Memberi Nilai Lebih Sebuah Produk dengan Story Telling
DENPASAR, NusaBali.com – Banyak hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan suatu produk atau jasa. Selain aspek kualitas, aspek story telling atau copy writing memberi branding positif.
Story telling atau copy writing yang baik, memiliki peran penting dalam mengangkat produk sederhana, menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Narasi yang dibubuhkan terhadap produk dapat memancing, bahkan menciptakan interaksi oleh produsen terhadap para calon konsumen. Dan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu relasi dan kedekatan, antara produsen dan para calon konsumen, sehingga calon konsumen memiliki ketertarikan untuk membeli produk atau jasa yang sedang dijual.
“Tidak apa-apa kalau brand yang diciptakan itu sederhana. Yang penting pandai mendeskripsikan atau memberikan narasi yang menarik ke sebuah brand. Maka brand yang tercipta akan memiliki karakter, dan memiliki keunikannya tersendiri,” ujar Endik Koeswoyo, penulis skenario, yang menjadi narasumber pada webinar Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia di kanal YoutTbe Mitrasdudi Kemdikbud, Jumat (29/10/2021).
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan saat story telling maupun copy writing yakni narasi harus memiliki tujuan yang jelas. Narasi harus memiliki unsur interaksi. “Narasi yang baik yakni narasi yang menceritakan hal-hal yang sederhana namun dikemas secara unik dan menarik. Hal itu harus dikuasai saat melakukan story telling atau copy writing. Tidak perlu membuat narasi yang terlalu mengkhayal, contohnya kejadian sehari-hari saja tapi kaitkan dengan suatu produk atau brand. Maka pembaca akan mudah memahami maksud dan tujuan dari narasi yang ditulis,” terang Endik.
Hal yang sama pun diungkapkan Kartika, seorang pegiat UMKM yang bernama The Ide Indonesia. Dirinya menjelaskan pada saat membuat narasi story telling dan copy writing sebaiknya tidak terlalu menggunakan bahasa yang formal, agar menghilangkan kesan kaku, dan dapat menjalin kedekatan terhadap para pembaca narasi.
Selain itu dalam menulis narasi, seorang penulis hendaknya dapat menuangkan emosi ke dalam suatu tulisan, agar para pembaca dapat merasakan emosi yang disampaikan oleh si penulis. “Narasinya juga tidak usah terlalu panjang, cukup singkat saja, namun jelas,” terangnya.
Kartika juga mengingatkan agar saat membuat story telling dan copy writing memperhatikan usia dari para pembaca. Guna menyesuaikan bahasa, dan gaya narasi yang digunakan. “Misalnya sedang menulis narasi promosi, jika narasi yang diciptakan bagus dan menarik, maka dapat membantu menyerap perhatian masyarakat terhadap produk yang sedang dipromosikan,” jelas Kartika.
Memperbanyak latihan menulis pun, dapat membantu mengasah pengolahan kata dan kalimat, dalam kegiatan story telling atau copy writing dalam menunjang suatu usaha yang dijalankan. “Yang terpenting itu latihan. Misalnya pada saat makan, coba saja latihan deskripsikan makanan itu seperti apa, mulai dari hal yang sederhana,” kata Endik.
Endik dan Kartika pun meyakinkan bahwa story telling dan copy writing memiliki peran penting dalam eksistensi suatu produk atau jasa yang sedang dijalankan.
“Contohnya jika saat ingin memulai suatu usaha, tentunya pasti telah ada brand yang sudah terkenal dan besar, dan sudah memiliki banyak pelanggan. Jika bersaing produk kecil kemungkinan untuk dapat bersaing dengan brand besar tersebut, yang dapat dilakukan oleh para pelaku UMKM, yakni memainkan narasi yang ada, guna mendongkrak nilai dari suatu brand tersebut,” tutup Endik. *rma
1
Komentar