepada prajuru desa. Sekitar pukul 10.00 Wita, krama Desa Pakraman Munggu terjun gotong royong membersihkan metarial lo-ngsoran. Batu keramat yang terjungkal dicarikan tempat aman untuk sthana sementara. “Perbekel Munggu, Camat Mengwi, dan petugas BPBD Badung juga sudah terjun meninjau lokasi,” ungak Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa Munggu, I Made Widiana, Rabu kemarin.
Dari hasil pengecekan, bukan hanya tembok penyengker bagian depan Pura Luhur Sapuh Jagat yang retak-retak. Lantai banguan suci Bale Pesandekan di Madya Mandala Pura Luhur Sapuh Jagat juga rekat-retak. Sementara bangunan Bale Kulkul yang menjulang tinggi 8 meter lebih di luar tembok penyengker, persis di sebelah kanan tanah ambles, dikhawatirkan akan terancam, jika bencana ini tidak segera ditangani.
Rabu kemarin, krama Desa Pakraman Munggu juga gotong royong memperbaiki saluran drainase yang berada di depan Pura Luhur Sapuh Jagat. Sebab, ditengarai air dari saluran drainase inilah yang merembes dan merongrong dasar pondasi batu yang ambles.
Made Widiana menyebutkan, tanah di sekitar kawasan pura mengalami penurunan sekitar 30 cm. “Kontur tanah mengalami pergeseran, sehingga menyebabkan tembok pura yang mengalami retak-retak. Lantai Bale Pesandekan juga retak-retak,” jelas Widiana.
Paparan senada juga disampaikan Ida Bagus Dharma Wibawa, salah seorang krama Desa Pakraman Munggu yang ikut gotong royong, Rabu kemarin. Dharma Wibawa menduga penurunan kontur tanah disebabkan aliran air dari saluran drainase di depan pura. “Kami duga dari drainase airnya merembes. Makanya, kami bersama warga akan melakukan peninggian draianse buat sementara, supaya air hujan tidak masuk,” papar Dharma Wibawa.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin, Camat Mengwi IGN Jaya Saputra mengaku telah berkoordinasi dengan pihak terkait dalam upaya penanganan jangka pendek maupun jangka panjang masalah amblesnya tanah di sekitar Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu.
“Tadi (kemarin) kami sudah koordinasi dengan BPBD Badung dan Perbekel Munggu untuk upaya penanganan. Syukurlah warga sudah langsung melakukan perbaikan sementara saluran draianse, karena khawatir air merembes dari sana,” terang Jaya Saputra.
Sementara itu, muncul peristiwa mistis di balik amblesnya tanah di depan Pura Luhur Sapuh Jagat, Desa Pakraman Munggu. Sesaat sebelum tanah ambles, seorang krama setmpat, yakni I Made Kasta, sempat mendenga suara-suara aneh. Menurut Made Kasta, suara-suara aneh itu terdengar antara pukul 02.00 hingga 03.00 Wita. “Saat itu, saya mendengar suara riuh orang ngobrol di depan pura,” cerita Made Kasta, yang tinggal sekitar 20 meter sebertang jalan sebelah selatan Pura Luhut Sapuh Jagat.
Karena merasa curiga dan penasaran, Made Kasta yang saat ini belum tidur pun langsung keluar rumah untuk mengecek. Berbekal lampu sentir, dia memberanikan menuju depan Pura Luhur Sapuh Jagat. Anehnya, setelah dicek, tidak ada orang di depan pura. Yang ada justru tanah ambles, di mana salah satu batu keramat sudah terjungkal. “Ternyata tanah ambles, sementara batu keramat sudah terjungkal,” kenang Kasta. Karena masih gelap, Kasta pun kembali ke rumahnya. Setelah pagi, barulah peristiwa ini dilaporkan ke prajuru desa. * asa
1
Komentar