Komunitas RES Wadahi Penggemar Reptil di Klungkung
SEMARAPURA, NusaBali.com - Jumlah penghobi hewan reptil tampaknya terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Di Bali sendiri saat ini terdapat beberapa komunitas penghobi hewan berdarah dingin tersebut. Salah satu yang mungkin bisa dibilang terbaru adalah komunitas reptil di Kabupaten Klungkung, RES.
RES atau Reptile Semarapura Bali merupakan komunitas reptil yang belum genap setahun berdiri. Berawal dari ngumpul bareng sesama pecinta hewan melata di Klungkung muncul keinginan untuk membentuk satu komunitas resmi pecinta reptil. RES pun resmi terbentuk pada 19 Desember 2020.
“Kami awalnya cuma sering ngumpul, pas ngumpul bareng semuanya, kepikiran mau membuat komunitas biar lebih solid, akhirnya terbentuk RES,” ungkap Teguh Ramdani Saputra, selaku pembina komunitas RES, Kamis (8/10/2021).
Teguh menambahkan, pada awalnya nama RES bukanlah nama pertama yang digunakan oleh komunitas ini. Sempat menggunakan nama Sniper, namun kemudian beralih menjadi RES dengan alasan nama tersebut lebih simpel dan mudah diingat.
Belum genap berdiri setahun, anggota dari komunitas RES dapat dikatakan lumayan banyak. Ada lebih dari 20 anggota yang berasal dari wilayah Klungkung dan sekitarnya. Namun, dikarenakan masa pandemi, untuk sementara belum banyak aktivitas bertemu langsung antarsesama anggota komunitas ini. “Paling ngumpul di base camp, sambil sharing, juga bersihkan kandang,” kata Teguh.
Adapun beberapa hewan reptil yang dipelihara oleh anggota RES terdapat beberapa jenis, meliputi ular piton (retic ball phyton), biawak (salva), tokek (gecko), hingga ular berbisa (venom). “Di RES kita mau satu anak fokus di satu reptil, supaya lebih banyak varian,” tambah Teguh.
Dikatakannya, RES memiliki misi yang tertunda akibat masih berlangsungnya pandemi Covid-19, yakni mengedukasi masyarakat, terutama anak sekolah. RES ingin memperkenalkan berbagai hewan reptil kepada lebih banyak generasi muda sekaligus mengedukasi masyarakat bagaimana menangani bahaya dari hewan reptil seperti misalnya ketika digigit ular berbisa.
Teguh menjelaskan, reptil seperti ular, biawak, kadal, dan reptil lainnya yang ada di alam sebenarnya memiliki fungsi. Mereka, reptil-reptil tersebut, merupakan indikator kondisi alam yang masih terjaga keseimbangannya. Ular misalnya sebenarnya memilliki fungsi untuk mengontrol hama tikus di sawah.
“Reptil itu bukan musuh, mereka juga berperan penting bagi kehidupan manusia. Kalau melihat ular, selagi mereka tidak mengganggu kita, jangan dibunuh. Ular nggak akan menyerang kita kalau kita tidak ganggu,” ungkap Teguh.
Sementara itu, Dewa Ningrat, Ketua RES, mengatakan ia mulai menggeluti hobi memelihara reptil sejak dua tahun yang lalu. Kini, ia bahkan mampu mengembangbiakkan (breeding) hewan reptil peliharaannya. Bukan untuk dijual, tapi untuk dibagikan kepada teman-teman komunitas RES yang biasa membantunya merawat hewan reptil di base camp RES yang juga sekaligus tempat tinggalnya.
“Untuk saat ini, saya hobbies bukan seller, rencananya saya keep, dan mau saya kembalikan ke teman-teman yang sering kontrol di sini,” ujar penghobi ular piton dan biawak.
Menyambung Dewa Ningrat, Teguh Ramdani Saputra menjelaskan, untuk bergabung dengan komunitas RES tidak diperlukan syarat khusus. Namun, calon anggota haruslah benar-benar mencintai hewan reptil dan tentunya mau berkomunikasi dengan baik antarsesama anggota komunitas RES.
“Main reptil gampang bosenan, makanya kalau misal kepengen main reptil bertahan lama, cara satu-satunya kita berkomunitas,” tutup Teguh. *adi
1
Komentar