Wisata Religi di Taman Beji Samuan Desa Carangsari, Tersedia Tiga Kawasan Panglukatan
MANGUPURA, NusaBali.com – Awalnya tidak dibuka untuk umum, Namun keberadaan Taman Beji Samuan mengundang perhatian masyarakat saat penataannya diposting di Facebook pada tahun 2018.
Alhasil Taman Beji Samuan yang berada di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung menarik minat wisatawan. Utamanya yang menginginkan suasana hening hingga bertujuan panglukatan atau pembersihan diri.
“Taman Beji Samuan ini keberadaannya disucikan dan digunakan untuk nunas tirta (memohon air suci) yang digunakan untuk perayaan upacara keagamaan di Pura Desa Samuan, dan Pura Dalem Samuan,” ujar Bendesa Adat Samuan I Gusti Putu Adnyana, Rabu (13/10/2021).
Kucuran air yang menjadi sarana kegiatan panglukatan di Taman Beji Samuan yakni berasal dari mata air alami, serta akar-akar pohon yang mengalirkan air yang bersih dan jernih melalui tebing-tebing yang ada di lokasi.
Untuk menuju tempat panglukatan, pengunjung harus menuruni sejumlah anak tangga, menuju lokasi-lokasi panglukatan yang ada di Taman Beji Samuan. Ada tiga kawasan panglukatan, yang pertama Campuhan, yang kedua Beji Dalem, dan yang ketiga Beji Sapta Rsi.
Ketua Pengelola Taman Beji Samuan Ketut Gede Sunarta, 41,
menjelaskan rangkaian atau alur kegiatan panglukatan yang baik dan benar di Taman Beji Samuan, yakni pertama-tama pengunjung harus menuju kawasan Campuhan atau yang berarti pertemuan antara dua arus sungai, menghaturkan sesajen berupa canang dan kemudian malukat di sungai.
Setelah itu kembali menghaturkan sesajen di palinggih Ratu Niang dan Ratu Gede, dilanjutkan menuju kawasan Beji Dalem, yang berisikan beberapa kucuran air panglukatan, seperti Tirta Sudamala, Dasa Mala, Rambut Sedana, dan Beji Brumbun. Prosesi ini kemudian dipungkasi dengan panglukatan di tujuh kucuran air pada kawasan Tirta Sapta Rsi.
“Masing-masing tempat dan kawasan tersebut diyakini memiliki fungsinya masing-masing, seperti Beji Brumbun untuk memohon tamba (pengobatan dari penyakit niskala), lalu Tirta Sapta Rsi yang digunakan untun penyucian diri dan pikiran, sehingga terbebas dari hal-hal yang negatif,” jelas Sunarta sambil memperagakan tata cara malukat.
Keberadaan Taman Beji Samuan sejatinya sudah diwariskan turun temurun, dari generasi ke generasi oleh para leluhur krama desa setempat. Hingga pada 2018 dilakukan penataan, seperti pembuatan akses, dan perbaikan-perbaikan pada palinggih (tempat suci) yang ada di sekitar lokasi tersebut. “Kegiatan penataannya pada tahun 2018 yang lalu, karena sebelum itu di sini sama sekali tidak ada akses,” ungkap I Gusti Putu Adnyana, 48.
“Saya dan prajuru adat lainnya kaget ada kunjungan masyarakat umum, sebenarnya pada awalnya kami masyarakat desa tidak bermaksud untuk mengemas tempat ini menjadi tempat wisata religi,” jelas I Gusti Putu Adnyana.
Kunjungan wisatawan yang semakin intens, kemudian membuat krama mempersiapkan diri untuk melayani kunjungan tersebut. “Sebenarnya kami di desa pada tahun itu siap tidak siap menerima kunjungan, tapi respons masyarakat luas sangat positif. Jadi kami memutuskan untuk tetap melayani masyarakat yang datang untuk melaksanakan kegiatan panglukatan,” terang Ketut Gede Sunarta.
Sementara itu kunjungan wisatawan saat pandemi Covid-19 juga masih saja ada. Jika di hari biasa Senin-Jumat sekitar 20 hingga 30 orang per hari, maka hari Sabtu dan Minggu kunjungan bisa mencapai 100 orang per hari. “Apalagi kalau hari-hari suci umat Hindu seperti hari Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, dan Banyupinaruh bisa sampai 500 orang lebih,” ungkap Sunarta.
Dari awal dibukanya Taman Beji Samuan untuk masyarakat umum, para pengelola pun tidak mematok tarif untuk biaya masuk ke kawasan milik desa tersebut, Sunarta mengatakan bahwa para pengunjung dapat secara sukarela memberikan dana punia (donasi) yang nantinya akan digunakan sebagai perawatan, serta penataan di sekitar lokasi Taman Beji Samuan.
Kemudian I Gusti Putu Adnyana pun menyatakan, bahwa Taman Beji Samuan saat ini membutuhkan infrastruktur tambahan seperti, ruang ganti, toilet, serta balai peristirahatan, yang digunakan untuk fasilitas penunjang yang nantinya digunakan oleh para pengunjung. “Karena para pengunjung datang tidak hanya untuk wisata religi saja, namun juga pengunjung melakukan rekreasi, seperti makan bersama keluarga, sambil menikmati suasana yang masih sangat alami di sini,” ungkapnya.
Keberadaan Taman Beji Samuan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat desa dan khalayak luas. “Semoga keberadaan tempat ini kelestariannya senantiasa terjaga, dan untuk ke depannya agar dapat melayani masyarakat lebih baik lagi,” pungkas Ketut Gede Sunarta. *rma
1
Komentar