Open Border, DTW Alas Kedaton Masih Mati Suri
TABANAN, NusaBali
Pemerintah telah membuka penerbangan internasional atau open border untuk Bali di Bandara Ngurai Rai, Tuban, Badung, 14 Oktober lalu.
Namun pembukaan itu belum berdampak bagi Daya Tarik Wisatawan (DTW) Alas Kedaton di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan. Sejak itu pula, kunjungan wisatawan ke DTW ini masih bisa dihitung dengan jari.
Sebelumnya, managemen DTW Alas Kedaton menutup DTW ini sejak awal pandemi. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi biaya operasional karena sepinya pengunjung. Kini dengan dibukanya kembali kunjungan, pengelolaanya dialihkan ke Desa Adat Kukuh. Namun dibuat kebijakan untuk tak memberlakukan tiket masuk. Wisatawan yang berkunjung cukup madana punia (menyumbang) semampunya.
Pantauan di lapangan, Kamis (21/10) siang, suasana DTW tampak sepi. Ada sejumlah warga lokal yang hanya sekadar singgah dan lewat. Terlihat pula warga yang menyumbangkan buah tomat untuk pakan ribuan kera yang diprediksi mencapai 1.500 ekor tersebut. Namun untuk kunjungan wisatawan domestik maupun asing, belum tampak. Kondisi tampak tambah merana yakni 202 kios pedagang masih tutup total.
Penyarikan Desa Adat Kukuh Dewa Nyoman Suarta menyatakan, untuk saat ini pengelolaan DTW Alas Kedaton dibawah kendali Desa Adat. Karena DTW Alas Kedaton sempat ditutup lama karena pandemi Covid- 19. "Kebetulan sekarang pengelola DTW Alas Kedaton belum terbentuk, sehingga masih dikelola Desa Adat Kukuh," ujarnya.
Karena kini pemerintah mengizinkan DTW beroperasi, Alas Kedaton pun sudah mulai membuka kunjungan sejak 14 Oktober 2021. Hanya saja wisatawan yang berkunjung tidak dipungut tiket, melainkan berdonasi semampunya. "Kebijakan untuk tidak memungut tiket untuk mengurangi biaya operasional, jika dipungut otomatis karyawan berjumlah 13 orang harus diperkerjakan. Sementara kunjungan masih sepi," jelasnya.
Meskipun DTW telah dibuka, wisatawan yang berkunjung bisa dihitung dengan jari. Sehari hanya ada 5 pengunjung, itu pun hanya wisatawan lokal. "Kalau asing ada beberapa, tetapi mereka yang sudah tinggal di Bali," imbuh Dewa Nyoman Suarta.
Kendatipun demikian, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Karena memang saat ini kondisinya baru awal dilakukan open border. "Jadi, kami tak bisa berbuat banyak. Namun untuk persiapan menerima kunjungan, kami sudah sangat siap. Prokes sudah kami jalankan dengan baik," katanya.
Di sisi lain, di tengah kunjungan wisatawan sepi, operasional di DTW Alas Kedaton tak bisa berhenti total. Mulai dari kebersihan DTW atau biaya pakan kera tetap berlaku setiap hari. Biaya pakan kera, Desa Adat Kukuh mengalokasikan dana sebulan mencapai Rp 10 juta. Ribuan kera ini bisa diberikan pakan sehari sekali pada waktu pagi.
Menurut Dewa Nyoman Suarta kera yang diberikan pakan sehari sekali ini dibarengi dengan sumbangan dari warga lokal dan komunitas. Setiap harinya ada saja warga yang membantu menyumbangkan makanan buah untuk ribuan kera di Alas Kedaton. "Kalau akhir pekan banyak komunitas yang rajin sumbang pakan. Kami mengucapkan terimakasih," tegasnya.
Kini pihaknya berharap kunjungan wisatawan ke Alas Kedaton segera normal. Pemerintah juga diharapkan ikut memberikan dukungan dan kebijakan untuk dapat menggeliatkan pariwisata Bali kembali. "Semasih kunjungan sedikit, Alas Kedaton tetap tidak akan memberlakukan pungutan tiket, kalau sudah normal baru akan diberlakukan," tandasnya. *des
1
Komentar