10 Tahun Bertahan Hidup dengan Andalkan Uluran Tetangga
Plt Bupati Buleleng Made Gunaja sempat menganjurkan pasutri Nengah Ramben dan Nyoman Sasih untuk dibawa ke Panti Jompo, namun tidak diizinkan oleh cucu mereka
Jatuh Miskin Pasca Usahanya Bangkrut, Pasutri Renta Telantar di Desa Pemuteran
SINGARAJA, NusaBali
Derita pilu dialami pasangan suami istri (pasutri) renta I Nengah Ramben, 80, dan Ni Nyoman Sasih, 70, yang tinggal di Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Bayangkan, selama 10 tahun mereka harus bertahan hidup dari belas kasihan dan uluran tangan tetangganya. Padahal, pasutri ini termasuk keluarga mampu dan punya usaha dagang.
Pasutri renta I Nengah Ramben dan Ni Nyoman Sasih tidak dikarunia keturunan. Nyo-man Sasih (yang kini berusia 70 tahun) merupakan istri ketiga dari Nengah Ramben (kini berusia 80 tahun). Namun, dari pernikahan dengan istri pertamanya, Nengah Ramben memiliki satu anak lelaki, yang telah pindah agama.
Pasutri Nengah Ramben dan Nyoman Sasih selama ini dinafkahi oleh cucu-cucunya, yang juga dalam kondisi kurang mampu, selain juga bertahan hidup berkat uluran tetangga. Kehidupannya cukup memilukan, karena selain kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lantaran sudah tak lagi mampu bekerja akibat usia, pasutri renta ini kini tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Pantauan NusaBali yang berkunjung ke lokasi, Senin (23/1) siang, atap rumah semi permanen yang ditempati pasutri renta ini sebagian sudah roboh dan sangat membaha-yakan jika tidak segera diperbaiki. Sedangkan lantai rumahnya yang dulu di-PC, juga sudah tampak berlubang dan rusak.
Plt Bupati Buleleng, I Made Gunaja, juga sempat terjun menjenguk pasutri renta yang miskin ini di Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Senin siang. Plt Bupati Made Gunaja hari itu terjun bersama Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, I Gede Komang, dan Lintas Komunitas Peduli Buleleng.
Di hadapan Plt Bupati Gunaja, sang suami Nengah Ramben sempat curhat soal balada hidupnya yang bikin trenyuh. “Kami sudah tua, kami sudah tidak bisa bekerja lagi. Kalau makan, terkadang dikasi minta oleh cucu dari kakak saya atau uluran tangan dari tetangga,” cerita Nengah Ramnen dengan bahasa Bali khas logat Buleleng.
Usut punya usut, kondisi kehidupan pasutri renta yang morat-marit hingga selama 10 tahun terakhir bertahan hidup dari belas kasuhan tetangga ini tidak terlepas karena mereka luput dari bantuan pemerintah. Selama ini, pasutri miskin tersebut tercecer dan tidak terdeteksi aparat desa setempat.
Karenanya, jangankan bisa mendapat jaminan kesehatan, jatah beras raskin yang dibagikan pemerintah setiap bulannya untuk keluarga miskin juga tidak didapatkan pasutri Nengah Ramben-Nyoman Sasih. Kondisi ini sempat mengundang keprihatinan Plt Bupati Made Gunaja dan Kadis Sosoal Buleleng, Gede Komang.
“Ya, keduanya (pasutri Nengah Ramben-Nyoman Sasih, Red) memang tercecer dan ini baru kami tahu sekarang. Sebelumnya, Bapak Plt Bupati menganjurkan pasutri sepuh ini untuk diajak ke Panti Jompo. Tapi, cucu dari kakaknya tidak mengizinkan,” ungkap Gede Komang saat terjun menjenguk pasutri renta ini, Rabu kemarin.
Menurut Gede Komang, pihaknya mengupayakan untuk bantu merehab rumah pasutri renta ini agar tidak berbahaya lagi jika ditempati. Begitu juga dengan bantuan makanan, nantunya akan terus dikirimka Dinas Sosial Buleleng secara berkelanjutan.
Selain itu, kata Gede Komang, pihaknya juga berjanji akan mengurus semua bentuk jaminan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi pasutri renta Nengah Ramben-Nyoman Sasih. “Kami aka mengurus hak-hak yang yang semestinya mereka dapatkan sebagai masyarakat kurang mampuk,” tandas Gede Komang.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, I Ketut Suwitra, mengungkapkan pasutri Nengah Ramben dan Nyoman Sasih selama ini tidak mendapat bantuan kemiskinan, karena dulunya mereka termasuk keluarga mampu, memiliki usaha dagang dan sampan.
“Rumahnya juga berbahan tembok dan beratap genting, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dapat bedah rumah,” jelas Ketut Suwitra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu (25/1).
Namun, kata Suwitra, sejak 10 tahun belakangan, usaha dagang pasutri sepuh ini bangkrut, hingga mereka hidup melarat. Sebetulnya, Suwitra sempat mengajukan ke pemerintah agar rumah pasutri renta ini direhab pasca atapnya jebol. Namun, karena pengajuan sudah dikirim ke pusat, kini realisasinya masih menunggu. * k 23
SINGARAJA, NusaBali
Derita pilu dialami pasangan suami istri (pasutri) renta I Nengah Ramben, 80, dan Ni Nyoman Sasih, 70, yang tinggal di Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Bayangkan, selama 10 tahun mereka harus bertahan hidup dari belas kasihan dan uluran tangan tetangganya. Padahal, pasutri ini termasuk keluarga mampu dan punya usaha dagang.
Pasutri renta I Nengah Ramben dan Ni Nyoman Sasih tidak dikarunia keturunan. Nyo-man Sasih (yang kini berusia 70 tahun) merupakan istri ketiga dari Nengah Ramben (kini berusia 80 tahun). Namun, dari pernikahan dengan istri pertamanya, Nengah Ramben memiliki satu anak lelaki, yang telah pindah agama.
Pasutri Nengah Ramben dan Nyoman Sasih selama ini dinafkahi oleh cucu-cucunya, yang juga dalam kondisi kurang mampu, selain juga bertahan hidup berkat uluran tetangga. Kehidupannya cukup memilukan, karena selain kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lantaran sudah tak lagi mampu bekerja akibat usia, pasutri renta ini kini tinggal di rumah yang tidak layak huni.
Pantauan NusaBali yang berkunjung ke lokasi, Senin (23/1) siang, atap rumah semi permanen yang ditempati pasutri renta ini sebagian sudah roboh dan sangat membaha-yakan jika tidak segera diperbaiki. Sedangkan lantai rumahnya yang dulu di-PC, juga sudah tampak berlubang dan rusak.
Plt Bupati Buleleng, I Made Gunaja, juga sempat terjun menjenguk pasutri renta yang miskin ini di Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Senin siang. Plt Bupati Made Gunaja hari itu terjun bersama Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, I Gede Komang, dan Lintas Komunitas Peduli Buleleng.
Di hadapan Plt Bupati Gunaja, sang suami Nengah Ramben sempat curhat soal balada hidupnya yang bikin trenyuh. “Kami sudah tua, kami sudah tidak bisa bekerja lagi. Kalau makan, terkadang dikasi minta oleh cucu dari kakak saya atau uluran tangan dari tetangga,” cerita Nengah Ramnen dengan bahasa Bali khas logat Buleleng.
Usut punya usut, kondisi kehidupan pasutri renta yang morat-marit hingga selama 10 tahun terakhir bertahan hidup dari belas kasuhan tetangga ini tidak terlepas karena mereka luput dari bantuan pemerintah. Selama ini, pasutri miskin tersebut tercecer dan tidak terdeteksi aparat desa setempat.
Karenanya, jangankan bisa mendapat jaminan kesehatan, jatah beras raskin yang dibagikan pemerintah setiap bulannya untuk keluarga miskin juga tidak didapatkan pasutri Nengah Ramben-Nyoman Sasih. Kondisi ini sempat mengundang keprihatinan Plt Bupati Made Gunaja dan Kadis Sosoal Buleleng, Gede Komang.
“Ya, keduanya (pasutri Nengah Ramben-Nyoman Sasih, Red) memang tercecer dan ini baru kami tahu sekarang. Sebelumnya, Bapak Plt Bupati menganjurkan pasutri sepuh ini untuk diajak ke Panti Jompo. Tapi, cucu dari kakaknya tidak mengizinkan,” ungkap Gede Komang saat terjun menjenguk pasutri renta ini, Rabu kemarin.
Menurut Gede Komang, pihaknya mengupayakan untuk bantu merehab rumah pasutri renta ini agar tidak berbahaya lagi jika ditempati. Begitu juga dengan bantuan makanan, nantunya akan terus dikirimka Dinas Sosial Buleleng secara berkelanjutan.
Selain itu, kata Gede Komang, pihaknya juga berjanji akan mengurus semua bentuk jaminan berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi pasutri renta Nengah Ramben-Nyoman Sasih. “Kami aka mengurus hak-hak yang yang semestinya mereka dapatkan sebagai masyarakat kurang mampuk,” tandas Gede Komang.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Kembang Sari, Desa Pemuteran, I Ketut Suwitra, mengungkapkan pasutri Nengah Ramben dan Nyoman Sasih selama ini tidak mendapat bantuan kemiskinan, karena dulunya mereka termasuk keluarga mampu, memiliki usaha dagang dan sampan.
“Rumahnya juga berbahan tembok dan beratap genting, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dapat bedah rumah,” jelas Ketut Suwitra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Rabu (25/1).
Namun, kata Suwitra, sejak 10 tahun belakangan, usaha dagang pasutri sepuh ini bangkrut, hingga mereka hidup melarat. Sebetulnya, Suwitra sempat mengajukan ke pemerintah agar rumah pasutri renta ini direhab pasca atapnya jebol. Namun, karena pengajuan sudah dikirim ke pusat, kini realisasinya masih menunggu. * k 23
Komentar