NusaBali Berduka
Muliarsana Meninggal Akibat Serangan Jantung
Gede Muliarsana sempat nyetir mobil dan balik ke rumah setelah beberapa meter bergerak, karena merasa kaku di tangan
DENPASAR, NusaBali
Keluarga besar Harian Umum NusaBali berduka. Ini menyusul berpulangnya Pemimpin Umum (PU) Harian NusaBali, I Gede Muliarsana SH, 53, yang meninggal mendadak diduga akibat serangan jantung, Minggu (24/10) siang sekitar pukul 11.00 Wita.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Gede Muliarsana sempat beberapa menit ditangani di RS Dharma Yadnya kawasan Desa Kesiman Kerthalangu, Kecamatan Denpasar Timur. Almarhum dilarikan ke rumah sakit, setelah tiba-tiba ambruk saat nyetir mobil, Minggu pagi sekitar pukul 09.30 Wita.
Tak ada keluhan sakit apa pun sesaat sebelum almarhum Gede Muliarsana ambruk hingga akhirnya meninggal mendadak. Seperti biasa, Minggu kemarin almarhum Muliarsana bagun pagi sekitar pukul 07.00 Wita. Sempat rebahan sejenak, almarhum bangun lagi dan kemudian makan di rumahnya kawasan Jalan Batuyang Gang Pipit VA Nomor 17 Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Sehabis makan, sekitar pukul 09.00 Wita almarhum Muliasrana bersiap hendak keluar rumah untuk memberi makan ternak kelinci di Jalan Kenyeri Denpasar Timur. "Saat itu, bapak habis makan, bilang mau keluar ngasi makan kelinci di Jalan Kenyeri," cerita putri kedua almarhum, Mahadewi Mulia Gangga, 18, di RS Dharma Yadnya, Mi-nggu sore.
Mahadewi menyebutkan, bapaknya keluar rumah sendirian nyetir mobil. Namun, baru beberapa puluh meter keluar dari rumah, almarhum tiba-tiba balik lagi. Pihak keluarga mengira almarhum balik karena HP-nya tertinggal.
Ternyata, saat itu sekitar pukul 09.30 Wita almarhum Muliarsana mengaku tangannya kaku, tidak bisa digerakkan. Istri almarhum, Kadek Erlina Dewi, 41, dan keempat anaknya pun kaget. "Ibu sempat mengira handphone bapak ketinggalan, sehingga balik ke rumah. Ternyata tidak, bapak mengeluh tangannya kaku,” papar siswi Kelas XII SMA Negeri 3 Denpasar ini.
Saat itu pula, almarhum Muliarsana langsung diantar ke RS Dharma Yadnya yang berjarak sekitar 4 kilometer arah barat daya dari rumahnya di Batubulan. Almarhum diantar oleh sang istri Kadek Erlinda Dewi dan putri sulungnya, Nanditamaha Mulia Alodia Saraswati, 19. Selain mereka, Mahadewi (putri kedua almarhum) juga ikut ke rumah sakit.
Begitu tiba di rumah sakit, almarhum Muliarsana langsung mendapatkan penanganan tim medis. Sempat diberi infus dan kemudian minum obat. “Bapak bahkan sempat bisa diajak bicara. Tapi, nyawa bapak tak bisa diselamatkan. Kami sangat kehilangan,” tutur istri almarhum, Kadek Erlinda Dewi, sambil menangis di RS Dharma Yadnya.
Almarhum Muliarsana diduga kuat meninggal mendadak akibat serangan jantung. Hal ini juga diakui seorang petugas medis yang menanganinya di RS Dharma Yadnya. “Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi, nyawa pasien tidak terselamatkan,” katanya.
Kakak sepupu almarhum, I Wayan Sri Arta, 56, juga menduga kematian mendadak ini akibat serangan jantung. "Sebelumnya, almarhum sehat-sehat, nggak ada mengeluh sakit," ujar Sri Arta didampingi kerabat almarhum lainnya, Gede Suyono alias Ngurah Cabe, yang juga Ketua Jagabaya Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi Provinsi Bali, saat mengurus jenazah di RS Dharma Yadnya kemarin sore.
Berita duka meninggalnya PU NusaBali ini kontan bikin kaget banyak kalangan. Sejumlah karyawan NusaBali pun langsung berdatangan ke RS Dharma Yadnya. Pemimpin Redaksi NusaBali I Ketut Naria dan Sekretaris Redaksi, Ni Ketut Ayu Puspawati, juga ikut menunggui sampai jenazah almarhum Muliarsana dibersihkan di rumah sakit.
Almarhum Gede Muliarsana berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Kadek Erlina Dewi serta empat orang anak (3 perempuan, 1 laki-laki), yakni Nanditamaha Mulia Alodia Saraswati. 19, Mahadewi Mulia Gangga, 18, Jelita Mulia Nilotama, 15, dan I Gede Abi Sekha Mulia Dewananta, 9. Almarhum merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Made Putra (alm) dan Ni Made Murni, 70.
Hingga tadi malam, jenazah almarhum Muliarsana masih disemayamkan di Rumah Duka RS Dharma Yadnya Denpasar. Berdasarkan rembuk keluarga, jenazah pria kelahiran 22 Desember 1968 ini akan diabenkan pada Buda Umanis Juluwangi, Rabu (27/10) lusa, di Krematorium Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Almarhum Gede Muliarsana sendiri menjabat sebagai Pemimpin Umum Harian NusaBali sejak tahun 2010. Almarhum yang juga seorang advokat ini sangat aktif di Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Provinsi Bali dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Kepergian almarhum buat selamanya secara mendadak, Minggu kemarin, membuat kaget banyak koleganya. Mantan Ketua KNPI Bali, Putu Iwan Karna, juga mengaku sangat terkejut dengan berita duka ini. "Baru sehari kemarin saya telepon Pak Gede Muliarsana, ngomongin politik juga. Kaget saya, beliau meninggal secepat ini. Dumogi Amor ing Acintya," ujar Iwan Karna.
Anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali, I Gusti Ngurah Alit Kusuma Kelakan, juga mengatakan kaget dengan meninggalnya Muliarsana. Sebab, dia sebelumnya tidak pernah mendengar kabar almarhum sakit. "Dumogi Amor ing Acintya, kami turut berduka cita," ujar politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat ini. *nat
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Gede Muliarsana sempat beberapa menit ditangani di RS Dharma Yadnya kawasan Desa Kesiman Kerthalangu, Kecamatan Denpasar Timur. Almarhum dilarikan ke rumah sakit, setelah tiba-tiba ambruk saat nyetir mobil, Minggu pagi sekitar pukul 09.30 Wita.
Tak ada keluhan sakit apa pun sesaat sebelum almarhum Gede Muliarsana ambruk hingga akhirnya meninggal mendadak. Seperti biasa, Minggu kemarin almarhum Muliarsana bagun pagi sekitar pukul 07.00 Wita. Sempat rebahan sejenak, almarhum bangun lagi dan kemudian makan di rumahnya kawasan Jalan Batuyang Gang Pipit VA Nomor 17 Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Sehabis makan, sekitar pukul 09.00 Wita almarhum Muliasrana bersiap hendak keluar rumah untuk memberi makan ternak kelinci di Jalan Kenyeri Denpasar Timur. "Saat itu, bapak habis makan, bilang mau keluar ngasi makan kelinci di Jalan Kenyeri," cerita putri kedua almarhum, Mahadewi Mulia Gangga, 18, di RS Dharma Yadnya, Mi-nggu sore.
Mahadewi menyebutkan, bapaknya keluar rumah sendirian nyetir mobil. Namun, baru beberapa puluh meter keluar dari rumah, almarhum tiba-tiba balik lagi. Pihak keluarga mengira almarhum balik karena HP-nya tertinggal.
Ternyata, saat itu sekitar pukul 09.30 Wita almarhum Muliarsana mengaku tangannya kaku, tidak bisa digerakkan. Istri almarhum, Kadek Erlina Dewi, 41, dan keempat anaknya pun kaget. "Ibu sempat mengira handphone bapak ketinggalan, sehingga balik ke rumah. Ternyata tidak, bapak mengeluh tangannya kaku,” papar siswi Kelas XII SMA Negeri 3 Denpasar ini.
Saat itu pula, almarhum Muliarsana langsung diantar ke RS Dharma Yadnya yang berjarak sekitar 4 kilometer arah barat daya dari rumahnya di Batubulan. Almarhum diantar oleh sang istri Kadek Erlinda Dewi dan putri sulungnya, Nanditamaha Mulia Alodia Saraswati, 19. Selain mereka, Mahadewi (putri kedua almarhum) juga ikut ke rumah sakit.
Begitu tiba di rumah sakit, almarhum Muliarsana langsung mendapatkan penanganan tim medis. Sempat diberi infus dan kemudian minum obat. “Bapak bahkan sempat bisa diajak bicara. Tapi, nyawa bapak tak bisa diselamatkan. Kami sangat kehilangan,” tutur istri almarhum, Kadek Erlinda Dewi, sambil menangis di RS Dharma Yadnya.
Almarhum Muliarsana diduga kuat meninggal mendadak akibat serangan jantung. Hal ini juga diakui seorang petugas medis yang menanganinya di RS Dharma Yadnya. “Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi, nyawa pasien tidak terselamatkan,” katanya.
Kakak sepupu almarhum, I Wayan Sri Arta, 56, juga menduga kematian mendadak ini akibat serangan jantung. "Sebelumnya, almarhum sehat-sehat, nggak ada mengeluh sakit," ujar Sri Arta didampingi kerabat almarhum lainnya, Gede Suyono alias Ngurah Cabe, yang juga Ketua Jagabaya Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi Provinsi Bali, saat mengurus jenazah di RS Dharma Yadnya kemarin sore.
Berita duka meninggalnya PU NusaBali ini kontan bikin kaget banyak kalangan. Sejumlah karyawan NusaBali pun langsung berdatangan ke RS Dharma Yadnya. Pemimpin Redaksi NusaBali I Ketut Naria dan Sekretaris Redaksi, Ni Ketut Ayu Puspawati, juga ikut menunggui sampai jenazah almarhum Muliarsana dibersihkan di rumah sakit.
Almarhum Gede Muliarsana berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Kadek Erlina Dewi serta empat orang anak (3 perempuan, 1 laki-laki), yakni Nanditamaha Mulia Alodia Saraswati. 19, Mahadewi Mulia Gangga, 18, Jelita Mulia Nilotama, 15, dan I Gede Abi Sekha Mulia Dewananta, 9. Almarhum merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Made Putra (alm) dan Ni Made Murni, 70.
Hingga tadi malam, jenazah almarhum Muliarsana masih disemayamkan di Rumah Duka RS Dharma Yadnya Denpasar. Berdasarkan rembuk keluarga, jenazah pria kelahiran 22 Desember 1968 ini akan diabenkan pada Buda Umanis Juluwangi, Rabu (27/10) lusa, di Krematorium Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Almarhum Gede Muliarsana sendiri menjabat sebagai Pemimpin Umum Harian NusaBali sejak tahun 2010. Almarhum yang juga seorang advokat ini sangat aktif di Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Provinsi Bali dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Kepergian almarhum buat selamanya secara mendadak, Minggu kemarin, membuat kaget banyak koleganya. Mantan Ketua KNPI Bali, Putu Iwan Karna, juga mengaku sangat terkejut dengan berita duka ini. "Baru sehari kemarin saya telepon Pak Gede Muliarsana, ngomongin politik juga. Kaget saya, beliau meninggal secepat ini. Dumogi Amor ing Acintya," ujar Iwan Karna.
Anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali, I Gusti Ngurah Alit Kusuma Kelakan, juga mengatakan kaget dengan meninggalnya Muliarsana. Sebab, dia sebelumnya tidak pernah mendengar kabar almarhum sakit. "Dumogi Amor ing Acintya, kami turut berduka cita," ujar politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat ini. *nat
Komentar