Banjar Merta Rauh Gelar Upacara Pratista dan Guru Piduka setelah Kulkul Bale Banjar Bergerak Sendiri
DENPASAR, NusaBali.com - Banjar Merta Rauh, Desa Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara, mengagendakan pratista (upacara pembersihan atau penetralan) di bale banjar setempat sebagai upaya pembersihan secara niskala area yang telah dikotori oleh benda cemer.
Upacara pratista akan dilangsungkan pada hari Rabu (6/10/2021), bertepatan dengan hari Tilem. “Akan ada piodalan juga di Banjar Merta Rauh, pada 16 Oktober 2021, pada saat itu Banjar Merta Rauh juga akan mengadakan ritual guru piduka (ritual memohon maaf) atas adanya fenomena tersebut,” kata Kelian Banjar Merta Rauh, Anak Agung Ngurah Wijaya, Minggu (3/10/2021).
Sebagaimana diberitakan, Bale Banjar Merta Rauh pada Sabtu (2/10/2021) sore dihebohkan dengan fenomena kulkul di atas bale Banjar setempat yang bergerak sendiri kendati tidak ada hempasan angin.
Lebih lanjut Jero Mangku Banjar Merta Rauh, Gusti Ngurah Raka, mencurigai bahwa penyebab terjadinya fenomena tersebut dikarenakan adanya benda cemer yang tidak seharusnya berada di kawasan suci. “Tapi saya tidak mengetahui secara pasti penyebabnya, tapi saya sebagai Jero Mangku mencurigai mungkin saja penyebabnya karena benda cemer tersebut,” ungkapnya.
Diduga oleh Anak Agung Ngurah Wijaya, bahwa cemer ini terkait renovasi serta perbaikan di Bale Banjar Merta Rauh. “Ada gayung di lantai III, gayung itu sepertinya digunakan untuk mencampur cat oleh tukang yang bekerja saat mengecat di lantai III,” duga AA Ngurah Wijaya.
Dirinya pun mengatakan bahwa gayung tersebut merupakan properti toilet Banjar Merta Rauh, yang dalam filosofi agama Hindu merupakan benda cemer (kotor dalam konsep sekala maupun niskala). “Karena pada lantai III ini wilayah tempat suci, dan kulkul berada di lantai IV, seharusnya benda cemer tersebut tidak digunakan untuk mengecat di wilayah ini. Ya wajar karena tukangnya juga bukan orang Bali, mungkin tidak paham dengan konsep cemer tersebut,” ungkap AA Ngurah Wijaya.
Di sisi lain AA Ngurah Wijaya mengungkapkan bahwa kejadian mistis memang kerap terjadi di Banjar Merta Rauh. Seperti suara telapak kaki yang sedang berlarian, lalu sosok berbaju putih yang sering terlihat di kawasan banjar. “Sempat beberapa waktu lalu, saya sedang berada di banjar sedang melakukan aktivitas masanti atau makidung. Lalu pada saat itu saya mendengar telapak kaki sedang berjalan di banjar. Padahal saya sendiri saat itu,” kisahnya.
AA Ngurah Wijaya pun mengatakan bahwa setelah piodalan banjar terlaksana, Banjar Merta Rauh akan dikunci, dan jika warga memiliki keperluan ke banjar agar memperoleh kuncinya ke perangkat banjar. “Hal tersebut untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi lagi. Ya sebagai masyarakat Hindu di Bali percaya dengan konsep sekala dan niskala, kami upayakan kedua hal tersebut, agar berjalan seimbang,” ujarnya.
Atas fenomena tersebut pun AA Ngurah Wijaya pun mengimbau agar masyarakat Banjar Merta Rauh tetap tenang, dan menjaga pikiran agar tetap positif. “Mudah-mudahan fenomena tersebut pertanda baik untuk warga Banjar Merta Rauh. Semoga warga Banjar Merta Rauh khususnya senantiasa dalam keadaan yang baik,” tutupnya. *rma
Sebagaimana diberitakan, Bale Banjar Merta Rauh pada Sabtu (2/10/2021) sore dihebohkan dengan fenomena kulkul di atas bale Banjar setempat yang bergerak sendiri kendati tidak ada hempasan angin.
Lebih lanjut Jero Mangku Banjar Merta Rauh, Gusti Ngurah Raka, mencurigai bahwa penyebab terjadinya fenomena tersebut dikarenakan adanya benda cemer yang tidak seharusnya berada di kawasan suci. “Tapi saya tidak mengetahui secara pasti penyebabnya, tapi saya sebagai Jero Mangku mencurigai mungkin saja penyebabnya karena benda cemer tersebut,” ungkapnya.
Diduga oleh Anak Agung Ngurah Wijaya, bahwa cemer ini terkait renovasi serta perbaikan di Bale Banjar Merta Rauh. “Ada gayung di lantai III, gayung itu sepertinya digunakan untuk mencampur cat oleh tukang yang bekerja saat mengecat di lantai III,” duga AA Ngurah Wijaya.
Dirinya pun mengatakan bahwa gayung tersebut merupakan properti toilet Banjar Merta Rauh, yang dalam filosofi agama Hindu merupakan benda cemer (kotor dalam konsep sekala maupun niskala). “Karena pada lantai III ini wilayah tempat suci, dan kulkul berada di lantai IV, seharusnya benda cemer tersebut tidak digunakan untuk mengecat di wilayah ini. Ya wajar karena tukangnya juga bukan orang Bali, mungkin tidak paham dengan konsep cemer tersebut,” ungkap AA Ngurah Wijaya.
Di sisi lain AA Ngurah Wijaya mengungkapkan bahwa kejadian mistis memang kerap terjadi di Banjar Merta Rauh. Seperti suara telapak kaki yang sedang berlarian, lalu sosok berbaju putih yang sering terlihat di kawasan banjar. “Sempat beberapa waktu lalu, saya sedang berada di banjar sedang melakukan aktivitas masanti atau makidung. Lalu pada saat itu saya mendengar telapak kaki sedang berjalan di banjar. Padahal saya sendiri saat itu,” kisahnya.
AA Ngurah Wijaya pun mengatakan bahwa setelah piodalan banjar terlaksana, Banjar Merta Rauh akan dikunci, dan jika warga memiliki keperluan ke banjar agar memperoleh kuncinya ke perangkat banjar. “Hal tersebut untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi lagi. Ya sebagai masyarakat Hindu di Bali percaya dengan konsep sekala dan niskala, kami upayakan kedua hal tersebut, agar berjalan seimbang,” ujarnya.
Atas fenomena tersebut pun AA Ngurah Wijaya pun mengimbau agar masyarakat Banjar Merta Rauh tetap tenang, dan menjaga pikiran agar tetap positif. “Mudah-mudahan fenomena tersebut pertanda baik untuk warga Banjar Merta Rauh. Semoga warga Banjar Merta Rauh khususnya senantiasa dalam keadaan yang baik,” tutupnya. *rma
1
Komentar