Syarat Open Border Jangan Persulit Wisman
HPI usulkan wisman cukup menunjukkan sertifikat vaksin
DENPASAR,NusaBali
Pelaku pariwisata meminta persyaratan open border tidak memberatkan wisatawan(wisman) yang akan datang ke Bali. Persyaratan yang dirasakan memberatkan misalnya masa karantina yang terlalu lama. Malah kalau bisa cukup dengan menujukkan sertifikat vaksin (dua kali vaksin) dirasa sudah cukup.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI)Bali I Nyoman Nuarta menyampaikan Minggu(3/10).
“Kami kira dengan sertifikat vaksin sudah cukup,” ujarnya. Apalagi kata Nuarta, sebelum berangkat ke Indonesia, yakni ke Bali, wisman bersangkutan tentu sudah melalui pemeriksaan dari negara asalnya.
Nuarta menyatakan pihaknya khawatir point-point persyaratan yang kaku dan cenderung memberatkan, tentu membuat wisman berpikir ulang datang ke Bali. Apalagi rata- rata masa tinggal wisman tidak lama. “Karenanya, jika memang harus ada karantina. Jangan sampai waktunya kelamaan. Nanti habis waktu wisatawan,” ujar pria yang juga seorang advokat. Atau kata Nuarta, tak perlu lagi ada karantina maupun test PCR. Cukup dengan sertifikat atau paspor vaksin saja.
Jika persyaratan open border fleksibel, Nuarta optimistis wisman akan mengalir berdatangan ke Bali. “Kami di pramuwisata sangat yakin itu,” ujar pria asal Singaraja, Buleleng.
Diapun mengungkap komunikasi kalangan pramuwisata dengan partner maupun kolega mereka di luar negeri, yang rata- rata sudah menunggu kapan pariwisata Bali dibuka. Contohnya wisatawan Jepang. “Dari komunikasi kami, rata- rata sudah berharap bisa berlibur ke Bali,” kata Nuarta.
Demikian juga partner maupun wisman dari segmen lainnya. “Kami harap pertengahan Oktober ini, open border bisa direalisasikan,” kata Nuarta.
Sebagai salah satu komponen pariwisata Bali, HPI dan anggotanya sudah sangat berharap pariwisata Bali jalan kembali, setelah 1,5 tahun menderita. “Kalau pemerintah bersungguh-sungguh, pariwisata Bali pasti segera buka,” ujarnya.
Sebelumnya keinginan disampaikan Ketua Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Daerah Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA)Bali I Nyoman Astama. “Kami harap tidak penundaan lagi open border,” ujarnya.
Dikatakan Astama, proses penanganan pandemi yang dilakukan Pemerintah stakeholder dan seluruh masyarakat telah menunjukkan hasil positif, penurunan kasus positif Covid-19 yang signifikan.
“Karena itu sudah saatnya sekarang Bali dibuka untuk wisman,” ujar Astama yang juga konsul kehormatan Ukraina di Bali.
Pariwisata kata Astama, merupakan payuk jakan (penghidupan) sebagian besar masyarakat Bali. Karena itulah setelah 1,5 tahun tutup karena pandemi, open border sebagaimana yang diwacanakan cepat diwujudkan.
Apalagi, seminar/ webinar, fucus group disscusion(FGD) terkait persiapan open border sudah beberapa kali dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait. Solusi atau rumusan open border juga sudah disepakati. Kata Astama saat kini kebijakan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Apalagi masyarakat di Bali yang perekonomiannya dominan bergantung pada sektor pariwisata.
“Kami yakin masyarakat sangat siap mensukseskan program dan kebijakan pemerintah manakala perbatasan dibuka untuk wisman dan maskapai penerbangan internasional diperkenankan mengangkut penumpang dan mendarat di Bandara Ngurah Rai dengan prokes yang teruji dan ramah bagi wisman,” ujar Astama. *K17
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI)Bali I Nyoman Nuarta menyampaikan Minggu(3/10).
“Kami kira dengan sertifikat vaksin sudah cukup,” ujarnya. Apalagi kata Nuarta, sebelum berangkat ke Indonesia, yakni ke Bali, wisman bersangkutan tentu sudah melalui pemeriksaan dari negara asalnya.
Nuarta menyatakan pihaknya khawatir point-point persyaratan yang kaku dan cenderung memberatkan, tentu membuat wisman berpikir ulang datang ke Bali. Apalagi rata- rata masa tinggal wisman tidak lama. “Karenanya, jika memang harus ada karantina. Jangan sampai waktunya kelamaan. Nanti habis waktu wisatawan,” ujar pria yang juga seorang advokat. Atau kata Nuarta, tak perlu lagi ada karantina maupun test PCR. Cukup dengan sertifikat atau paspor vaksin saja.
Jika persyaratan open border fleksibel, Nuarta optimistis wisman akan mengalir berdatangan ke Bali. “Kami di pramuwisata sangat yakin itu,” ujar pria asal Singaraja, Buleleng.
Diapun mengungkap komunikasi kalangan pramuwisata dengan partner maupun kolega mereka di luar negeri, yang rata- rata sudah menunggu kapan pariwisata Bali dibuka. Contohnya wisatawan Jepang. “Dari komunikasi kami, rata- rata sudah berharap bisa berlibur ke Bali,” kata Nuarta.
Demikian juga partner maupun wisman dari segmen lainnya. “Kami harap pertengahan Oktober ini, open border bisa direalisasikan,” kata Nuarta.
Sebagai salah satu komponen pariwisata Bali, HPI dan anggotanya sudah sangat berharap pariwisata Bali jalan kembali, setelah 1,5 tahun menderita. “Kalau pemerintah bersungguh-sungguh, pariwisata Bali pasti segera buka,” ujarnya.
Sebelumnya keinginan disampaikan Ketua Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Daerah Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA)Bali I Nyoman Astama. “Kami harap tidak penundaan lagi open border,” ujarnya.
Dikatakan Astama, proses penanganan pandemi yang dilakukan Pemerintah stakeholder dan seluruh masyarakat telah menunjukkan hasil positif, penurunan kasus positif Covid-19 yang signifikan.
“Karena itu sudah saatnya sekarang Bali dibuka untuk wisman,” ujar Astama yang juga konsul kehormatan Ukraina di Bali.
Pariwisata kata Astama, merupakan payuk jakan (penghidupan) sebagian besar masyarakat Bali. Karena itulah setelah 1,5 tahun tutup karena pandemi, open border sebagaimana yang diwacanakan cepat diwujudkan.
Apalagi, seminar/ webinar, fucus group disscusion(FGD) terkait persiapan open border sudah beberapa kali dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait. Solusi atau rumusan open border juga sudah disepakati. Kata Astama saat kini kebijakan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Apalagi masyarakat di Bali yang perekonomiannya dominan bergantung pada sektor pariwisata.
“Kami yakin masyarakat sangat siap mensukseskan program dan kebijakan pemerintah manakala perbatasan dibuka untuk wisman dan maskapai penerbangan internasional diperkenankan mengangkut penumpang dan mendarat di Bandara Ngurah Rai dengan prokes yang teruji dan ramah bagi wisman,” ujar Astama. *K17
1
Komentar