Pedagang Tolak Penutupan Akses Masuk Pantai Kuta
Desa Adat Kuta Hentikan Sementara Pengerjaan
Desa Adat Kuta tidak ingin uji coba pembukaan pantai justru kebablasan dan malah menimbulkan klaster baru Covid-19, sehingga merugikan Kuta dan pariwisata secara umum.
MANGUPURA, NusaBali
Penutupan akses masuk ke Pantai Kuta berbuntut panjang. Belakangan sejumlah pedagang keberatan dan menolak kebijakan yang diambil pihak Desa Adat Kuta. Akibat adanya penolakan dari para pedagang, Desa Adat Kuta memutuskan menghentikan sementara pengerjaan.
Penolakan penutupan sejumlah akses masuk Pantai Kuta ini disampaikan oleh para pedagang yang berjualan di pantai. Menurut para pedagang, akses masuk yang ditutup permanen itu berada tepat di depan hotel dan juga lokasi parkir, padahal pengunjung biasanya masuk melalui pintu-pintu yang ditutup itu.
“Saya dan teman-teman pedagang di sini kurang sepakat, karena akses masuk pantai lah yang menentukan dagangan kami. Kalau ditutup, keberatan juga,” kata seorang pedagang yang diiyakan oleh beberapa rekannya.
Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengakui adanya penolakan dari pedagang terkait penutupan sejumlah akses masuk ke pantai. “Ada keluhan dari pedagang. Makanya kami hentikan sementara pengerjaan. Mengingat penting juga masukan dari mereka yang memang berhadapan langsung dengan pembeli,” katanya, Rabu (6/10) sore.
Wasista mengatakan, kebijakan penutupan sejumlah akses masuk Pantai Kuta secara permanen semata-mata untuk memudahkan pengawasan. Namun, dengan adanya penolakan itu, pihaknya terpaksa menunda proses pengerjaan. Untuk diketahui, dari 17 akses yang akan ditutup permanen, baru tiga yang sudah ditutup oleh para pekerja. “Tapi sementara sudah kami stop dulu. Saat ini, baru tiga yang kami kerjakan. Sisanya dihentikan dulu, karena berbagai pertimbangan,” kata Wasista.
Masih kata Wasista, penolakan dari pedagang ini pun sudah disampaikan kepada Pemkab Badung, melalui kesempatan bertemu dengan Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa, Selasa (5/10) lalu, dengan harapan agar mendapat petunjuk atau arahan. “Saya sudah sampaikan sekaligus mohon petunjuk ke pak sekda. Terus terang kami sampaikan bahwa itu (penutupan akses masuk, Red) kami lakukan demi mengoptimalkan pengawasan, termasuk dengan aplikasi PeduliLindungi. Mengingat jumlah pintu yang ada saat ini sangatlah banyak, sementara jumlah petugas yang kami miliki sangat terbatas,” jelasnya.
“Saya juga sampaikan kepada pak sekda, jika harus membiarkan semua pintu tetap terbuka, maka bantu dengan menempatkan petugas Satpol PP untuk turut mengawasi setiap pintu,” imbuh Wasista.
Wasista menambahkan, keputusan menutup akses masuk itu, bukan serta merta menutup seluruh akses keluar masuk pantai, melainkan hanya mengurangi jumlah akses yang ada saat ini. Itupun dilakukan dengan maksud optimalisasi pengawasan dan pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi, yang terpasang hanya pada 8 akses saja. Dirinya tidak ingin, uji coba pembukaan pantai justru kebablasan dan malah menimbulkan klaster baru Covid-19, sehingga justru merugikan Kuta dan pariwisata secara umum.
“Sekarang ini pembukaan Pantai Kuta masih dalam status uji coba, sehingga pengawasan harus betul-betul kami lakukan. Jangan sampai akibat tidak terkontrol, malah menimbulkan dampak lain yang merugikan Kuta dan pariwisata secara umum,” tandasnya.
Untuk diketahui, penutupan akses masuk ke Pantai Kuta mulai dikerjakan Senin (4/10) pagi. Dari 28 pintu masuk, ada 17 di antaranya rencana akan ditutup secara permanen dengan bata ringan setinggi 1,5 meter. Sementara, 3 akses masuk lainnya hanya ditutup menggunakan papan. Rencananya 3 akses masuk yang ditutup papan tersebut akan dipergunakan para pekerja, khususnya petugas kebersihan yang mengangkut sampah. *dar
Penolakan penutupan sejumlah akses masuk Pantai Kuta ini disampaikan oleh para pedagang yang berjualan di pantai. Menurut para pedagang, akses masuk yang ditutup permanen itu berada tepat di depan hotel dan juga lokasi parkir, padahal pengunjung biasanya masuk melalui pintu-pintu yang ditutup itu.
“Saya dan teman-teman pedagang di sini kurang sepakat, karena akses masuk pantai lah yang menentukan dagangan kami. Kalau ditutup, keberatan juga,” kata seorang pedagang yang diiyakan oleh beberapa rekannya.
Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengakui adanya penolakan dari pedagang terkait penutupan sejumlah akses masuk ke pantai. “Ada keluhan dari pedagang. Makanya kami hentikan sementara pengerjaan. Mengingat penting juga masukan dari mereka yang memang berhadapan langsung dengan pembeli,” katanya, Rabu (6/10) sore.
Wasista mengatakan, kebijakan penutupan sejumlah akses masuk Pantai Kuta secara permanen semata-mata untuk memudahkan pengawasan. Namun, dengan adanya penolakan itu, pihaknya terpaksa menunda proses pengerjaan. Untuk diketahui, dari 17 akses yang akan ditutup permanen, baru tiga yang sudah ditutup oleh para pekerja. “Tapi sementara sudah kami stop dulu. Saat ini, baru tiga yang kami kerjakan. Sisanya dihentikan dulu, karena berbagai pertimbangan,” kata Wasista.
Masih kata Wasista, penolakan dari pedagang ini pun sudah disampaikan kepada Pemkab Badung, melalui kesempatan bertemu dengan Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa, Selasa (5/10) lalu, dengan harapan agar mendapat petunjuk atau arahan. “Saya sudah sampaikan sekaligus mohon petunjuk ke pak sekda. Terus terang kami sampaikan bahwa itu (penutupan akses masuk, Red) kami lakukan demi mengoptimalkan pengawasan, termasuk dengan aplikasi PeduliLindungi. Mengingat jumlah pintu yang ada saat ini sangatlah banyak, sementara jumlah petugas yang kami miliki sangat terbatas,” jelasnya.
“Saya juga sampaikan kepada pak sekda, jika harus membiarkan semua pintu tetap terbuka, maka bantu dengan menempatkan petugas Satpol PP untuk turut mengawasi setiap pintu,” imbuh Wasista.
Wasista menambahkan, keputusan menutup akses masuk itu, bukan serta merta menutup seluruh akses keluar masuk pantai, melainkan hanya mengurangi jumlah akses yang ada saat ini. Itupun dilakukan dengan maksud optimalisasi pengawasan dan pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi, yang terpasang hanya pada 8 akses saja. Dirinya tidak ingin, uji coba pembukaan pantai justru kebablasan dan malah menimbulkan klaster baru Covid-19, sehingga justru merugikan Kuta dan pariwisata secara umum.
“Sekarang ini pembukaan Pantai Kuta masih dalam status uji coba, sehingga pengawasan harus betul-betul kami lakukan. Jangan sampai akibat tidak terkontrol, malah menimbulkan dampak lain yang merugikan Kuta dan pariwisata secara umum,” tandasnya.
Untuk diketahui, penutupan akses masuk ke Pantai Kuta mulai dikerjakan Senin (4/10) pagi. Dari 28 pintu masuk, ada 17 di antaranya rencana akan ditutup secara permanen dengan bata ringan setinggi 1,5 meter. Sementara, 3 akses masuk lainnya hanya ditutup menggunakan papan. Rencananya 3 akses masuk yang ditutup papan tersebut akan dipergunakan para pekerja, khususnya petugas kebersihan yang mengangkut sampah. *dar
Komentar