BBI Serokadan Rencana Kembangkan Koi
BANGLI, NusaBali
Balai Benih Ikan (BBI) Serokadan di Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli rencana kembangkan ikan koi dan lele di tahun 2022.
Selama ini, UPTD BBI Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli memproduksi ikan nila. UPTD BBI mengelola kolam pendederan di Desa Kedisan Kecamatan Kintamani, Desa Yangapi Kecamatan Tembuku, dan Desa Abuan Kecamatan Susut.
Kadis PKP Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan permintaan koi dan lele cukup tinggi. Menangkap peluang pasar tersebut, Dinas PKP Bangli akan mengembangkan ikan lele dan koi. Pengembangan ikan direncanakan di BBI Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut. “Kolam sudah siap, ada beberapa yang perlu ditata. Kami masih hitung kembali kebutuhan anggaran,” ungkap Wayan Sarma, Minggu (3/10). Biaya perbaikan kolam dan pendukung lainnya diperkirakan mencapai Rp 50 juta.
Sementara Kabid Perikanan Dinas PKP Bangli, Wayan Agus Wirawan, mengatakan pengembangan ikan selain nila mendapat dorongan dari Wakil Bupati Bangli. “Permintaan ikan koi cukup tinggi. Beberapa kelompok di Bangli juga sudah mulai budidayakan koi,” ungkap Agus Wirawan. Produksi di BBI ditarget 7,5 juta benih dasar atau senilai Rp 150 juta. Hingga September baru tercapai 5,8 juta benih atau Rp 116.200.000. *esa
Kadis PKP Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan permintaan koi dan lele cukup tinggi. Menangkap peluang pasar tersebut, Dinas PKP Bangli akan mengembangkan ikan lele dan koi. Pengembangan ikan direncanakan di BBI Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut. “Kolam sudah siap, ada beberapa yang perlu ditata. Kami masih hitung kembali kebutuhan anggaran,” ungkap Wayan Sarma, Minggu (3/10). Biaya perbaikan kolam dan pendukung lainnya diperkirakan mencapai Rp 50 juta.
Sementara Kabid Perikanan Dinas PKP Bangli, Wayan Agus Wirawan, mengatakan pengembangan ikan selain nila mendapat dorongan dari Wakil Bupati Bangli. “Permintaan ikan koi cukup tinggi. Beberapa kelompok di Bangli juga sudah mulai budidayakan koi,” ungkap Agus Wirawan. Produksi di BBI ditarget 7,5 juta benih dasar atau senilai Rp 150 juta. Hingga September baru tercapai 5,8 juta benih atau Rp 116.200.000. *esa
1
Komentar