Komunitas Mahima Kembali Gelar Mendongeng Maraton
SINGARAJA, NusaBali
Komunitas Mahima yang konsen bergerak di bidang sastra, kembali menggelar acara mendongeng virtual tahun ini.
Acara mendongeng ini pun dilakukan maraton sepanjang Bulan Oktober 2021, untuk memperingati hari Bulan Bahasa. Mendongeng di hari pertama dimulai Selasa (5/10) kemarin dengan menghadirkan dramawan kondang Cok Sawitri dan pendongeng muda asal Buleleng Ni Luh Wanda Putri Pradanti.
Pendiri Komunitas Mahima Kadek Sonia Piscayanti ditemui di rumahnya kawasan Pantai Indah, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, sedang membagikan live mendongeng melalui akun instagram dan facebooknya. Di sela-sela acara mendongeng maraton hari pertama itu dia mengatakan, Mahima Mendongeng sudah dilakukan kali kedua. Acara yang sama sudah dilakukan setahun lalu dengan melibatkan seratusan pendongeng.
Mendongeng pun dipilihnya, karena merupakan salah satu karya sastra yang dapat membentuk karakter anak-anak. Dongeng menurutnya, masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Rencananya mendongeng akan melibatkan pendongeng se-nusantara. “Mendongeng kami gelar kembali karena antusiasme peserta dan audiens sangat tinggi, meskipun dilakukan secara virtual. Ternyata ini sangat membantu dalam situasi pandemi saat ini dengan keterbatasan pertemuan fisik,” jelas Sonia yang juga dosen Bahasa Inggris di Undiksha ini.
Setiap harinya selama Bulan Oktober ini, Mahima rencananya akan menghadirkan 2-3 pendongeng. Sonia pun sudah menerima pendaftaran pendongeng dari Bali, Jakarta, dan Yogyakarta. Sejauh ini pendongeng yang ingin berpartisipasi tak dibatasi umur dan golongan. Namun yang digaris bawahi soal dongeng dibawakan, diwajibkan sesuai dengan segmen anak-anak. “Yang kami batasi adalah segmennya untuk anak-anak. Sehingga tidak boleh kekerasan, tidak boleh ada SARA dan tidak ada unsur politik,” kata dia.
Sementara itu pendongeng muda, Ni Luh Wanda Putri Pradanti, yang mendapat kesempatan mendongeng di hari pertama, mengatakan tertarik terjun dan mendalami dongeng karena sangat imajinatif. Dia yang memiliki pengalaman sebagai pengajar PAUD, merasa dongeng berpengaruh banyak terhadap pembentukan karakter anak usia dini. Bahkan pengajaran karakter baik buruk dapat tersampaikan dengan sangat mudah melalui dongeng.
Wanda yang sudah terbiasa mendongeng virtual mengaku sejauh ini hanya mengalami kendala teknis, baik dari sinyal internet dan gangguan suara di sekitar tempat live. Dia pun menghadirkan karakter boneka tangan yang dinamai Jegeg Bulan, untuk mengobati kerinduannya berinteraksi langsung dengan anak-anak.
“Persiapannya biasanya cerita saya buat ulang, kemudian ditambahkan gimik dan bahasa disesuaikan agar mudah dipahami anak-anak serta kedalaman konfliknya. Saya konsen di dongeng karena membawa kesan luar biasa. Terutama dampak pada anak-anak cerita dan pesan moral yang terkandung terus ada dalam diri mereka,” tegasnya saat ditemui di rumahnya di Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng ini. *k23
Komentar