Bangkit dari Pandemi, Generasi Muda Pilih Bertani

Dia malah mengajak generasi muda untuk bangkit dari kondisi pandemi dengan cara bertani. Manggala Ketua Pasikian Yowana Kabupaten Gianyar ini mengaku semangatnya untuk bertani bermula dari kepedulian terhadap lingkungan, sosial, dan budaya. Kepedulian ini merangsang dirinya untuk menekuni dunia pertanian di masa pandemi. "Mari, jangan gengsi untuk bertani. Kita punya potensi," ungkapnya, Selasa (26/10).

Kata Pande, pandemi Covid-19 ini adalah pukulan besar bagi semua sektor, terutama Bali yang mengandalkan pariwisata. Banyak yang dirumahkan dari pekerjaanya karena bekerja di hotel, vila, resort, home stay, tour guide, travel, dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pariwisata. "Pemuda-pemudi kita banyak yang tidak punya pekerjaan. Karena mereka dirumahkan yang dulunya dengan gampang mencari pekerjaan di bidang pariwisata. Sekarang harus diam di rumah menunggu harapan pariwisata akan kembali," ungkapnya.

Menurutnya, keberhasilan dan kegagalan membuatnya terus berusaha. Pande juga tidak takut mencoba karena dari pengalaman dia yakin setiap pekerjaan pasti ada hasil. "Setiap pekerjaan pasti juga ada risiko. Saya pernah mengelola koperasi, restoran, art shop, dan bisnis lain,  pernah jungkir balik dan pernah berhasil. Saya yakin pengalaman saya tidak akan mengkhianati perjuangan saya dalam berbisnis," tambahnya.

Bertani, jelas Pande, tidak meruntuhkan gengsi, terlebih situasi saat ini. "Harapan di pariwisata susah buat saya, dan memilih bertani. Selain dapat membuahkan hasil, saya merasa segar dan bugar karena setiap hari berkecimpung dengan alam," ujarnya.

Pande Widia juga berpesan jangan terlalu terpengaruh  oleh gengsi karena zaman globalisasi. Bahkan sikap jaga gengsi akan tidak menjadikan diri punya nilai. "Bertani itu penghasilannya lumayan, jika kita bisa memanfaatkan lahan-lahan yang kosong. Selain itu, untuk peningkatan ekonomi dan hasilnya juga bisa digunakan untuk sendiri," ujarnya.*nvi