Banyak Event Besar Digelar di Bali, Koster Yakin Pariwisata Pulih
35 Hotel Siap Jadi Tempat Karantina
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Wayan Koster mengungkapkan keyakinannya pariwisata Bali akan bisa pulih pasca diterjang pandemi Covid-19.
Pasalnya, banyak event besar berskala internasional akan digelar di Bali tahun 2022 depan. Gubernur Koster mengatakan, event besar berskala internasional yang akan digelar di Bali, antara lain, Pertemuan Internasional Pengurangan Risiko Bencana tahun 2022 dan Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara G-20 (KTT G-20) tahun 2022. Selain itu, juga ada acara Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis (tanpa penonton).
Ada lagi turnamen sepakbola junior ‘Indonesian Youth Championship U-20 yang akan diikuti oleh klub-klub papan atas Eropa, seperti Barce-lona (Spanyol), Real Madrid (Spanyol), Manchester United (Inggris), dan Chelsea (Inggris), serta Indonesian All Star. Turnamen ini rencananya akan digelar lebih awal, 1-8 Desember 2021. Kemudian, ada turnamen BRI Liga 1 yang akan diikuti 18 klub ternama di Indonesia, termasuk Bali United, Desember 2021 hingga Januari 2022.
"Banyak event internasional dan nasional akan digelar di Bali. Saya yakin pariwisata Bali bisa berangsur pulih," jelas Gubernur Koster di sela acara umumkan berlakunya Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 18 Tahun 2021 tentang PPKM Covid-19 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru, di Bale Gajah Komplek Jaya Sabha Denpasar, Rabu (6/10) siang.
Menurut Gubernur Koster, semua akan berjalan dengan baik kalau masyarakat Bali disiplin protokol kesehatan. "Semua acara ini hanya akan bisa terlaksana dengan syarat penanganan pandemi Covid-19 di Bali terus membaik, tidak terjadi lonjakan kasus baru, tingkat kesembuhan makin tinggi, angka kematian semakin menurun, jumlah kasus aktif terus menurun, dan tingkat vaksinasi tinggi," tandas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Demikian juga dengan testing, tracing, dan treatment yang dilakukan pemerintah, harus tinggi capaiannya. "Astungkara, semua itu dapat dicapai, sehingga semua event-event penting tersebut akan dapat dilaksanakan sesuai rencana, sehingga berdampak positif terhadap pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali,” harap Koster.
Terkait dengan pembukaan penerbangan internasional di Bandara Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, 14 Oktober 2021 nanti, menurut Koster, Pemprov Bali bersama stakeholder sudah sangat siap. "Kita sudah bahas secara teknis, terutama saat penumpang tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai, sampai penanganan karantina di hotel sementara, sesuai arahan pemerintah. Semuanya sudah sangat siap," tegas Koster.
Menurut Koster, sejumlah wisatawan asing sudah sangat kebelet datang ke Bali dan mau menghormati budaya serta penerapan Prokes. Penerapan karantina 8 hari ini otomatis akan menyeleksi wisatawan yang datang ke Bali. "Ini momentum Bali akan dikunjungi turis asing yang benar-benar berkualitas, dengan masa tinggal lebih lama,” katanya sembari menyebut pemerintah akan sangat hati-hati dalam proses penerimaan wisatawan mancanegara.
Sementara itu, BPD PHRI Bali memastikan ada 35 hotel yang siap sebagai tempat karantina bagi wisman yang tiba di Bali. Selain itu, ada 62 hotel lagi yang siap untuk diverifikasi sebagai tempat karantina.
Menurut Wakil Ketua BPD PHRI Bali, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, hotel-hotel tersebut mulai dari hotel bintang 3, bintang 4, bintang 5, hingga premium. Gambaran tarifnya mulai dari Rp 10 juta, Rp 15 juta, Rp 20 juta, sampai Rp 30 juta. Fasilitasnya mulai dari kamar, makan pagi, makan siang, makan malam, laundry 2 kali, hingga paket tes PCR. “Tergantung manejemen hotelnya,” ujar Rai Surya Wijaya, Rabu kemarin.
Dijelaskan, jenis-jenis hotel untuk karantina ini disiapkan, agar wisman punya pilihan. Yang jadi pertanyaan, kata Rai, adalah masalah masa karantina 8 hari. Apakah wisatawan mau karantina selama 8 hari? Apalagi, untuk wisatawan pasar Asia-Pasifik yang rata-rata length of stay-nya pendek. Wisman China, misalnya, rata-rata berkunjung selama 4 hari saja. “Buat apa datang untuk karantina, kan demikian pertanyaannya,” jelas Rai.
Yang logis, menurut Rai, karantina 3 hari. Kemudian, 5 hari lagi untuk berwisata, kalau mereka punya waktu liburan 8 hari hari saja. Namun, karena keputusan SOP merupakan pilot project, ikuti saja dulu. Nanti tentu akan ada evaluasi. Apalagi para kompetitor Bali seperti Thailand, Turki, dan UEA tidak memberlakukan karantina. “Itu harus dipikirkan,” papar tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini. *nat,k17
Komentar