Pelestari Seni, dari Talenta Ayah ke Event Dunia
Kiprah I Komang Sukarya, Seniman Karawitan asal Klungkung
SEMARAPURA, NusaBali
I Komang Sukarya,52, salah seorang seniman karawitan terbaik yang dimiliki Bali. Elan kreativitasnya panjang nan memukau. Seniman asal Dusun Ambengan, Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung ini pun diperhitungkan para pecinta karawitan Bali, khususnya di Klungkung.
Lewat seni karawitan, Kabid Kesenian, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung ini berkesempatan melanglang buana hingga luar negeri.
Dia sempat pentas dalam event Forever Young, Mision 2000, Expo Hanover 2000 di Norwegia, Paris, Italy, dan Jerman (Eropa). "Ketika event itu (di Eropa) saya bersama Sanggar Jenggala Sedah, Kelurahan Abianbase, Kecamatan/Kabupaten Gianyar," ujar pria kelahiran 31 Desember 1969 ini, saat ditemui Sabtu (30/10).
Sukarya juga mendapat kesempatan untuk mengikuti event di Korea dalam ajang World Festival for Island Cultures Jeju 2001, bersama Sanggar Gita Lestari, Desa Petak, Kecamatan Gianyar. Alumnus jurusan Karawitan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Denpasar angkatan tahun 1989 ini juga meraih penghargaan sebagai Penata Musik Unggulan dalam Parade Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta 2009. "Saat menjadi mahasiswa saya sempat ikut misi kesenian ke Okinawa, Jepang 1992 bersama grup STSI Denpasar," kata Sukarya.
Jejak berkesenian itu menjadukan dia dipercaya memgarap dan pembina tabuh gong kebyar sejak tahun 1990 sampai sekarang, untuk Duta Kabupaten Klungkung di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). "Sering juga sebagai juri gong kebyar di Kabupaten Jembrana, Karangasem, Klungkung, termasuk juri Lomba Baleganjur di ajang PKB," kata Sukarya.
Sukarya bukan orang baru di kancah seni. Dia paham instrumen gambelan Bali sejak bocah. "Kebetulan bapak sebagai seniman kerawitan, pada zamannya sempat mengajar tabuh di beberapa desa. Termasuk tenarnya Topeng Gria Pidada (Klungkung), bapak bermain kendang," cerita Sukarya.
Karena aliran darah seni dari sang ayah, sejak SD Sukarya mencintai seni tabuh. Dia amat suntuk menyimak tatkala ada latihan manabuh gambelan. "Yang memberikan roh seni hingga saya aktif berkesenian tentu karena keturunan dari ayah yang seniman, juga lingkungan," tegas Sukarya.
Ketika masih di bangku SMP, dia tergiat untuk melesterikan seni budaya, paling tidak untuk di desa. Dia tak berangan jadi pegawai negeri. ‘’Saya senang melihat orang magambel. Pikiran saya, bagaimana saat saya besar nanti saya bisa seperti itu," kenangnya.
Ketika masih duduk di bangku SMP, dia melihat pementasan kesenian Bali di TVRI. Saat itu tenar grup seni dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) dan Kokar (Konservasi Karawitan) di Denpasar. Maka dia pun semakin tertarik bersekolah ke Kokar (kini SMKI Negeri Bali di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar). "Niat bersekolah di Kokar muncul dari benak sendiri, di samping dorongan orangtua," kata Sukarya.
Harapannya, dia bisa melanjutkan tradisi berkesenian Bali dan meregenerasi seniman, terutama di desa. "Saya kemudian memperdalam skill dengan melanjutkan belajar di Kokar dan STSI," kata Sukarya.
Saat masih sekolah, kondisi ekonomi keluarganya lemah. Ayah sebagai penabuh gambelan kebanyakan ngayah dan ibu seorang petani, menjadikan Sukarya gigih belajar. Dari hasil mengikuti pentas-pentas seni saat masih kuliah, dia bisa membiayai diri sendiri, ditambah beasiswa Super Semar. "Di samping proses belajar, waktu itu sanggar-sanggar belum begitu banyak, sehingga ketika ada event Kokar dan ASTI selalu disambut," kata Sukarya. Kini, semua anak-anaknya berbakat seni bahkan anak pertamanya juga tamat di ISI Denpasar jurusan Karawitan.
Lulus STSI 1994, Kabag Kesra Setda Klungkung saat itu, Nyoman Sudita, meminta dirinya menjadi tenaga honorer. Karena tahun 1996 Pemkab Klungkung membentuk sekaa gong. "Dengan beberapa pegawai yang bisa magambel, saya diminta jadi pembina. Saat itu kepemimpinan Bupati Klungkung Ida Bagus Oka," kenang seniman bercambang lebat ini.
Seiring perjalanan waktu dan berkat dorongan teman, dia ikut tes CPNS dan lolos. "Saya diterima jadi PNS Pemda Bali, pada saat itu mencari tenaga seni sembilan orang untuk ditempatkan di masing masing kabupaten," ujar Sukarya.
Tahun 1998 dia mengawali tugas sebagai staf di Bagian Sosial Klungkung, lanjut Kasi Musik dan Gambelan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Klungkung (2003-2010), Kabid Promosi Pariwisata, Disbudpar (2010-2015), hingga Kabid Kesenian (2015 - sekarang). "Sampai sekarang saya masih aktif berkesenian, dan itu tak akan tergantikan," kata Sukarya.
Karena diikat aturan kepegawaian, dia wajib mengutamakan tupoksi sebagai PNS. Terlebih gayung bersambut antara berkesenian dan tugasnya sebagai Kabid Kesenian. Di situlah, dia memadukan tugas sebagai PNS dan menekuni hobi berkesenian. Sebagai Kabid Kesenian, Sukarya selalu membuka ruang kepada para seniman untuk berkreasi, antara lain dengan memperjuangkan anggaran bidang seni dan event berkesenian. "Kami perjuangkan seni budaya agat lesteri, maka muncul banyak seniman," harap Sukarya.7wan
1
Komentar