Daerah Rawan Banjir Bandang Dipetakan
Bulan Februari banjir banding mengintai Kecamatan Sukasada, Banjar, Busungbiu dan Gerokgak. Masyarakat harus waspada dan mengantisipasi bencana tersebut.
Puncak Penghujan Bulan Februari
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak empat kecamatan di Kabupaten Buleleng masuk daerah rawan Banjir Bandang. Hal tersebut sesuai dengan data pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng belum lama ini. Bahkan potensi bencana yang sangat membahayakan tersebut diprediksi terjadi pada puncak hujan deras yang diperkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan Februari mendatang.
Empat kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Sukasada, Banjar, Busungbiu dan Gerokgak. Sejumlah wilayah di empat kecamatan tersebut disebut memiliki kerawanan bencana banjir bandang, karena letak geografis wilayahnya sebagian adalah perbukitan dengan tanah yang labil. Sehingga jika terkena hujan deras dengan waktu yang cukup lama dapat menyebabkan tanah longsor disertai banjir menjadi banjir bandang.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Made Subur, Minggu (22/1) mengatakan bahwa saat ini curah hujan di Buleleng masih sangat jarang. Hal tersebut tidak berarti bahwa musim penghujan telah berakhir. Tetapi hujan deras kembali akan mengguyur dan mencapai puncak pada bulan Februari mendatang dengan volume yang lebih tinggi.
“Prediksinya sekarang masih landai, dan akan meningkat dan mencapai puncak Februari mendatang, oleh karena itu masyarakat harus tetap waspada,” ujar Subur. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa bencana banjir tersebut juga berpotensi akan diikuti bencana lain, seperti tanah longsor dan pohon tumbang.
Hingga saat ini pihaknya pun mengaku sudah melakukan sosialisasi kebencanaan sebagai upaya antisipasi dan menghindari adanya korban jiwa saat prediksi tersebut terjadi kapan saja. Selain juga telah membentuk sejumlah desa tanggap bencana dengan pembentukan puluhan relawan yang siap mengedukasi masyarakat yang ada di sekitarnya untuk mencari tempat pengungsian dan mengevakusi warga atau materi yang terdampak bencana.
Selain juga mnegupayakan langkah antisipasi lainnya seperti penebangan pohon berisiko yang rutin dilakukan setiap minggunya. Pihaknya pun berharap dalam upaya mengantispasi bencana ada peran aktif dari masyarakat. Seperti menjaga tingkah laku dan kebiasaan membuang sampah ke sungai yang sering kali menjadi pemicu banjir.
Memotong dahan-dahan di pohon yang berisiko yang kemungkinan ada di depan rumahnya dan dapat membahayakan nyawa orang banyak. Begitu pula dengan pemerintah desa dan kecamatan agar lebih tanggap lagi ikut serta mengevakuasi bencana yang terjadi di sekitarnya.
“Kami kan masih kekurangan alat dan personil, kalau bencana yang kecil-kecil itu masih bisa ditangani pemerintah desa dan masyarakat lah, tidak harus semua kami yang ambil, apalagi saat yang bersamaan ada lebihd ari satu titik bencana, biar tidak terlalu lambat penangannya,” tegas dia. *k23
Komentar