Garam Piramid Produk Unggulan Petani Garam Tejakula
SINGARAJA, NusaBali
Kelompok Petani Garam Sarining Pertiwi Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng punya produk unggulan, yang berbeda dengan garam pada umumnya.
Meski sama-sama terasa asin dan dipakai bumbu dapur, garam Tejakula ini punya bentuk yang unik. Bentuknya berupa piramid kristal bening dengan harga yang cukup mahal.
Garam piramid Tejakula dikembangkan kelompok tani yang diketuai oleh Made Widnyana, sejak tahun 2006. Produksi garam unggulan mereka pun sudah terkenal dan diekspor ke mancanegara. Mulai dari Jepang, Amerika Serikat hingga Australia. Widnyana menuturkan semua bahan baku yang digunakan untuk membuat garam piramid ini berasal dari anggota kelompoknya.
Petani garam di Desa Tejakula ini membuat garam dengan teknik pengeringan langsung di bawah sinar matahari menggunakan media palungan (setengah balok yang terbuat dari kayu kelapa). Setelah menjadi kristal garam, kemudian diproses di rumah kaca dengan pencampuran air tawar dan dikeringkan selama tiga hari penuh, dengan suhu minimal 50 derajat celcius. Widnyana menerangkan tak boleh ada mendung, jika tak penuh kena sinar matahari dalam rumah kaca, maka pembentukan kristal piramid tak akan berhasil.
“Garam kami ini hanya bisa diproduksi saat musim panas, karena produksi sangat tergantung dari sinar matahari. Bentuk piramid ini terbentuk alami selama tiga hari. Dari 500 kilogram garam biasa hanya menjadi 20 kilogram garam piramid,” jelas Widnyana yang ditemui Selasa (28/9).
Garam piramid per kilogramnya dijual dengan harga Rp 315 ribu. Atau Rp 5 ribu per biji. Selain bentuk yang unik garam piramid Tejakula juga terkenal dengan rasanya yang gurih, kandungan mineralnya tinggi dan tidak terlalu asin. Biasanya garap piramid ini banyak diorder oleh hotel dan restoran di lokal Bali selain juga ada yang sudah diekspor ke beberapa negara seperti Jepang, Amerika Serikat hingga Australia.
“Biasanya dipakai garnish di salad, steak dan makanan lainnya di restoran, karena untuk konsumsi juga tidak hanya untuk hiasan,” ungkap Widnyana. Selain garam piramid, kelompok petani garam ini juga memiliki produk garam Super Tejakula. Bentuknya sama dengan garam pada umumnya. Namun harga per kilogramnya cukup spektakuler, yakni Rp 90 ribu per kilogram.
Sama dengan garam piramid, garam Super Tejakula banyak dipasarkan di hotel dan restoran di Bali. Produksi Garam Super Tejakula setahunnya mencapai 2 ton. Yang membuat harganya mahal disebut Widnyana karena ada perlakukan khusus. Garam petani dari pesisir diserap kelompok kemudian dijemur kembali selama satu bulan dan dibersihkan manual. “Karena produksi garam kami pakalau sarana palungan, ada serat kelapa yang tersisa itu dibersihkan manual satu demi satu,” imbuh dia.
Sementara itu, sejak pandemi mewabah, pemasaran garam petani Tejakula mati suri. Namun penerapan SE Gubernur Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali disambut antusias oleh petani. Sebab selama ini mereka masih terkendala pemasaran di lokal Bali. Hal tersebut dikarenakan garam produksi petani belum mendapatkan izin BPOM, karena kandungan yodiumnya dibawah persyaratan yang ditetapkan. “Mudah-mudahan setelah SE ini kami bisa masuk ke pemasaran lokal seperti supermarket dan toko modern. Karena ada 21 orang kelompok kami dengan luasan tambak garam 52,5 are yang menggantungkan hidup dari membuat garam,” harapnya. *k23
1
Komentar